[ duapuluhempat ]

205 44 217
                                    

Kini hari yang ditunggu telah tiba, hari dimana kedua tim akan melaksanakan sebuah pertarungan sihir. Kini Devan dan tim nya sudah berada di tanah kosong itu. Tempat itu berada di sekitar perbukitan.   Mereka melihat sebuah pelindung yang terbuat dari sihir. Pelindung itu menutupi semua wilayah Tanah perbukitan itu.

Lalu dihadapannya sudah ada Daniel dan pasukannya. Pasukannya lumayan banyak, hampir sama dengan pasukan Devan dkk. Pertarungan kali ini tim Devan di pimpin oleh Reva dan Kevin, mereka berdua ahli dalam bidang pertarungan.

Mereka bertarung hanya dengan setelan baju atau Hoodie dan celana panjang biasa. Tetapi berbeda dengan Vero, ia memakai Hoodie warna oranye dengan tulisan 'orang ganteng pasti menang' .

Daniel melangkahkan kakinya menuju ke hadapan Reva, akan tetapi dengan jarak yang sedikit jauh. Ia memegang tongkat sihirnya dengan angkuh.

"Pertarungan ini... Akan menentukan siapa yang menang dan kalah. Kalian... Harus musnah dari dunia ini. Dan dengan mudah gue bisa kuasain dunia ini." Ucap Daniel, Reva yang dihadapannya geram.

"Keep dreaming, Daniel. Itu gak akan terjadi." Balas Reva.

"Dan, apa tujuan lo seret kita ke dalam permainan aneh kayak gini? Emang kita punya salah apa sama lo?"  Tanya Kevin secara tiba-tiba. Sungguh, ia sudah sangat penasaran dengan jawaban dari Daniel.

"Alasan gue seret kalian ke permainan ini? Albiyu, dia mantan temen gue. Dan dia pergi ninggalin gue demi kalian. Gue temen dia dari kecil, dan dengan mudah kalian rebut? Dan Alvin, orang tuanya udah bunuh ayah sama bunda gue, anjing! Lo tau rasanya ditinggal orang tua pas umur 9 tahun?! GAK TAU! ORANG TUA KALIAN MASIH LENGKAP! GUE IRI! Dan umur segitu gue harus pisah sama orangtua buat selamanya. Gue tinggal sama nenek gue, tapi 3 tahun kemudian dia meninggal. Gue pergi, pergi sejauh apapun. Dan akhirnya gue ketemu sama asrama Hogwarts. Disana gue gak punya temen karena ilmu sihir gue lebih tinggi daripada yang lain. Gue kesepian, kesepian sejak kecil. Dan sampe akhirnya gue tau informasi tentang kalian dan orangtua Alvin yang bunuh bunda sama ayah gue. Dan berakhir kayak gini. Puas kalian sama jawaban dari gue?!" Jawab Daniel. Sungguh Jawaban yang tak diduga. Ternyata ada alasan tertentu ia menyeret Devan dkk kedalam permainan bodoh ini.

"Tapi gak gitu juga caranya, Daniel." Balas Devan, lalu diangguki oleh Arga.

Daniel mendecih "Gak! Cuma itu cara satu-satunya.  Kita impas."

"Tapi emang lo puas sama apa yang lo lakuin ini? Albiyu, dia dibunuh Alvin. Lo sendiri yang bilang kalo dia itu temen kecil Lo 'kan? Kenapa Lo lakuin ini?" Tanya Vero. Wah, tumben sekali dia bisa serius.

"Gue udah gak peduli sama dia. Pas dia baru ketemu sama gue habis 12 tahun kepisah dan reaksi dia cuma 'oh'. Seakan-akan dia gak peduli sama kehadiran gue." Jawab Daniel.

Seketika suasana menjadi hening dan lebih mencekam. Merasa tidak perlu ada lagi yang harus dibicarakan, Daniel langsung mengayunkan tongkat sihirnya ke arah Arga dan ia merapal kan sebuah mantra dan sihir itu akan mengenai Arga. Arga yang fokus itu langsung menyerang balik Daniel dengan sihir nya. Dirasanya pertarungan sudah dimulai, karena pasukan musuh sudah mulai menyerang Reva dan yang lain.

Arga sibuk mengerahkan seluruh tenaga nya untuk melawan Daniel, tetapi tiba-tiba ada Dementor yang mencoba menyerang Arga dari belakang. Jika Arga beralih menyerang Dementor itu, ia bisa mati terkena sihir Daniel, jika ia tidak memperdulikan Dementor itu, ia bisa dibunuh secara tiba-tiba oleh Dementor itu.

Untungnya, Vero melihat kondisi Arga, ia langsung melesat ke belakang Dementor yang menyerang Arga lalu Vero langsung menyerang Dementor itu dari belakang. Dementor itu menyadari akan kehadiran Vero, lalu melesat dan pergi dari hadapan Vero. Vero merasa aneh, lalu ia pergi membantu teman nya yang lain.

The Game || 00L ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang