[ duapuluhdua ]

152 59 174
                                    

"halo?"

"Halo, Van."

"Kenapa? Udah malem astaga."

"Sorry kalo gue ganggu waktu lo, si Alvin... D-dia.."

"Kenapa?"

"Alvin meninggal."

"What the f—?! Lo serius? Kok bisa?!"

"Jangan panik dulu, g-gue juga bingung jelasin nya gimana.."

"Gimana gue gak panik, b*tch?! Dia temen gue! Sekarang, jelasin kronologi nya!"

"Lo bisa Dateng ke rumah sakit **** gak? Nanti gue jelasin di sana."

"Oke."

Sambungan telepon dimatikan, dan sekarang Vero sedang terduduk di kursi taman rumah sakit. Memang sudah malam, tetapi pikiran nya kemana-mana. Ia sudah di pusing kan dengan permainan ini, lalu di pusing kan dengan Devan yang marah di telepon tadi. Ia bingung harus bagaimana cara untuk menjelaskan kronologi nya yang di rumah kosong tadi.

Kedua temannya datang, mereka melihat teman nya yang periang itu menjadi terdiam. Memang Reva dan Kevin mengerti situasi Vero, akan tetapi mereka merasa sedikit aneh saja.

Kevin membuka pembicaraan "Lo udah ngabarin Devan?" Tanya nya kepada Vero.

Iblis itu mengangguk "Udah." Jawab nya. Singkat, padat dan jelas.

"Maaf, gara-gara gue ngusulin ide kayak gini, nyawa Alvin jadi bayarannya. Gue gak tau dia bakalan berfikir kayak gitu," ungkap Reva dengan wajah lesu nya.

"Stop salahin diri sendiri, emang udah takdir nya kayak gini. Takdir gak bisa di ubah." Jawab Kevin.

Mereka larut dalam keheningan selama 10 menit. Mereka kalut dalam pikiran masing-masing. Lalu ada sebuah suara notifikasi dari ponsel Vero.

Devan

Dimana? Gue udah di
Lobby.
22.59

Gue di taman RS.
Dateng aja.
23.00

Ok.
23.00

Vero kembali memasukkan ponsel nya ke dalam saku celananya, lalu memasukkan tangan nya ke dalam saku Hoodie yang ia pakai. Lalu datang lah seseorang yang sudah ia tunggu.

"Ver, jadi gimana?" Tanya nya.

Reva dan Kevin saling melempar pandang, lalu kembali melihat Vero yang lesu. Vero mulai menjelaskan kejadian nya, Devan hanya diam sampai Vero mengakhiri penjelasannya.

"Jadi ya bukan salah kita bertiga. Cuma emang sifat Alvin yang keras kepala kayak gitu." Sambung Vero.

Devan berpikir sejenak, lalu mengacak rambutnya frustasi. "Yaudah, bahas nanti aja. Dimana jenazah Alvin? Gue mau liat."

Kevin langsung mengajak Devan menuju kamar jenazah dan meninggalkan Vero dan Reva berdua di taman.

Reva merasa tak enak, karena suasana hening sekali, hanya terdengar suara angin malam berhembus kencang. Dan rumah sakit sudah sepi karena sudah malam.

Reva membuka suara "Ver,"

"Hm?" Vero hanya membalas nya dengan daheman tanpa melihat lawan bicaranya.

The Game || 00L ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang