Kenapa Bahagia Begitu Mudah?

18. Cintai Diri Kamu Sendiri Dengan Lebih Baik

Waktu nulis sih nggak kepikiran lagu apapun. Eh kelar nulis dengerin lagunya 1D terus keputer lagu Little Things kok ngerasa lagu ini tuh pas banget buat soundtrack chapter ini. Jadi coba deh, dengerin lagunya sambil tutup mata dan resapi liriknya, terus baca chapternya, hehe. Nggak paham juga anak belasan tahun kala itu bisa bawain lagu yang begini deep maknanya. Banyangin nggak sih kalo 1D yang udah jauh lebih dewasa sekarang bawain lagu ini? Duh maaf, jiwa directioners gue lagi menggebu-gebu.

Selamat membaca :D

***

Hubungan bukan hanya tentang gula dan permen kapas. Kadang Swastamita dan Gara juga harus mencicip bagaimana asamnya lemon atau pahitnya jamu. Itu jelas tidak mudah. Kadang tiba saatnya ketika keduanya sama-sama lelah dan menemukan hubungan yang terasa stagnan. Tapi, baik Gara maupun Swastamita memiliki keinginan untuk memperjuangkan hubungan ini.

Untuk seorang laki-laki sebaik dan sesabar Gara, kadang ia merasa lelah dengan perubahan mood Swastamita yang sangat drastis dan akan berakhir dengan bungkamnya perempuan itu hingga beberapa jam. Tiap Gara bertanya, Swastamita hanya menjawab, "Nggak apa-apa," tipikal perempuan kebanyakan. Jika saja Gara sedang di posisi yang lelah-lelahnya karena pekerjaan, ia akan balik mendiamkan Swastamita sampai semalaman.

Lalu paginya ketika tidak menemukan pesan Gara yang biasanya selalu hadir, Swastamita akan kelabakan sendiri. Dan Swastamita sendirilah yang mencairkan suasana. Kadang dengan mengirimkan sarapan untuk Gara atau datang ke kantor Gara dan mengajak kekasihnya makan bersama.

Butuh kerja sama antardua belah pihak untuk mempertahankan sebuah hubungan. Dan itulah yang keduanya lakukan.

Episode keanehan Swastamita hadir kembali untuk yang kesekian kali. Gara tidak terlalu mengerti kapan semuanya bermula, karena apa pula. Yang pasti sejak semalam Swastamita kembali mendiamkannya.

Jika ditanya soal masalah terbesar yang dimiliki Swastamita, maka Gara akan menjawab, rasa insecurity perempuan tersebut. Swastamita sering merasa dirinya tidak cukup mampu, tidak cukup pantas. Dan kalau sudah begitu, maka ia akan mendorong jauh-jauah Gara dengan cara mendiamkannya. Gara sudah terlalu hapal. Dan jika sudah begitu, yang Gara lakukan biasanya adalah menghujani Swastamita dengan tindak-tanduk dan perlakuan manis yang berpotensi membuat diabetes.

Hanya satu yang Gara sayangkan, Swastamita tidak pernah jujur tentang apa yang ia rasakan. Tentang rasa tidak percaya dirinya.

Pagi itu Swastamita bangun dengan mood yang super berantakan. Seharian kemarin ia sudah menghabiskan waktunya untuk merasa rendah diri. Memikirkan Gara yang pantas mendapatkan perempuan yang lebih baik, yang lebih mengerti dirinya. Yang sehat dan bukan yang bermasalah seperti Swstamita. Ia pikir setelah dibawa tidur semua perasaan sialan itu akan hilang, seperti biasanya. Namun nyatanya mood-nya kian hancur berantakan.

Setelah memakan satu porsi sereal dan segelas susu, Swastamita masuk ke dalam kamar untuk mulai bersiap pergi ke kedai. Sebenarnya ia biasa datang ke kedai sekitar pukul satu siang. Namun dengan mood yang begini hancur, Swastamita pikir ia butuh waktu untuk menyegarkan pikiran dengan berjalan-jalan dan memanjakan diri sendiri.

Tepat pukul sepuluh pagi Mita membuka pintu apartemennya dan melangkah keluar dengan sneakers berwarna putih. Tanpa menoleh ke belakang, ia mendorong pintu dengan kakinya agar langsung tertutup. Namun nyatanya Swastamita menemukan sesuatu yang lain teronggok di sebelah pintu.

Sebuah paper bag berwarna cokelat muda duduk manis di sana. Bersama satu tangkai bunga mawar putih terselip di dalamnya. Dari sana saja Swastamita tahu siapa gerangan si pengirim.

Berjongkoklah ia di depan pintu dan meraih bingkisan kiriman dari Gara. Pertama Swastamita meraih mawar putih dan menciumnya. Harum, seperti mawar pada umumnya. Dan ketika Swastamita mengeluarkan sesuatu yang lain dari dalam paper bag, makin lebarlah senyumnya.