[ dua ]

636 314 290
                                    

Sekolahan di buat heboh oleh berita tentang Game tersebut. Dari daftar nama peserta nya, dan jumlah peserta nya. Aneh nya, yang ikut hanya beberapa orang dari kelas A. Ya, kelas nya Devan dkk. Dan di daftar nama peserta kelas A hanya ada Devan dan kesembilan teman nya.

"Hah? Gila ya?! Masa dari kelas kita, peserta nya cuma kita?! Bener-bener minta di hujat ya!" Ucap Hyeri.

"Gue boleh minta tolong kalian buat jujur gak?" Sela Kevin.

"Tentang?"

"Identitas kalian yang belum gue tau." Balas Kevin dengan nada serius.

Devan, Hyeri, Vina, Darrel, Albiyu, Alvin, dan Leon hanya diam membisu. Terkecuali Vero dan Reva. Kenapa? Kan identitas mereka sudah diketahui.

"Kenapa harus identitas?" Balas Darrel dengan wajah sedikit panik. Akan tetapi ia masih bisa mengontrol mimik wajah nya seperti biasa.

Hmm, mencurigakan.
Eh jangan suudzon. Baru juga chapter awal, awokaowk.

"Gue takut diantara kalian ada di kubu musuh." Balas Kevin.

"Gue itu —" Hyeri ingin membongkar identitas nya, akan tetapi terdengar suara ledakan.

DOR

Terdengar suara ledakan dari lapangan. Dan terlihat ada seorang murid ber-identitas penyihir sedang berkelahi dengan salah satu murid yang lain.

Otomatis, Devan dkk segera ke lapangan untuk melihat sekaligus menghentikan kejadian tersebut. Jika di teruskan, bisa-bisa lapangan sekolah hancur di buat nya.

"Woi! Apa-apa an ini?!" Tegur Leon kepada murid yang sedang bertengkar.

"Diem lo!" Sarkas sang murid.

"Kalo ada masalah di bicarakan baik-baik! Bukan malah berantem gini!" Ucap seseorang perempuan yang baru saja sampai di lapangan.

Albiyu ingin maju, tetapi di cegah oleh Alvin. Karena takut akan ia terkena sihir.

"Gw tau! Elo kan yang bunuh mama gue?!" Ucap sang murid yang sedang bertengkar. Ia adalah Arga.

"Sumpah gue ga sengaja! Gue gak tau itu mama Lo!"

"Gausah banyak alasan!"

"T-tapi —"

"Nyawa di bayar nyawa, Axel." Ucap Arga sembari mengayunkan tongkat sihir nya kepada Axel.

"Avada kadavra"

Dan murid yang melihat kejadian tersebut hanya menganga terkejut setelah mendengan mantra yang diucap kan Arga.

Lalu Axel terjatuh dan ia menghembuskan nafas terakhir nya di lapangan sekolah. Axel ber-identitas Vampir. Axel meminum darah Ibunda Arga. Maka dari itu, Arga sangat marah. Ya, sangat marah.

"Gila Lo Ar?!" Ucap perempuan yang sempat menegur Arga dan Axel. Panggil saja dia Vanya.

Arga hanya menatap tajam manik mata Vanya dengan nafas yang tersengal. Dan pergi meninggalkan keadaan lapangan.

"Kalian ini! Ada temen bertengkar malah di tonton, bukannya di lerai. Saya gak mau tau, kalian bersihin lapangan ini! Terus ini, mayat Axel, kalian yang urus!" Komando Reva. Dan murid lain hanya mengangguk patuh. Karena mereka tau siapa itu Reva.

Hayoo, ada yang mau tau Reva siapa? Wkwk

Saat murid-murid sedang bersih-bersih, Reva dkk pergi meninggalkan lapangan. Tak lama setelah itu, ada salah satu murid perempuan bertanya kepada teman di samping nya.

"Itu kak Reva kelas A kan?"

"Iya."

"Kok pada nurut sama kak Reva? Emang dia siapa?" Tanya nya.

"Lu gak tau identitas kak Reva?"

Lalu perempuan yang di ketahui bernama Dhara tersebut langsung menggeleng.

"Sini gue kasih tau. Tapi deket-an dikit." Suruh nya, lalu Dhara langsung menggeser duduk nya menjadi lebih dekat dengan temannya.

"Kak Reva itu sebenernya ..."

Lalu teman nya Dhara Langsung membisikkan sesuatu kepada Dhara. Dhara terbelalak setelah mendengar identitas asli Reva.

"Serius lo?"

"Ngapain gue bohong."

Reva sebenernya apa nih? Wkwk



Hari ini adalah hari dimulai nya game tersebut. Seperti yang dikatakan, game ini mengancam nyawa dan mereka harus bersatu untuk mengalah kan musuh.

Kevin, Reva, Vina, Hyeri, Darrel, Alvin, Vero, Albiyu, Leon, Devan sedang berada di rooftop sekolah. Mereka ingin menghirup udara bebas.

"Menurut kalian, ada berapa orang yang bakalan gugur di game ini?" Tanya Vina memecahkan keheningan.

"Gak tau. Semoga aja diantara kita ber sepuluh gak ada yang gugur." Balas Leon.

Tak lama setelah pertanyaan Vina, datang lah tiga penyihir dengan pakaian serba hitam. Reva dkk dibuat terkejut oleh nya.

"Halo semua. Siap mati?" Ucap salah satu penyihir nya.

Baru juga chapter 2, masa udah ada yang gugur:')

"Oke, saya kasih tebakan. Kalo kalah kalian harus pilih salah satu ya." Ucap sang penyihir.

"Duluan telur atau ayam?" Ucap penyihir tersebut.

Dengan ada nya tebakan itu, Reva dkk dibuat bingung oleh nya. Pasal nya, kedua pilihan tersebut sama-sama benar.

Ayam berasal dari telur. Tetapi telur berasal dari ayam. Jadi yang benar yang mana?

"Ya ayam lah!" Seru Hyeri.

"Selamat, anda salah. So, kutukan atau mati?"

The Game || 00L ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang