Part 1

26.7K 1.3K 18
                                    

lisa pov

namaku lalisa Manoban Lahir 27 Maret  di bangkok thailand. aku memiliki seorang ayah yang bernama Mario Manoban pria asli thailand sedangkan ibuku bernama song ji hyo terlihat dari marganya bisa di pastikan bahwa ibuku adalah orang asli Korea. orang tuaku bertemu ketika ayahku pergi berlibur ke korea eommaku bercerita bahwa saat itu dia adalah seorang asisten koki di restoran hotel tempat ayahku menginap. Bisa di bilang bahwa ayahku adalah orang terpandang di thailalnd dengan pekerjaannya sebagai pemilik sebuah perusahan perhotelan dan pembangunan kontruksi yang cukup besar di thailand. tahun 1996 mereka menikah dan tak lama ibuku hamil dan lahirlah putri cantik sekaligus putri satu satunya yang mereka miliki yaitu aku Lalisa Manoban.

Aku hidup sangat bahagia dengan kedua orang tuaku, apapun yang aku mau pasti aku dapatkan entah itu soal materi ataupun kasih sayang. tapi semua itu berubah sejak aku berusia 12 tahun, lebih tepatnya perlakuan daddyku terhadap eommaku yang berubah. daddy menjadi lebih kasar, mereka sering bertengkar entah itu bertengkar dengan ucapan maupun fisik. aku bahkan pernah melihat pertengkaran hebat mereka dan daddy memukul eomma dengan sebuah vas bunga tepat di kepala eomma hingga berdarah. saat itu aku langsung menangis histeris, daddy langsung menggendong dan menenangkanku dan berkata itu hanya kecelakan. anak berusia 7 tahun pun bisa membedakan apa itu kesengajaan atau kecelakaan. sudah sangat jelas bahwa daddy mengayunkan vas bunga itu ke kepala eomma. 

kejadian itu berlanjut hingga aku berusia 15 tahun dan aku semakin dewasa. itu pertama kalinya aku mengerti arti sebuah penghiatan saat aku melihat daddy dalam keadaan mabuk dan pulang dengan membawa seorang wanita dengan pakaian seksi. daddy dan wanita itu masuk kedalam kamar dan disitulah pertengkaran antara kedua orang tuaku terjadi lagi. daddy berkata kasar bahkan ia menampar, menendang dan juga menarik rambut eomma. malam itu ada satu kata lagi yang aku pelajari yaitu perpisahan. 

setelah sidang orang tuaku, hak asu atas diriku jatuh kepada daddy karena aku masih berusia 15 tahun dan belum memiliki hak memilih. Pengadilan berpikir daddy bisa memenuhi kebutuhanku karena ekonomi daddy terbilang bagus dan berbeda dengan eomma. hari itu aku masih ingat bahwa aku menangis sekencang kencangnya karena tak ingin berpisah dari eomma. eomma pun tidak tega meninggalkanku. eomma kembali ke negara kelahirannya tanpa membawa apapun kecuali penderitaan yang ia rasakan. sejak saat itu aku tinggal berdua dengan daddy, daddy memperlakukanku dengan baik, ia tidak pernah kasar seperti sikapnya pada eomma. dia memberiku apapun yang aku inginkan kecuali kasih sayang dan perhatian.

Aku lebih banyak menghabiskan waktu dengan para maid dibandingkan dengan daddyku sendiri. daddy selalu pulang malam dan  juga pada saat weekend ia lebih sering melakukan perjalanan bisnisnya. lebih parahnya lagi daddy sering membawa wanita dan juga pulang dengan keadaan mabuk. kupikir wanita akan yang dibawa pulang itu adalah calon ibu tiriku tapi ternyata aku salah karena daddy selalu membawa wanita yang berbeda. Karena melihat semua yang dilakukan daddy timbul sebuah trauma yang membuat sesuatu yang menyimpang dari dalam diriku. aku selalu berpikir aku tidak ingin menikah dengan seorang pria karena bagiku pria bisa menyakitiku dan menyianyiakanku seperti apa yang daddy lakukan pada eomma. aku ingin mencintai wanita dan melindungi wanita terutama wanita yang seperti eomma. 

Saat aku berusia tepat 17 tahun, pihak pengadilan menemui dan memberikan hak pilih dan aku memilih untuk bersama eomma. daddy terkejut dengan keputusanku karena mungkin ia telah mendapatkanku sepenuhnya. tapi dia salah, daddy memohon agar aku tetap tinggal dengannya tapi aku memantapkan hatiku untuk pergi dan disinilah aku sekarang. menginjakkan kaki di tanah kelahiran eommaku. dengan memegang satu koper besar dan juga sebuah catatan kecil tempat dimana eomma bekerja aku masuk kesebuah taksi dan meminta ahjussi itu mengantarku ke alamat yang aku tuju. 

aku sudah benar benar merencanakan jika apapun yang terjadi aku akan bersama eomma, bahkan sejak dua tahun yang lalu aku diam diam mempelajari bahasa korea agar aku tidak terlihat seperti orang bodoh di negara ini. aku sungguh terkejut ketika taksi yang aku tumpangi berhenti di sebuah restoran di sebuah gang kecil bahkan jalanan gang ini hanya cukup dilalui satu mobil. "ahjussi, apa benar ini restorannya" tanyaku.

"Nee agassi, kita berada di alamat yang tepat" ucap ahjussi. 

aku turun dari taksi dan ahjussi membantuku mengeluarkan koper besarku dari bagasi mobil. aku masuk kedalam restoran kecil. restoran itu begitu kecil dan sempit bahkan aku kesulitan membawa koperku hingga seorang ahjumma datang menyambutku dan membantuku meletakkan koper agar tidak mengganggu pengunjung yang lain. aku duduk dan memperhatikan, hanya ada tiga orang yang yang makan disini saat ini. ini restoran yang sepi atau mungkin restoran ini sepi karena sekarang sudah lewat jam makan siang. lebih tepatnya sekarang pukul setengah tiga sore. 

seorang ahjumma memberiku satu gelas kosong dan juga satu teko berisi air "apa yang anda inginkan agassi?" tanya ahjumma. 

"ahjumma, aku ingin bertanya apakah benar bahwa song ji hyo bekerja disini?" tanyaku. 

"apa namamu lisa?" tanya ahjumma. 

aku terkejut karena ahjumma mengenalku "ahjumma mengenalku?" tanyaku. 

"tentu saja. kau sangat cantik mirip ibumu" ucap ahjumma. 

"jadi benar ibuku kerja disini?" tanyaku. 

"tunggu sebentar" ucap ahjumma lalu pergi kedalam. 

aku mulai gugup karena sudah 2 tahun lebih aku tidak bertemu dengan eomma. aku bahkan tidak tau apa dia hidup dengan baik. aku menunduk memejamkan mataku aku berpikir hidup eomma dibilang jauh lebih buruk dibandingkan di thailand. aku bisa menebaknya ketika melihat tempat kerja eomma. aku mengangkat kepalaku dan kulihat eomma berjalan kearahku sambil tersenyum. eomma masih tetap cantik hanya satu yang berubah penampilannya. Sisi glamor yang pernah kulihat seakan menghilang dan berganti dengan celemek kotor dan pakaian yang lusuh. tapi aku tidak peduli dengan semua itu aku berdiri dan memeluk eommaku dengan sangat erat. aroma parfum Gucci Bloom yang dulu eomma sering pakai tidak bisa lagi kucium dari tubuhnya. aku hanya bisa mencium daging panggang di tubuh eomma. 

eomma merenggangkan pelukannya lalu menangkup kedua pipiku, aku bisa melihat air mata eomma menetes ketika melihatku. 

"lisa... " ucap eomma dengan bibir sedikit bergetar menahan tangisannya. 

"nee eomma. ini aku lisa" ucapku sambil tersenyum. 

"kau bisa bahasa korea?" tanya eomma. 

"aku belajar bahasa korea sejak 2 tahun yang lalu" ucapku. 

"kau tumbuh dengan baik nak. lihatlah kau sekarang cantik dan tinggi. mario merawatmu dengan sangat baik" ucap eomma. 

aku hanya tersenyum, daddy memang mengeluarkan banyak uangnya untukku tapi aku tidak merasa bahwa daddy merawatku dengan baik. 

"ji hyo, jangan hanya berdiri saja. putrimu  pasti lapar" ucap ahjumma dengan meletakkan satu piring daging dan juga berbagai macam makanan pendamping. 

"aku hampir lupa, duduklah nak. kita makan bersama" ucap eomma. 

aku tersenyum lalu duduk di depan pangganan barbeque, aku memperhatikan eomma yang sedang memanggang daging untukku. pemandangan yang sangat membahagiakan untukku, bahkan ketika daging matang eomma menyuapiku. aku hampir menangis karena bisa makan dari suapan eomma seperti ketika aku kecil.

lisa pov end

T.R.I.A.N.G.E.LTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang