[ sembilanbelas ]

166 76 160
                                    

"Pasti ini ulah elo, kan?! Ngaku brengsek!" Umpat Arga seraya menarik kerah baju Alvin, sehingga membuat Alvin terhuyung ke depan.

Arga tak peduli bahwa mereka berada di daerah sekolah, dia terus membentak dan memukuli wajah Alvin. Dia tak terima kalau sahabat sejak kecil nya itu terluka, bahkan sampai mati di tangan temannya sendiri. Tak segan segan ia memberikan balasan yang setimpal.

Alvin mendorong kasar tubuh Arga sehingga membuat sang empu tersungkur di lapangan. Alvin mulai memunculkan taring panjang nya itu, tetapi Devan segera datang lalu mencoba untuk melerai pertikaian ini, tetapi nihil, ia malah terkena tinjuan Arga, sehingga membuat sudut bibirnya sedikit berdarah.

Murid murid datang mengerubungi lapangan, melihat siapa yang bertengkar dan bersorak untuk melanjutkan pertikaian itu. Tak ada yang melapor ke guru ataupun mencoba melerai nya. Darrel mengepalkan tangannya, ia menerobos kerumunan anak sekolah dan langsung melerai dengan kuat, ia mendorong tubuh Arga agar menjauh dari Alvin. Arga tak melawan, ia nurut dengan Darrel. Kemudian datang lah Vero, Kevin dan Reva, mereka membantu Darrel memisahkan Arga dan Alvin. Devan? Ia pergi ke toilet sebentar.

"Wah apa-apaan, nih? Ada yang lagi berantem bukannya di pisahin atau panggil guru, malah kalian sorakin biar tetep berantem. Otak nya kemana? BUBAR SEKARANG!" Sentak Reva kepada murid murid yang mengerubungi mereka di lapangan. Kerumunan itu langsung berhamburan pergi dari lapangan, takut dengan teriakan Reva. Tapi memang wajar, murid seperti itu harus di peringat kan seperti tadi.

"Kenapa berantem? Emang masalah akan selesai kalo berantem?" Tanya Vero ketus kepada dua teman nya yang baru selesai bertengkar itu.

Tak ada yang menjawab, yang terjadi hanyalah Arga dan Alvin yang melempari tatapan tajam, seperti tatapan kebencian mungkin?

Arga pergi meninggalkan lapangan, awalnya Alvin ingin mengejar, tetapi keburu ditahan oleh Vero. Mereka sangat tertekan dengan kondisi seperti ini. Semalam, hampir saja David mati ditusuk, Untung nya Reva sedang melewati kebun itu lalu menolong nya.

Jika kalian bertanya kemana Zilvi, ia sedari tadi hanya duduk di kelasnya. Jika ada yang mengajaknya untuk mengobrol, ia tak menggubris. Hal itu membuat teman nya kesal kepada Zilvi. Zilvi masih dengan bola mata merah nya.

Hubungan pertemanan Devan dkk makin rumit. Vero dan Daniel sangat membenci satu sama lain, Arga dan Alvin selalu bertengkar jika bertemu, Arga dan Albiyu juga suka menuduh satu sama lain.

Tak lama kemudian, Daniel datang dan mengajak Alvin untuk pergi. Lalu yang tersisa hanyalah Vero, Reva, Darrel dan Devan yang baru saja kembali dari toilet. Luka di sudut bibir Devan sudah sembuh, ia mengobati nya dengan air.

"Vero," Panggil Reva. Yang di panggil hanya menengok.

"Lo bisa lepas mantra hipnotis, 'kan?" Tanya Reva. Devan mengernyitkan dahinya, tak mengerti arah pembicaraan mereka.

Vero mengangguk "Bisa, kenapa?"

Reva membuang nafas panjang, lalu beralih menatap Vero dengan tatapan horror nya itu. "Kalo bisa lepas mantra hipnotis, Kenapa lo gak lepas mantra sihir yang nguasain Zilvi sama Alvin, wahai Vero pangeran Iblis terkuat di dunia sihir ini?" Ujar Reva dengan senyum yang menakutkan itu.

"LAH IYA GUE LUPA. KOK GUE GAK KEPIKIRAN, SIH? GUE BEGO BANGET, HERAN." Gerutu Vero. "Loh, bukannya elo emang bego?" Tanya Devan. Vero hanya sabar dikatai seperti itu. Darrel, ia hanya bagian ngakak saja.

#VeroSabar #VeroGantengTabah #VeroSabar2k21







































The Game || 00L ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang