Langit mulai mendung, rintikan hujan sedikit demi sedikit mulai berjatuhan mengguyur dunia sihir ini. Hawa yang mendadak aneh mendatangi Reva dan kawan kawan. Mereka sedang beradu mulut. Awalnya, Devan menanyakan siapa saja yang teman teman nya curigai, dan berakhir lah dengan salah satu pihak yang mulai membenci teman nya sendiri.
"Gue curiga sama Arga." Timpal Albiyu secara tiba-tiba. Oknum yang dicurigai pun terkejut.
"Kok gue?! Jangan asal tuduh woi!" Tutur Arga, membela diri nya sendiri.
"Ya, elo bersikap seolah olah paling tenang, Ga. Gue curiga dari gerak gerik elo. Gue kenal elo waktu mau ngebunuh Axel. Dan disitu, gue denger gosip dari anak kelas lain kalo elo itu suka ngebunuh orang."
Deg.
Situasi mendadak sunyi. Devan mengernyitkan dahi nya. Ia tak percaya dari ucapan Albiyu tadi.
"Lo serius?"
Albiyu berdecak, lalu merotasi kan bola mata nya. "Ya! Gue tipikal orang yang gak suka bercanda di situasi kayak gini!" Ujar nya.
Arga tertawa remeh, lalu bertepuk tangan.
Prok, prok, prok.
"Keren juga asumsi elo, Yu. Emang elo punya bukti lain? Kan lo sendiri bilang kalo itu dari gosip. Gak semua gosip belum tentu benar, 'kan?" Ujar nya seraya tersenyum miring di akhir kalimat yang ia lontarkan.
Tanpa mereka sadari, diantara mereka ada yang tertawa seraya menunduk —agar tidak ketahuan.
"Haha, seru juga ngeliat kalian adu mulut gini. Akting gue selama ini bagus juga, ya. Saking bagus nya, gak ada yang sadar kalo dalang nya gue sendiri." Batin salah satu dari mereka.
"Niel, kok lu ketawa? Dan.. kenapa raut wajah lo seneng gitu?" Celetuk Devan.
"Hah? Engga, kok. Salah liat kali lo, Van." Tutur Daniel seraya memalingkan wajah nya.
"Maaf, Niel. Dari kemarin, lo mencurigakan banget, mau gak mau, gue curiga sama elo, Daniel Narendra Zergio."
"Loh? Kok gue?!"
"Lo mencurigakan banget. Waktu hari kematian Vina, raut wajah lo seneng gitu. Dan di waktu kita mau nyari dalang nya, elo gak Dateng terus. Waktu mau nyari Reva yang diculik, elo gak dateng juga, padahal, waktu Zilvi ngabarin di group chat-"
"Elo ngebaca loh. Tapi kenapa gak Dateng?" Ujar Darrel. Zilvi mengangguk setuju.
Daniel terdiam seribu bahasa, ia bingung ingin menyangkal semua tuduhan itu bagaimana.
"Cih, dia ada urusan. Lo gak perlu sok tau, bodoh!" Sela Alvin. Kenapa sifat nya yang soft menjadi kasar seperti ini?
"Kok elo ngebela Daniel, sih?!" Timpal Arga.
"Wajar, Ga. Dia kan antek antek nya Daniel. Dan lagi pula, ketahuan banget kalo Alvin kena sihir. Bisa jadi itu ulah Daniel, 'kan? Hahaha." Celetuk Reva.
"Cih! Apaan sih Lo?! Se enak nya aja nuduh gue! Dan juga gue gak hipnotis Alvin. Sok tau banget. Jadi males gue ngebantu kalian nyari dalang nya." Celetuk Daniel.
"Ya terserah, kan elo gak pernah bantu kita nyari dalang nya, Niel."
Daniel memalingkan wajah nya dengan nafas memburu. Lalu menatap pojok dinding rumah Reva. Dan dilihat nya, ada arwah Leon yang sedang menatap nya dengan sangat tajam.
• • •
Malam ini, Vero ber-inisiatif untuk menguntit seseorang yang ia curigai. Saat sedang berkumpul tadi, ia tak melontarkan sepatah kata pun, ia hanya diam dan memikirkan rencana untuk menguntit salah satu teman nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Game || 00L ✓
Fantasy❝Kayaknya kita kena sial deh, makanya main game ini.❞ Kumpulan remaja sekolah Magic Victoria High School ini mendapat sebuah misi, yaitu misi untuk menyelesaikan permainan yang mengancam nyawa. Mereka harus menemukan dan membunuh dalang dari permain...