Helloooooo
Komen 50 baru up
Hasna kaget saat ia akan berangkat ke rumah sakit namun anaknya pulang diantarkan mobil sedan bewarna merah, dan anaknya yang berada di gendongan gurunya—Mark.
"Mama perut aku sakit banget" adu Jibril
"Pasti jajan sembarangan kan? Mama kan udah bilang jangan beli saos terus!"
"Udah ah jangan dimarahin terus. Suruh anaknya masuk dulu" Mark menengahi
Baru mau dipindahkan ke gendongan Hasna namun Jibril malah muntah di gendongan Mark.
"Biarin aja dulu selesai muntah, nanti malah kemana-mana" lelaki itu mengelus bahu Jibril
"Haduh maaf jadi ngerepotin gini... Jibril ihh mama gebukin pakai raket nyamuk kamu lama-lama!"
Mark hanya tertawa mendengar omelan wanita itu.
"Masuk dulu, sekalian ganti baju. Kotor banget" ajak Hasna
Rumah nampak sepi karna semuanya berada di lantai dua dan belum turun. Mark duduk di ruang tamu sambil memangku Jibril yang digantikan pakaian oleh Hasna.
"Ganti baju dulu, pak. Kamar mandi diujung" Hasna memberikan baju Dika
Mark memandang semua sudut ruangan dan melihat banyak foto terpampang disana, foto Mark.
"Mirip banget sama gue. Tapi gue lebih cakep" ujar Mark pelan sambil tertawa
Tya dan Jeffryan duduk di samping Hasna kemudian yang menggosok tubuh anaknya dengan minyak angin dan Jibril yang meronta-ronta karna gesekan kulitnya dengan koin. Jibril kerokan.
"Bawa ke rumah sakit aja, Has... Kasihan sampai kejer gitu nangisnya" ujar Tya
"Ini cuma kembung, ma. Semalem minum es sama Jeremy terus beli cilor sama seblak"
"Jeremy emang ada-ada aja. Udah bapak-bapak juga" Jeffryan heran
"Has... Ada kaos kaki gak?" Teriak Mark
Jeffryan dan Tya langsung menoleh ke sumber suara. Tya langsung berlari memeluk Mark yang berdiri di hadapannya.
"Dika.... Jangan pergi lagi" Isak Tya sambil mengecup pipi anaknya dan memeluknya
"Has, dia siapa?" Tanya Jeffryan
"Dia gurunya Jibril, pa. Dia emang mirip sama mas Dika tapi bukan mas Dika"
Tya masih memeluk anaknya dan kemudian meraba wajahnya. Mark hanya tersenyum.
"Maaf, tante. Tapi saya bukan Dika, sama Mark" ucapnya lembut
"Kamu Dika anak saya... Jangan pergi lagi ya, nak"
Jeffryan menghampiri mereka berdua dan membawa istrinya ke pelukannya.
"Sayang, dia bukan Dika. Dia Mark"
"Wajahnya sama, mas. Suaranya, badannya. Aku hafal anak aku mas!"
° ° °
Mask tertahan sampai makan siang di rumah keluarga Jeffryan. Tya tak mau ditinggal dan memeluknya erat.
"Papa yakin bang Dika gak ada kembaran?" Tanya Jeremy
"Kembaran gimana?"
"Ya kali aja pas lahir kembarannya bang Dika dibuang sama oma kan? Papa bilang pas bang Dika lahir papa gak sama mama, terus mama juga pingsan seharian kan?"
"Papa harus tanya ke siapa? Ke kuburan Oma?" Gerutu Jeffryan
Nana yang mendengar percakapan ayah dan anak itu mendekat.
"Tes DNA lah, masa kalau gak ada hubungan bisa semirip itu. Aku aja mau pingsan kirain bang Dika bangkit dari kubur"
Jeffryan mengangkat bahunya dan berjalan mendekati Mark yang duduk di samping Tya yang masih tak mau melepaskan tangan pemuda di sampingnya.
"Mark tinggal dimana?" Tanya Jeffryan membuka percakapan
"Di panti asuhan Kasih Bunda sampai umur 8 tahun. Habis itu di adopsi sama papa dan pindah ke Kanada sampai tahun kemarin, om"
"Papa kamu dimana sekarang? Masih di Kanada?"
Mark menggeleng.
"Papa udah di surga, Om. Makanya saya balik ke Jakarta karna gak mau sendirian di Kanada" jawab Mark
Jeffryan mengangguk, masih berusaha sok akrab. Suaranya bahkan sama seperti Dika.
"Ibu kamu?" Tanyanya lagi
"Gak ada... Papa belum menikah sampai akhir hidupnya"
"Kamu mirip banget sama anak saya. Waktu Jibril bilang papanya balik lagi saya dan keluarga cuma mikir pasti dia cuma kangen sama papanya. Ternyata yang dia maksud itu kamu"
Mark ikut tertawa. Keluarga ini hangat sekali. Sesuatu yang belum pernah ia rasakan.
"Jibril manggil saya juga papa. Saya gak bisa larang juga karna anak seumuran dia belum paham"
"Maaf ya istri saya nempel terus sama kamu" ujar Jeffryan
"Gak apa-apa kok, om. Asal bukan Hasna aja yang nempel sama saya hahaha"
Tya memeluk Mark dengan erat.
"Dika tinggal di apartemen kan? Pindah kesini aja tinggal sama papa mama" ajak Tya
"Dia Mark, sayang" Jeffryan berusaha membenarkan
"Dia anak kita, mas! Aku gak mungkin salah ngenalin anak aku!"
Hasna dibuat pusing dengan Jibril dan Tya yang menangis saat Mark berpamitan pulang.
"Besok kan ketemu papa di sekolah" ujar Hasna
"Maunya bobok sama papa!"
"Besok papa jemput ya, kita ke sekolah bareng" Mark berusaha membujuk
Tya menangkup wajah Mark. Ia tak rela ditinggal oleh pria ini.
"Besok kesini lagi ya, nak. Besok mama masakin makanan yang enak"
"Iya... Tante" Mark masih belum bisa memanggil mama
Jeffryan dan Jeremy mengantarkan Mark sampai ke halaman. Mereka masih ngobrol bertiga.
"Maaf ya pasti kamu ngerasa awkard banget ngelihat keluarga saya. Dan merasa terganggu karena dianggap sebagai Dika" ucap Jeffryan
"Gak apa-apa, om. Saya paham kok rasanya ditinggal pergi"
"Gue ngerasa kaya ngelihat Abang gue hidup lagi. Gue nangis tadi pas lihat lo buat pertama kali. Dan gue berharap kalau kita beneran saudara...."
"Lo mau gak tes DNA sama papa sama mama?" Tanya Jeremy to the point
Mark memandang mereka kaget.
"What do you mean?"
"Gini, gak mungkin kan kalau kalian semirip ini tapi gak ada hubungan darah? Kita cuma mau memastikan aja, kalau iya ya Alhamdulillah mama sama papa ketemu sama anaknya. Kalau gak ya Alhamdulillah juga karna kita dipertemukan dan bisa jadi saudara juga, walau bukan sedarah"
Jeffryan menepuk pundak Mark pelan.
"Dulu waktu istri saya hamil muda dokter bilang janinnya kembar, tapi karna usia Tya yang masih 16 tahun waktu itu kandungannya lemah dan dokter bilang bayinya meninggal satu. Dan setelah itu keluarga Tya melarang USG lagi—"
"Dan pas lahir pun istri saya caesar dan gak sadar, saya juga tidak ada disana karna keluarga dia melarang untuk saya ada didekat anaknya. Kamu mau kan, nak?"
Mark menunduk sambil berpikir. Ia butuh waktu untuk menentukan.
Next?
Sinetron sekali yaaaa hahaha
Jadiin gak nih Hasna sama Mark?
KAMU SEDANG MEMBACA
TEARS IN HEAVEN (MARKHYUCK)
ФанфикTentang suster Hasna yang berjuang semaksimal mungkin agar pasiennya, Mardika. Berupaya semaksimal mungkin agar Mardika bisa sembuh dari sakitnya.