Mark datang.....
Lima tahun sejak kepergian Dika Hasna masih saja betah untuk sendiri. Ia menutup hatinya untuk siapa pun.
Jeremy dan Nana bahkan sudah punya tiga anak. Dua perempuan dan satu laki-laki. Mereka termasuk keluarga yang produktif.
Tya dan Jeffryan masih diliputi perasaan sedih, namun cucu-cucu yang ada di samping mereka membuatnya kuat.
"Karina, Wina kalau gak mau diem papa jewer nih" Jeremy pusing melihat anaknya naik turun tangga
"Ya kamu gerak dong, pa. Kejar mereka terus ajak main" omel Nana
"Ampun nyerah deh gue. Gak mau punya anak lagi"
Mereka hanya tertawa melihat kelakuan pasangan suami istri ini.
"Aku pamit jemput Jibril ya, udah pulang kayaknya anak aku" pamit Hasna
"Nitip bibir ya, Has. Buat makan papa katanya perutnya sakit" ujar Tya
"Iya, ma"
Hasna menunggu di parkiran sekolah. Anaknya berlari sambil tersenyum senang membuat Hasna ikut bahagia.
"Jibril gimana sekolahnya? Kayaknya bahagia banget" tanya Hasna
"AKU LIHAT PAPA! PAPA BALIK MA!"
"Sayang.... Papa di surga" senyum Hasna mendadak hilang
"Beneran ma.., aku lihat papa"
"Kita ke rumah papa ya. Papa kangen Jibril juga pasti" ajak Hasna
Jibril mendengus kesal karna mamanya tidak percaya ucapannya.
"Kalau tadi beneran papa gimana ma?"
"Papa udah di atas sana sayang. Jibril salah lihat pasti"
"Gak ma enggak! Besok mama ke sekolah lagi aja. Dia ngajar di sekolah aku kok!"
Jeffryan dan Tya langsung menghampiri Jibril yang terlihat kesal saat pulang sekolah. Bahkan anak itu menghentakkan kakinya kencang saat masuk rumah.
"Kenapa sayang? Kok gak ngomong salam?" Tanya Tya
"Mama Hasna masa gak percaya kalau aku ketemu papa di sekolah! Orang mukanya sama kaya papa!"
"Jibril.... Mama udah bilang itu bukan papa" omel Hasna
"Gimana? Papa gak paham" ujar Jeffryan
"Aku ketemu papa Dika di sekolah, papa Jeffryan percaya kan?"
Jeffryan dan Tya hanya saling pandang. Sementara Hasna hanya menunduk pasrah.
"Papa udah di surga sayang. Jibril doain papa ya biar papa tenang" ucap Tya lembut
"Jibril selalu berdoa tiap hari... Mungkin Tuhan kasihan sama Jibril makanya papa Jibril balik lagi"
° ° °
Hasna menghabiskan waktunya untuk menangis di makam suaminya. Ini sudah hampir Maghrib dan Hasna masih di sana memeluk nisan putih itu.
"Jibril kayaknya kangen banget sama kamu mas. Makanya dia berpikir kalau dia lihat kamu"
"Aku gak tahu harus kasih penjelasan gimana lagi... Kamu jangan khawatir, aku pasti jagain dia"
Gerimis mulai turun dan membasahi apapun yang berada di bawahnya. Hasna masih setia di sana meletakkan kepalanya di atas nisan itu.
"Papa sekarang suka mancing, sampai mama suka marah sama papa dan papa berakhir tidur di ruang keluarga haha"
"Nana akhirnya steril rahim biar gak hamil lagi. Jeremy gak bisa kalau pakai kondom katanya"
"Aku masih suka nangis, itu wajar kan mas? Mau sampai kapanpun aku gak akan lupa gimana rasanya kehilangan kamu"
Pundak Hasna ditepuk dari belakang dan membuatnya terkejut. Jeremy dan mama Tya ternyata.
"Tadi mama kirain siapa, pakai dress putih gelap-gelapan di kuburan" ujar Tya
"Untung mama lihat tadi pas lewat di jalan. Makanya kita mampir" sahut Jeremy
Tya memeluk menantunya dan berbagi payung dengannya.
"Omongan Jibril jangan dimasukin hati ya. Anak-anak emang begitu. Apalagi kehilangan sosok ayah itu gak mudah"
"Iya ma. Aku cuma lagi kangen mas Dika aja makanya mampir kesini"
Hari ini Jibril menangis minta ditemani ke sekolah sampai bel pulang berbunyi dan Hasna hanya pasrah. Ia bolos ke rumah sakit guna menemani putranya.
"Papa bentar lagi dateng kok, mama tunggu bentar ya" pinta Jibril
"Bentar lagi bel masuk kelas loh. Nanti telat" omel Hasna
"Itu mobil papa!"
Jibril berlari ke arah lapangan dan langsung menghampiri mobil silver itu. Dan hanya hampir tak percaya apa yang ia lihat.
"Papa Dika..." Sapa Jibril
Orang itu menatap Jibril dan Hasna datar, terlihat sekali ia bingung.
"Nama saya Mark, bukan Dika" ujar orang itu
"Papa...." Jibril menangis sambil memeluk kaki Mark membuat Hasna langsung berusaha melepaskan anaknya dari orang ini
"Maaf ya... Anak saya ngira anda papanya" ucap Hasna lembut
"Oh gapapa kok. Emang papa nya kemana? Cerai?" Tanya Mark
"Papanya udah di surga hehe" jawab hasna
"Ya Tuhan... Aku minta maaf"
Hasna masih shock. Ia benar-benar mirip sekali dengan almarhum suaminya.
"Nama kamu siapa, anak ganteng?" Tanya Mark sambil menyamakan tinggi dengan Jibril
"Jibril Hafizh Mardika... Papa namanya udah ganti? Bukan Mardika Raditya Jeffryan lagi?" Tanya Jibril
"Udah, nama papa diganti jadi Mark Lee" jawab orang itu
Hasna kaget mendengar ucapan Mark.
"Maaf... Kenapa gak dijelasin aja kalau anda bukan papanya?" Hasna kesal
"Saya gak merasa keberatan di panggil papa. Saya tahu rasanya gak punya papa gimana karna saya juga sejak lahir gak ketemu papa" jawab Mark
Jibril menatap Hasna dan memeluk mamanya.
"Sekarang mama percaya kan papa hidup lagi? Cuma nama papa diganti jadi Mark Lee" ujar Jibril
"Hes not your papa. Kenapa kamu gak paham sih!" Hasna mulai marah
"Jangan marah-marah. Dia masih kecil dan belum ngerti. Udah saya bilang kan kalau saya gak keberatan dipanggil papa?"
Hasna menatap jengah kepada lawan bicaranya dan membuka ponselnya lalu menunjukkan foto Dika.
"Kalian memang mirip. Tapi tetap aja kamu bukan papanya dia dan gak akan ada yang bisa gantiin posisi suaminya saya sebagai papanya Jibril!"
"Hahaha... Dianggap papa belum tentu jadi papa beneran kan? Eh tapi ya gak tahu. Kehendak Tuhan kalau harus terjadi ya terjadi"
Bel masuk kelas berbunyi dan orang itu menggandeng tangan Jibril.
"Saya guru di sekolah ini dan secara teknis saya orang tuanya anak kamu di sekolah. Ayo kita ke kelas, bye" ujar orang itu sambil meninggalkan Hasna.
Next?
KAMU SEDANG MEMBACA
TEARS IN HEAVEN (MARKHYUCK)
FanfictionTentang suster Hasna yang berjuang semaksimal mungkin agar pasiennya, Mardika. Berupaya semaksimal mungkin agar Mardika bisa sembuh dari sakitnya.