Bab 20 - Insiden

27.6K 2.1K 111
                                    

💌 : bab ini lumayan panjang, lho...
Update cepat sesuai janji saya kepada kalian, yang sudah secara sukarela mau puji-puji manusia kurang pujian seperti saya 😂

Semoga kalian semua terpuaskan sama tingkah lakunya Zhara, ya!

Selamat membaca!

& 💬

"Kamu bisa nggak, berhenti ngeliatin saya seperti itu?"

Zhara menggelengkan kepalanya lemah dengan mata sabit yang masih mengarah ke wajah Zhorif. Kini, posisi mereka sangat tidak membuat pria itu nyaman. Pasalnya, Zhara duduk di kursi konsultasi pasien, yang terletak tepat di hadapan tempat dimana Zhorif duduk saat ini. Ya, benar, karena hari ini adalah hari sabtu dan Zhara tidak harus pergi ke sekolah, gadis itu memutuskan untuk mengekori calon suaminya ke tempat kerja. Tentu saja pada awalnya permintaannya langsung ditolak mentah oleh Zhorif. Namun, karena bantuan dari teman-teman barunya, yakni Arsen, Jeje, dan Jojo, ia jadi lebih mudah untuk membujuk pria itu.

Tok, tok, tok!

"Masuk!" sahut Zhorif agak keras agar dapat terdengar oleh orang yang di luar.

Cklek!

Zhorif dan Zhara kompak mengangkat salah satu alis mereka bingung ketika mendapati Arsen dan Jeje telah mengeluarkan kepala mereka melalui celah pintu.

"Kenapa lagi?" Zhorif menghela napasnya gusar, mendapatkan firasat yang tidak baik setelah melihat ekspresi wajah kedua pria itu.

"Boleh pinjem Dedek Zhara-nya nggak, Bang?" tanya Jeje sembari menyengir kuda.

Zhorif mengernyitkan dahinya heran, ia kemudian melirik Zhara yang ternyata juga telah melirik ke arahnya. "Mau ngapain?" Bukannya bermaksud menghalang-halangi. Namun, selama Zhara berada di sekitarnya, gadis itu telah ia anggap sebagai salah satu dari tanggung jawabnya sendiri.

"Mau ajak main," jawab Arsen, "lagian lo kayaknya lagi sibuk, 'kan? Daripada dia bosen dianggurin, enak main sama kita-kita aja."

Jawaban itu sontak membuat manik Zhara berbinar ceria. Saking antusiasnya, gadis itu tidak sadar telah berdiri dari kursinya dan hendak segera menghampiri kedua teman barunya kalau saja Zhorif tidak membuka mulutnya dan berkata, "Gue nggak terlalu sibuk." Zhorif berdeham untuk membasahi kerongkongannya yang tiba-tiba terasa kering. Ia langsung menyimpan berkas-berkasnya ke dalam laci untuk menunjukkan pada Arsen dan Jeje bahwa ia telah menyelesaikan pekerjaannya.

Arsen mengendikkan bahu kembarnya tak acuh sebelum berkata, "Sebenernya gue kagak peduli lo sibuk atau nggak karena alasan gue dateng ke sini 'kan, cuma mau ajak Zhara makan siang bareng sambil gibahin elo." Arsen kemudian membuka pintu ruangan itu lebar dan masuk secara sempurna. "Skuylah, Dek, main sama Om aja." Pria itu mengulurkan tangan kanannya ke arah Zhara dengan santai.

Zhara tersenyum senang dan hampir menyambut uluran tangan Arsen jika Zhorif tidak dengan tiba-tiba bangkit dari posisinya dan menepis tangan sahabat prianya itu. "Bukan mahram," ujarnya enteng tanpa mengacuhkan Arsen yang merasa kesakitan pada bagian tangannya.

Zhorif kemudian memutar tubuhnya menghadap ke arah Zhara yang hanya bisa diam kebingungan akan tingkah lakunya. "Kamu ... jadi mau makan siang?" tanyanya dengan maksud menawarkan makan bersama. "Yaudah, ayo," ajaknya setelah melihat Zhara menganggukkan kepala. Pada akhirnya, sepasang insan itu keluar ruangan dengan posisi Zhara yang mengekori Zhorif, tak lupa pula mereka mengabaikan kehadiran Arsen dan Jeje.

My Childish Wife [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang