Agam mendudukkan bokongnya di anak tangga yang terletak di ruang darurat apartemen milik keluarganya yang juga ditempati oleh Zhorif dan Zhara. Pria itu, dengan masih mengenakan seragam sekolahnya, mengeluarkan seputung rokok dari kotaknya yang ia simpan di kantung celana. Ia kemudian mencari-cari keberadaan pemantik apinya yang hilang entah kemana, padahal seingatnya, benda itu telah ia taruh di dalam ransel.
Agam mendengus gusar dan melempar putung rokok yang belum sempat dinikmatinya secara sembrono. Ini pasti adalah ulah Ody, keponakannya yang semalam merengek ingin tidur di rumahnya meski harus berpisah ranjang dari kedua orang tuanya, Tama dan Velove.
Line!
Agam tersenyum miring dan bergegas bangkit dari posisinya, keluar dari ruang darurat dan langsung mendapati, bahkan bertabrakan badan dengan perempuan yang mereka sebut-sebut sebagai Malaikat Maut itu.
Perempuan itu terkejut, begitu juga dengan Agam, yang meski sedang dalam keadaan kaget, tetap mengunci pergerakkan sang Malaikat Maut dengan cara mendorong tubuh itu ke dinding.
Agam mengenal mata yang terlihat tajam itu. Namun karena takut salah, ia pun memutuskan untuk melepas paksa masker putih yang dikenakan oleh perempuan itu, kemudian membuka pula tudung yang selama ini selalu menyembunyikan rambut panjangnya.
"Vierra?"
"Agam, lepasin gue!"
Gadis itu memberontak dalam kekangan Agam. Tentu saja, karena merasa takut dan juga malu telah tertangkap basah melakukan hal yang tak senonoh.
Aufa dan Jhesen kompak keluar dari tempat persembunyian mereka. Aufa dari kamar apartemen yang terletak di sebrang milik Zhorif, sedangkan Jhesen keluar melalui kotak sampah besar yang sengaja mereka beli beberapa waktu lalu. Keduanya menghampiri Agam dan menatap Vierra dengan ekspresi yang sama, yaitu terkejut.
"Jadi, selama ini elo yang neror Zhara?!" Nada bicara Aufa naik beberapa oktaf. Gadis itu sudah mempersiapkan diri untuk memberi Vierra pelajaran kalau saja Jhesen tidak buru-buru menahannya. "Udah nggak waras lo, ya? Segitu siriknya lo sama Zhara sampe tega bikin dia insomnia tiap hari?! Dasar cewek gila! Sini nggak, lo?!" Aufa melotot terhadap Jhesen karena pria itu membekap mulutnya atas perintah Agam. Mungkin karena mereka berdua takut penghuni lain akan mengamuk karena suara Aufa yang menggelegar di sepenjuru koridor.
"Biar ini jadi urusan gue sama dia," putus Agam secara tiba-tiba yang membuat Aufa langsung melotot tak setuju. Namun, apa daya? Tubuhnya sudah diseret paksa menjauh oleh Jhesen. "Lo berdua tunggu di tempat Zhara, pastiin dia baik-baik aja dan jangan lupa buang itu," tunjuknya pada kotak hadiah yang lagi-lagi ditinggalkan oleh Vierra di depan pintu apartemen Zhara.
Sepergian kedua sahabatnya dari koridor, Agam langsung menatap Vierra tajam tanpa berkata apa-apa. Pria itu kemudian dengan paksa mengangkat tubuh Vierra dan membawa masuk perempuan itu ke dalam kamar apartemen yang sebelumnya menjadi tempat persembunyian Aufa.
"Agam, gue mau pulang!" Vierra berdecak frustrasi ketika Agam mengurungnya paksa di tempat itu dan tak membiarkannya untuk beranjak pergi sama sekali.
"Lo pulang kalau masalah lo dan gue udah selesai." Kalimat yang menyiratkan tekanan itu membuat Vierra semakin dilanda rasa takut. Ia tidak menyangka akan tertangkap basah pada hari ini. Tentu saja, ia belum memiliki persiapan untuk beralibi.
Vierra meringis kesakitan ketika Agam mencekal pergelangan tangannya, kemudian memaksanya untuk duduk di atas sofa. Pria itu menatapnya dengan tangan bersedekap. "Kenapa lo lakuin itu?"
Vierra tertegun beberapa saat karena bingung bagaimana cara menanggapi pertanyaan Agam. Namun di beberapa menit kemudian, ia memaksakan tawanya untuk keluar. "Bukannya udah gue bilang? Itu semua karena gue suka sama lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Childish Wife [TAMAT]
RomanceHighest Rank #1 In Chicklit Highest Rank #4 In Roman Highest Rank #2 In Acak Highest Rank #6 In Spiritual Zhorif Seinza Wira Atmadja adalah seorang pria tampan yang taat agama. Usianya hampir menginjak 29 tahun, tetapi masih melajang karena terlalu...