Sebuah pelukan erat yang bersarang di bagian pinggangnya sukses membuat Zhara yang sedang sibuk memasak tersentak kaget, tetapi ketika ia merasakan dagu khas Zhorif menempel di bahunya, tubuh wanita itu menjadi rileks kembali.
"Anak-anak lagi pada ngapain, Mas?"
Zhorif menghela napasnya gusar. Anak-anak lagi, anak-anak lagi! Memangnya sampai kapan Zhara akan terus mengkhawatirkan triplet yang sudah duduk di bangku SD dan akan segera berusia genap tujuh tahun?
"Semalem kamu tidur di kamar Adek lagi?"
Nada kesal yang dikeluarkan Zhorif membuat Zhara hanya dapat meringis dan berbalik badan untuk menghadap ke arah suaminya. "Aku belum terbiasa biarin Adek tidur sendiri, Mas 'kan, tau Adek penakut."
Zhorif memberengut kesal dan menarik pinggang Zhara agar wanita itu semakin dekat padanya. "Mas udah kerja lembur selama dua hari ini, semalam Mas paksain buat pulang, tapi yang Mas dapati malah kamu pergi gitu aja. Apa memang cuma Mas satu-satunya orang yang rindu berat?"
"Rindu berat?" Zhara terkekeh geli sembari mencakup wajah suaminya gemas. "Mas belajar darimana bahasa kayak gitu?"
Zhorif mendengus dan memalingkan wajah agar pipinya terlepas dari sentuhan Zhara. Zhara yang tahu bahwa suaminya itu masih merajuk pun kembali terkekeh kemudian mengalungkan tangannya di leher pria itu.
"Aku juga kangen sama Mas, kok."
"Kelihatannya nggak gitu."
Zhara mengulum senyumannya kemudian menurunkan tangannya untuk memainkan dasi navy yang dikenakan oleh Zhorif. "Yaudah, besok-besok aku janji nggak akan gitu lagi, aku bakal selalu ada di samping Mas dari tidur sampai bangun lagi."
Zhorif menundukkan wajahnya dan mencium hidung Zhara cukup lama. "Kalau sampai bohong Mas gigit ya, hidung kamu."
Zhara menganggukkan kepala sebelum mendorong dada Zhorif agar menjauh sebab ia harus kembali fokus memasak nasi goreng yang akan menjadi santapan pagi keluarganya.
"Mas ngapain?!"
Zhara menatap suaminya dengan raut wajah terkejut dan bertanya-tanya karena Zhorif baru saja menuangkan satu setengah sendok makan lada hitam ke dalam nasi goreng buatannya.
"Melatih triplet biar bisa makan pedas." Zhorif mencubit gemas pipi istrinya dan lanjut berkata, "Kamu pikir Mas nggak tau kalau kamu diam-diam masih biarin mereka pakai pasta gigi bayi?"
Zhara meringis. Ini sudah ketiga kalinya ia ketahuan melanggar perjanjian yang sempat disetujuinya bersama dengan sang suami.
"Aku cuma nggak tega liat mereka nangis karena kepedesan, apalagi si Adek. Masa Mas lupa kalau Adek pernah nangis kejer keliling komplek cuma karena nggak sengaja kemakan saos sambal?"
Zhara lantas mengambil sendok untuk memisahkan bubuk lada hitam yang untungnya belum sempat teraduk rata dengan nasi.
"Kamu tenang aja, Mas udah sediain stok es krim untuk mereka, kok," ujar Zhorif yang kembali memeluk pinggang istrinya dari belakang.
"MOMAAAAA!!!"
Teriakan kencang yang berasal dari arah meja makan membuat Zhara refleks melepaskan diri dari Zhorif kemudian lekas menghampiri ketiga putranya yang sedang menahan air mata dengan mulut penuh busa.
"Ini kok, pasta giginya pedes, Mom? Abang nggak tahan!"
Muhammad Zevansyah Wira Atmadja adalah anak yang pertama kali membuka suara untuk komplain atas kasus pasta giginya yang tiba-tiba berubah rasa menjadi pedas. Zevan adalah putra sulung dari Zhorif dan Zhara yang memiliki ciri khas kulit seputih susu, sedangkan untuk karakteristiknya, Zevan adalah anak laki-laki yang paling rajin, penurut, dan ramah pada semua orang yang ia temui.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Childish Wife [TAMAT]
RomanceHighest Rank #1 In Chicklit Highest Rank #4 In Roman Highest Rank #2 In Acak Highest Rank #6 In Spiritual Zhorif Seinza Wira Atmadja adalah seorang pria tampan yang taat agama. Usianya hampir menginjak 29 tahun, tetapi masih melajang karena terlalu...