||PENJELASAN||-5

6 1 0
                                    

-CERITA HANYA FIKSI BELAKA DAN TIDAK ADA UNSUR KESENGAJAAN-
-CERITA HANYA IMAJINASI SANG PENULIS-
-ENJOY-
-HAPPY READING-

-👑-

Aku dan Theo seperti mengadakan sebuah rapat dadakan, karena kami membicarakan banyak hal dan duduk berhadapan seperti halnya orang-orang yang mengadakan rapat.

Theo sudah dua kali ini memanggil pelayan untuk diambilkan teh dan berbagai cemilan lainnya lagi untuk kita makan bersama obrolan hangat ini.

Hari mulai gelap, aku dan Theo melihat langit jingga lewat balkon kamarnya yang ternyata juga berhadapan langsung dengan fenomena matahari tenggelam.

"Memangnya kalau papa dan mama masih hidup apa mereka akan melakukan ini juga?.." Tanyaku sambil berdiri diatas balkon Theo, yang Theo sendiri tengah duduk di kursi sambil menutup mata.

"Theodor adalah orang yang memiliki jiwa petualangan, dia hampir tidak pernah di rumah karena terlalu sering berpetualang. Jadi dia bisa melihatnya lewat alam terbuka.." Jelas Theo.

"Bahkan saat mengandung mu, Samantha ditinggal Theodor sendiri disini untuk pergi berpetualang.." Lanjut Theo dan aku hanya mengangguk sebagai respon.

"Jadi, apa itu penyebab papa meninggal?.." Tanyaku sambil memalingkan seluruh tubuhku menghadap Theo.

"Iya, sejujurnya sudah lama Theodor meninggal. Kira-kira saat Samantha mengandung yang ke-lima bulan dirimu, dia sudah meninggal.." Aku terjongkok sambil memegangi rambut dan mencoba untuk menerima hal ini.

"Kami bahkan belum sempat melukis kasar wajah papamu untuk terakhir kalinya karena terlalu cepat ia meninggalkan kami.." Lanjutnya lagi.

"Kami hanya punya lusikan kasar miliknya saat ia masih berumur remaja.." Lanjut Theo lagi dan lagi.

"Lalu mengapa kau menangis saat di pemakaman papa, Theo?" Tanyaku.

"Dia seperti idola bagiku, sejujurnya aku memiliki cita-cita untuk berpetualang bersamanya diumurku yang sudah segini, tapi ia lebih dulu mati.." Jawabnya lalu meninggalkan balkon.

"Aku seperti ini, memiliki rambut pirang dengan kuping sedikit lancip seperti peri ini memangnya mama sendiri dulu apa?.." Tanyaku lagi sambil memegangi telinga yang kian lama kian menajam ujungnya.

"Sejujurnya dulu Samantha manusia, tapi sebelum bertemu papamu dia lebih dulu bertemu elf dari lembah, kau tahu elf?.." Jawab Theo yang berujung memberiku pertanyaan balik.

Aku menggeleng sambil mengernyitkan alis lantaran tidak pernah mendengar kata 'elf' dalam hidupku.

"Elf seperti peri, tapi berbeda dari peri. Peri itu kecil dan hanya bisa menggunakan sihir mantra, tapi kalau elf itu seperti manusia, mereka memiliki raja dan ratu seperti manusia, mereka juga bisa menggunakan senjata seperti kita, tapi kekurangannya mereka tidak memiliki sihir.." Jelasnya lalu duduk di sofa didalam kamarnya.

"Lalu?.." Tanya ku lagi yang memang tidak paham.

"Samantha bertemu elf yang tidak tepat. Bisa dikatakan elf itu sendiri memiliki kepribadian egois. Jadi elf itu menemui penyihir yang ada di kerajaannya dan berangan-angan untuk mengubah Samantha menjadi elf, itu berhasil tapi pihak kerajaan dari Samantha langsung mengeksekusi mati elf tersebut karena berani-beraninya mengubah jati diri manusia menjadi seorang elf.." Jelas Theo sambil bersandar di sandaran sofa.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 17, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

WH0Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang