7

6K 800 61
                                    

Komen tembus 20 dulu

Hasna bangun pagi sekali, ia kaget saat melihat Mardika lelap di sampingnya. Ia menutup wajahnya dengan telapak tangan, rasa malu akibat tidur dengan pasiennya masih ia rasakan.

"Masih perawan kan gue?" Tanyanya dalam hati

Wanita itu segera bangun, ia melihat jam di telpon genggamnya dan berniat mencari sarapan.

"Nana sama lakinya kemana? Kok gak ada di kamar"

Ia berjalan ke halaman dan benar saja mobil mereka tidak ada. Apa jangan-jangan ia ditinggal bersama Dika di sini?

"Has... Ngapain lo di depan pintu?" Tanya Dika yang baru bangun

Jantung Hasna berdegup kencang. Dika begitu tampan saat bangun tidur.

"A—anu, mau cari sarapan mas. Nana sama mas Jeremy mana?"

"Mereka paling booking hotel, kamarnya gak kedap suara. Bentar kalau mau cari sarapan, gue ikut"

Dika berjalan ke kamar mandi membersihkan tubuhnya dan ikut Hasna keluar mencari sarapan.

Mereka berjalan berdua di trotoar. Dika menggandeng tangan Hasna membuat wajah gadis itu memerah.

"Lo nggak bisa nyebrang ya? Kaku gitu" ejek Dika

"Bisa kok..."

Padahal itu hanyalah alasan Dika agar bisa menggandeng tangan gadis itu.

"Makan nasi uduk atau apa, Has?"

"Samain sama mas Dika aja, aku pemakan segala kok"

Dika menyentil kening gadis itu lalu tertawa. Sementara Hasna masih bingung kenapa Dika menjadi sangat dekat dengannya.

Jantung Hasna makin tidak beraturan saja detaknya.

"Ketupat sayur sama es teh manis...." Seru Dika

"Aku siapin obatnya sekalian ya"

Tangan Hasna ditahan oleh Dika. Lelaki itu memandang wajah Hasna tajam.

"Makan! Gue bisa minum obat sendiri, Has"

"I—iya mas"

Sementara Jeremy dan Nana sebenarnya hanya diam di mobil sejak tadi subuh. Mereka parkir di depan danau dan menikmati pemandangan.

Sengaja memberikan waktu pada Dika dan Hasna untui berduaan.

"Aku udah ngasih restu kalau Hasna sama Dika jadian" ujar Jeremy

"Apalagi aku. Hasna harus dapat cowok yang baik, cocok sih mereka berdua"

Jeremy mengangguk.

"Dika bukan tipe yang ramah sama orang, bahkan suster yang kerja di rumah aja gak ada yang sampai diizinin nginep sama Dika. Baru Hasna doang loh"

"Fix ini, pokoknya Hasna sama mas Dika harus jadian!"

Sepulang dari mencari sarapan ternyata cuaca tidak berpihak pada mereka. Tiba-tiba hujan deras dan terpaksa Hasna dan Dika harus berteduh.

Dika melihat Hasna yang menggosok telapak tangan tanda kedinginan.

"Hei, geser sini" ujar Dika sambil melepas jaketnya dan merangkul Hasna. Jaketnya muat untuk mereka berdua

"Mas Dika pakai aja" tolak Hasna

"Gapapa, kasihan kamu kedinginan"

Mata mereka bertemu. Dika mencuri satu kecupan di bibir Hasna dan membuat gadis itu kaget.

"Jangan pergi ya... Jangan pernah tinggalin gue" ucap Dika lembut

"Kalau gak mau ditinggal ya harus diikat" balas Hasna

Dik tertawa, apa Hasna memiliki rasa yang sama dengannya?

Mereka berempat sudah kembali ke Jakarta. Nana menginap di rumah keluarga Jeffryan karna perintah Jeremy.

Mereka sedang makan malam bersama dan ponsel Hasna terus berdering.

"Siapa Has?" Tanya Nana

"Dokter Haris, nyuruh aku ke rumah sakit sekarang. Ada pasien yang nyariin aku katanya"

"Di rumah sakit kan banyak suster. Udah di rumah aja"

Ponsel Hasna berdering lagi dan gadis itu langsung meletakkan sendoknya.

"Saya permisi dulu ya, mau ke rumah sakit"

"Has...." Nana menahan tangan Hasna

"Bianca katanya nyariin aku dan gak mau makan, Na"

Hasna langsung membungkukkan badan dan langsung berlari keluar rumah. Sementara Nana mengingat-ingat sesuatu.

"Bianca kan udah meninggal tiga hari lalu. Gak beres nih dokter Haris!" Nana panik

"Kenapa gak beeesnya?" Tanya Jeremy

"Dia terobsesi sama Hasna. Takutnya Hasna diapa-apain aja"

Mardika langsung mengambil kunci mobilnya dan menyetir sendiri ke rumah sakit. Ia takut Hasna kenapa-kenapa.

Hasna berlari ke bangsal anak. Ia panik saat mendengar Bianca tidak mau makan karna rindu dengannya.

"Has..." Panggil Haris

"Bianca dimana?"

Lelaki itu memegang tangan Hasna dan mengecupnya. Membuat Hasna kaget. Lelaki itu langsung menyeret Hasna ke mobil.

"Dokter Haris!" Teriak Hasna

"Jangan berisik baby... Bianca udah tenang di surga"

Hasna berusaha melepas tangan Haris dari dadanya yang sudah diremas-remas dan bajunya yang dirobek oleh lelaki itu.

BUGHHHH

Mardika melayangkan tinjunya dan langsung memeluk Hasna.

"Jangan kasar sama pacar saya" ujar Mardika

"Cihh, pasien kanker stadium tiga? Umur aja kamu gak tahu besok masih nafas atau enggak!" Ejek dokter Haris

"Kamu juga gak tahu kan besok masih bisa jadi dokter atau enggak kan?"

Security rumah sakit langsung datang dan Dika melepaskan jaketnya. Memakaikannya pada Hasna untuk menutupi bajunya yang sudah sobek dan branya yang terlihat.

Tubuh Hasna bergetar karna tangis dan Dika langsung memeluknya.

"Its okay, ada aku disini. Kamu gak akan kenapa-kenapa" bisik Dika

"M—makasih ya mas Dika"

Tya dan Nana langsung membawa Hasna ke kamarnya dan menenangkannya. Jeremy dan Jeffryan berada di ruang keluarga mendengarkan penjelasan Mardika.

"Jadi Hasna hampir diperkosa sama dokter Haris?" Tanya Jeremy

"Iya... Pa, aku mau dokter Haris di pecat dan di blacklist dari rumah sakit manapun!"

Jeffry setuju. Ia langsung menghubungi kepala rumah sakit dan membicarakan semua yang terjadi dengan Hasna dan Haris.

"Papa  bakalan bawa ini ke jalur hukum. Kamu tenang aja"

Di ruangan ini tinggal Jeremy dan Mardika. Jeffry sudah pergi ke kamarnya.

"Jer, nembak cewek harus pakai cincin sama bunga?" Tanya Dika

Jeremy yang sedang minum kopi jadi tersedak mendengarnya.

"Lo mau nembak Hasna?"

"Kalau gue jawab iya gimana?" Sahut Dika

"Fix! Gue temenin lo besok beli cincin sama bunga!"

Dika hanya geleng-geleng kepala melihat adiknya yang lebih heboh dari dirinya.





Next?

Komen tembus 20 dulu

TEARS IN HEAVEN (MARKHYUCK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang