Bab 70 - Saling Mencintai

17.7K 1.6K 164
                                    

Tepatnya pada pukul 11.00 pagi, Zhara terbangun dengan tubuh yang terasa amat pegal, belum lagi ditambah dengan nyeri pada kulit kepala dan wajahnya akibat Fransisca yang melampiaskan amarah padanya semalam. Wanita itu menatap sekitar dan tak menemukan keberadaan Wawan dan Ogep. Ia kemudian melihat selembar kertas usang di lantai, dekat dengan kakinya. Di sana, tertuliskan bahwasanya Wawan izin pamit untuk pergi membeli sarapan, sedangkan Ogep akan segera kembali setelah menengok anaknya yang masuk ke rumah sakit tadi subuh akibat usus buntu.

Zhara menghela napasnya antara lega dan juga bosan. Ia menatap pergelangan tangannya yang sudah memerah dan lecet akibat ikatan tali yang begitu kuat. Wanita itu kemudian mendengus, memutar ulang kejadian kemarin malam, tepatnya setelah Fransisca melenggang pergi dari tempat tersebut, Zhara menawarkan hal yang begitu luar biasa kepada Wawan dan Ogep, yakni ia akan memastikan untuk tidak melaporkan kedua preman itu ke polisi apabila mereka mau melepaskannya, bahkan dengan baik hatinya, Zhara juga menawarkan pekerjaan halal yang bisa mereka dapatkan melalui perusahaan besar milik Burhan, ayahnya, tanpa seleksi. Meskipun penawaran itu terdengar menggiurkan bagi Wawan, Zhara tetap saja tidak bisa meyakinkan Ogep yang memiliki kepribadian keras kepala.

Tiba-tiba saja hujan turun dengan deras seperti dibuat-buat atau mungkin itu memanglah hujan buatan yang dibuat sengaja oleh manusia. Angin berhembus kencang melalui jendela tanpa kaca rumah tua tersebut dan membuat kertas usang yang berada di kaki Zhara terbang dengan sendirinya. Namun, itu bukan hal terpentingnya karena tepat di bawah kertas tadi, Zhara melihat isi cutter tergeletak secara sembarangan.

Wanita itu sontak tidak dapat menahan senyuman lebarnya. Ia tahu Wawan dan Ogep bukanlah preman jahat seperti yang sering muncul di film-film. Kedua pria itu pasti sengaja membuat dirinya bisa kabur dengan sendirinya. Buru-buru saja Zhara menundukkan tubuhnya dan memungut benda tajam itu dengan sedikit kesulitan karena pergerakkannya yang tertahan. Ia kemudian menggesekkan benda tajam itu ke tali tambang yang mengikatnya dengan tak sabaran. Zhara mendengus dan menahan tangisan frustrasinya ketika tali tersebut tidak juga putus meski dirinya sudah berusaha berulang kali. Namun, ia berhasil menyadarkan dan menguatkan dirinya sendiri untuk terus berusaha dalam memanfaatkan kesempatan baik ini. Alhasil, terlepaslah tali tebal itu dari tubuh mungilnya.

Zhara bergegas berdiri, tetapi kembali jatuh terduduk karena lututnya masih terasa kaku. Wanita itu berdecak geram dan memijat lututnya untuk memberi sedikit kekuatan. Di detik-detik seperti ini, dirinya merasa sangat putus asa karena dia mungkin saja akan kembali disekap jika terus bertele-tele.

Dalam percobaan yang kedua Zhara berhasil menggunakan kakinya dengan baik. Ia kemudian bergegas mencari jalan keluar dengan langkah setengah linglung. Pilihan Zhara jatuh pada jendela yang sudah rusak tadi, ia pun melompat dengan hati-hati karena masih terdapat pecahan kaca yang melekat di ujung-ujungnya.

Perasaan lega bermekaran di dalam hatinya hingga Zhara tak kuasa lagi menahan air matanya yang semakin keluar dengan deras. Wanita itu berlari tak tentu arah, pikirannya hanya menyuruhnya untuk pergi sejauh mungkin dari rumah tua yang menakutkan itu.

Wanita itu menghentikan langkah kakinya ketika melihat telepon umum yang terletak di trotoar seberangnya. Zhara memeriksa sakunya dan menemukan beberapa koin yang memungkinkan dirinya untuk segera menghubungi Zhorif dan meminta pertolongan. Ia pun menyeberang dengan tergesah-gesah menuju ke sana.

"Zhara!"

Namun baru saja melewati setengah jalan, langkahnya terhenti akibat menangkap suara familiar yang sudah sangat dirindukannya itu. Di sana, tepatnya di trotoar yang sebelumnya menjadi pijakan wanita itu, Zhorif berdiri dengan tubuh penuh keringat dan dada yang naik-turun, mungkin karena sejak tadi telah berusaha memanggil dan mengejar istrinya.

"Mas Zhorif?"

Zhara melirih dan tertegun. Dalam situasinya, Zhara tidak mau mempercayai penglihatannya dengan begitu saja. Ia pikir, mungkin Zhorif yang saat ini tengah berdiri di hadapannya hanyalah sebuah ilusi semata.

"Zhara, ini Mas..." Seolah tahu apa yang tengah dipikirkan dan dirasakan oleh sang istri, Zhorif berusaha meyakinkannya secara perlahan. Pria itu mengulurkan tangannya dan menatap Zhara dalam, meminta wanita itu untuk segera menghampirinya.

Air mata Zhara kembali jatuh meski tidak sederas yang sebelumnya. Ia sudah merasa amat lega dan aman hanya karena melihat wajah suaminya. Zhara perlahan melangkah untuk mendekati Zhorif, tetapi baru selangkah, kepalanya tiba-tiba saja berdenyut, telinganya berdenging kencang, dan penglihatannya mulai memburam.

"Zhara..."

Panggilan Zhorif bukannya membuat keadaan wanita itu membaik, tetapi malah semakin memburuk. Zhara menutup telinganya yang tiba-tiba berhenti berdenging dan mengeluarkan suara-suara aneh.

"Mas rasa perjuangan kamu cukup sampai di sini saja,"

"mari kita akhiri semuanya dan memulai dari awal lagi, Mas tidak sanggup melihat kamu tersiksa seperti ini."

Zhara menggelengkan kepalanya kuat, percakapan yang terjadi di antara mereka beberapa hari lalu tiba-tiba saja terputar kembali. Zhorif menatap istrinya khawatir dan lekas mendekat untuk menghampiri dan memastikan bahwa wanita itu baik-baik saja. Namun Zhara malah melangkah mundur menjauhinya. Wanita itu menatap Zhorif dengan penuh kekecewaan. Kekecewaan terhadap Zhorif yang dengan begitu mudah menyerah akan hidup Boba dan kekecewaan terhadap dirinya sendiri yang melupakan hal itu.

"Kalau begitu, mari bercerai..."

Zhara refleks memeluk perutnya sendiri. Ia menatap Zhorif dengan penuh kewaspadaan. Ia tahu ia akan selamat dan aman apabila mendekap tubuh hangat itu saat ini juga. Namun, bagaimana keadaan Boba selanjutnya? Kembali bersama Zhorif berarti sama saja merelakan Boba untuk selama-lamanya.

"Mas menyerah akan hidup Boba..." Zhara melirih dengan air mata yang tertahan.

Kini giliran Zhorif yang tertegun karena kaget akan ucapan istrinya. "Pada akhirnya, Mas akan menceraikan aku. Jadi, untuk apa Mas datang ke sini?" Zhara menggelengkan kepalanya perlahan. "Aku nggak perlu rasa peduli dari Mas lagi karena aku punya Boba sekarang."

"Zhara, kita bisa bicarakan masalah itu nan—"

"Nanti, nanti, selalu nanti!" Zhara meninggikan nada bicaranya. "Apa-apa yang berhubungan sama Boba, Mas pasti bakalan ngomong kayak gitu!" Zhara menghapus air matanya yang jatuh. "Aku nggak mau cuma dengan Mas Zhorif lagi," ujarnya menggantung, "aku mau Boba juga ... aku mau kalian berdua, tapi kenapa Mas malah nyuruh aku memilih?!"

"Karena Mas mencintai kamu."

Jawaban Zhorif membuat tubuh Zhara hampir saja kehilangan tenaga untuk tetap berdiri tegap. Wanita itu terlalu syok dan tidak mempercayai pendengarannya barusan. Mencintainya? Apakah itu yang baru saja Zhorif katakan?

"Mas mencintai kamu." Zhorif kembali menekankan ucapannya untuk membuat Zhara luluh.

Namun yang terjadi di luar dugaannya, Zhara menggelengkan kepala dan menolaknya dengan berkata, "Aku mencintai Mas..." Wanita itu menangis dan menatap Zhorif dengan putus asa seolah ini adalah terakhir kalinya ia akan berusaha membujuk pria itu. "Aku sangat mencintai Mas, tapi tolong jangan buat aku memilih karena pilihanku akan selalu Boba. Aku akan tetap mempertahankannya meskipun aku harus mati."

Zhorif tak kuasa menahan air matanya. Kalau sudah begini ia bisa apa? Zhara benar-benar keras kepala untuk menahan Boba tetap bersama dengannya, sedangkan Zhorif tidak ingin memiliki potensi untuk kehilangan istrinya.

Di dalam kebimbangannya, sebuah mobil hitam lusuh melaju cepat mengarah pada Zhara yang masih berdiri di tengah jalan. Kedua insan itu sama-sama tidak sadar hingga teriakan Ayman dari kejauhan membantu Zhorif menyadarkan diri terlebih dahulu dan langsung berlari untuk mendekap tubuh istrinya sebelum mobil itu mengerem secara mendadak dan pada akhirnya tetap mengenai tubuh Zhorif yang berfungsi untuk melindungi tubuh mungil Zhara. 

My Childish Wife [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang