Zhorif memutar tubuhnya untuk yang ke sekian kali. Pria itu mendengus gusar dan membuka kedua matanya yang terpejam. Ini sudah pukul 00.00 malam, dan ia masih belum terlelap juga meski sudah sejak satu jam berusaha. Tentu saja ini semua ada hubungannya dengan Zhara. Setelah beberapa waktu lalu meminta izin padanya, wanita itu benar-benar meninggalkannya dan lebih memilih bermalam bersama Najella, bahkan saat mereka makan siang pun, istrinya tidak duduk bersebelahan dengannya karena langsung diambil alih oleh Najella dan Arsen.
Zhorif menatap Teby yang setia menemaninya, melihat benda tak hidup itu membuat rasa kesalnya semakin menjadi. Pria itu menendang Teby agar jatuh ke lantai dan tidak mengambil ruang tidur yang biasanya Zhara gunakan.
Line!
Untuk mengusir rasa bosan, Zhorif pun meraih ponselnya yang telah tercas penuh dan memeriksa kotak pesannya.
Zhorif refleks tersenyum simpul. Meski sempat ditinggalkan dan dibuat sakit hati oleh wanita itu, paling tidak Zhara masih memiliki rasa peduli terhadapnya. Ia menggerakkan jemarinya dengan antusias untuk menjawab pesan sang istri. Namun, ketika ia baru saja hendak menekan tombol kirim, ponselnya terjatuh ke lantai akibat rasa terkejutnya akan sakit perut yang datang secara tiba-tiba.
Pesan terkirim. Ia tersenyum simpul di kala rasa sakitnya datang. Berharap-harap bahwa sang istri akan merasa khawatir dan bergegas datang untuk memeriksa kondisinya.
Cklek!
Benar saja. Pintu kamarnya dibuka dan ia dapat mendengar langkah kaki tak sabaran Zhara. Supaya terlihat lebih meyakinkan, Zhorif meringkukkan tubuhnya dan meringis keras seolah-olah rasa sakit itu dapat membunuhnya.
"Mas?!" Zhara menghampiri Zhorif dengan raut wajah khawatir dan duduk di tepi kasur. "Mas Zhorif kenapa?! Bagian mana yang sakit?!" tanyanya dengan nada panik.
Zhorif menggelengkan kepalanya lemah. Ia memang berniat menipu istrinya. Namun, rasa sakit pada perutnya seketika benar-benar datang dan perlahan mulai menyiksa meski tidak separah yang biasanya.
"Mas Zhorif jangan diem aja, dong!" Zhara menggigit bibirnya panik dan sedikit mengguncang bahu suaminya agar menjawab. "Mas, sebenernya sakit apa, sih?"
"Maag."
"Maag?" Alis kembar wanita itu saling bertaut. "Maag itu sakitnya di perut 'kan, Mas?" tanyanya berusaha memastikan. Zhorif menyahutinya dengan anggukkan kepala, membuat Zhara sontak berdiri dari duduknya. "Yaudah! Mas tunggu di sini sebentar, jangan kemana-mana. Aku bakal bawain air hangat." Wanita itu kembali melenggang pergi dengan langkah tergesah-gesah.
Kepergian Zhara membuat rasa sakit pada perutnya sedikit berkurang. Ah, apa mungkin itu semua hanya sugestinya semata? Jauh di dalam lubuk hati, ia ingin Zhara memanjakannya. Oleh karena itu, tubuhnya mendukung dengan cara mulai bertingkah.
"Ini Mas..." Zhara membawa secangkir air yang di bawahnya dilapisi dengan piring keramik bermotif bunga.
Awalnya, Zhorif pikir minuman bening itu adalah sekedar air mineral hangat. Namun, dugaannya salah. Itu adalah air hangat dengan ekstra perasan lemon. Sontak saja ia menyemburkannya tepat di depan wajah Zhara yang sedang duduk dekat dengannya.
Zhorif terbelalak kaget. Tangannya bergerak untuk mengambil beberapa lembar tisu di nakas dan mengelap air yang membasahi wajah istrinya. "Maaf, maaf, Mas nggak sengaja."
Zhara menggelengkan kepalanya, kemudian tersenyum, menandakan secara tak langsung bahwa dirinya tidak mempermasalahkan hal itu. "Mas nggak suka sama minumannya, ya?" Ada raut kesedihan yang dapat Zhorif lihat dalam wajah itu.
"Orang yang sedang terkena maag tidak boleh mengonsumsi yang asam-asam, Zhara," jelasnya, "itu bisa memperparah rasa sakit di perut saya."
Bibir Zhara refleks membulat. "Maaf, Mas, aku nggak tau. Aku ambil air hangat biasa aja ya, untuk Mas. Tunggu sebentar!" Ketika Zhara hendak melenggang pergi kembali, Zhorif mencekal pergelangan tangannya kuat, membuat tubuh mungil itu hilang keseimbangan dan jatuh tepat di sebelah pria itu. "Mas?" Zhara menepuk lengan Zhorif yang telah bergerak untuk memeluk bahunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Childish Wife [TAMAT]
RomanceHighest Rank #1 In Chicklit Highest Rank #4 In Roman Highest Rank #2 In Acak Highest Rank #6 In Spiritual Zhorif Seinza Wira Atmadja adalah seorang pria tampan yang taat agama. Usianya hampir menginjak 29 tahun, tetapi masih melajang karena terlalu...