29

4.8K 653 140
                                    

Semoga kalian gak bosen ya. Aku up kalau cerita sebelah udah tembus 30 komentar.

"Jibril, ayo mandi dulu"

Hasna membangunkan anaknya dan ada yang aneh. Jibril demam.

"Eh, kok panas banget sih. Kembung juga perutnya"

"Pusing, mama" adu Jibril

"Iya mama tahu. Bobokan aja dulu, gak usah masuk sekolah"

Wanita itu berlari terburu-buru ke dapur mengambil air es untuk mengompres Jibril.

Brukkk

"Eh sorry-sorry"

Hasna tidak sengaja menabrak Mark yang membawa kopi sampai baju Mark yang berwarna putih kotor.

"Gapapa, kenapa buru-buru banget kayaknya?"

"Jibril demam, kembung juga. Masuk angin kayaknya"

"Jangan panik, mau kuanter ku rumah sakit?" Tanya Mark

Dan ya, sepertinya check up ke rumah sakit adalah pilihan tepat.

Hasna dan Mark duduk di depan bangsal anak. Jibril masih ditangani dokter.

"Perawat juga bisa panik ya anaknya sakit?" Tanya Mark

"Ya bisa lah... Aku kan manusia"

"Kalau jatuh cinta bisa gak?"

"Ya— belum tahu kalau itu"

Mark meraih tangan Hasna yang memainkan jarinya karena panik. Hasna menatap Mark tidak percaya.

"Berdoa sama-sama yuk. Nggak ada gunanya kamu panik. Jibril will be okay" ajak Mark

"Bisa lepas gak tangannya? Nanti aku baper" Hasna jujur

"Baper aja, jatuh cinta sekalian juga boleh. Biar aku gak bertepuk sebelah tangan"

"Hah?"

Mark mencubit pipi Hasna gemas dan mengusak rambutnya.

"Dah gak usah dipikirin. Nanti kamu juga tahu"

Jibril terkena tifus, mereka berdua menjaga Jibril bersama.

"Kak Mark pulang aja gapapa. Jibril udah mendingan"

"Gak... Jibril anaknya Dika, kembaran aku. Dia anak aku juga kan?" Tolak Mark

"Kamu gak perlu sampai segininya. Gak perlu bertanggung jawab terhadap aku dan Jibril"

Mark menatap Hasna.

"Kenapa kamu segitu membatasi aku sama Jibril? Padahal kamu tahu kalau aku sayang sama Jibril begitu pula sebaliknya" tanya Mark

"Aku cuma gak mau Jibril terlalu ketergantungan sama kak Mark. Kak Mark nanti juga akan menikah dan punya keluarga—"

"Gak pantes kalau aku dan Jibril terlalu bergantung sama kak Mark"

Sekali lagi Mark meraih tangan Hasna dan menggenggamnya lebih erat dari di luar ruangan tadi.

"Has, kalau gue bilang gue suka sama lo dan beneran mau bertanggung jawab penuh sama kalian gimana?" Tanya Mark

"Gak lucu, kak. Kakak gak perlu merasa kasihan atau merasa bersalah sampai harus ngeback up posisi mas Dika" Hasna tertawa getir

"Aku serius, Has. Im in love with you, aku sayang sama kamu dan Jibril" ucap Mark serius

Senyum Hasna hilang, matanya berkaca-kaca.

"Mama, mau pipis" panggil Jibril

Hasna langsung melepaskan tangannya dan meninggalkan Mark yang mematung.

Ternyata adegan di ruangan tadi juga disaksikan oleh Tya dan Jeffryan yang hendak menjenguk cucu mereka. Mereka sengaja tidak mau mengganggu anaknya.

"Mark, mama tahu sekali gimana sayangnya Hasna sama Dika, bahkan saat Dika dititik terbawah, Hasna ada di sampingnya. Semangat ya buat menaklukkan hati mantu mama" ucap Tya

"Iya, ma. Tapi kalau Hasna nolak aku bisa apa"

"Heh, kok nyerah? Hasna dulu ditolak Dika berkali-kali. Papa yakin Hasna nolak bukan karena gak cinta sama kamu, tapi ada persoalan lain. Coba nanti kamu berguru sama Jeremy, dia ahli soal ginian" Jeffry memberi nasehat

"Hasna masih hidup di dalam bayang-bayang Dika. Dan mungkin ngelihat aku dia jadi keinget sama Dika terus" sahut Mark

Tya membelai rambut anaknya berusaha memberikan kekuatan.

"Dia belum mau membuka hati buat siapa pun. Pelan-pelan nanti pasti bisa, kak"

Jibril rewel seharian, ia minta ditemani tidur oleh mama papanya.

"Ini papa udah di sini. Jangan nangis lagi dong" bujuk Mark

"Mau bobok sama papa" ia masih terisak

"Iya ini papa bobok di samping Jibril. Papa peluk ya?"

Jibril mengangguk. Ia menggeser tubuhnya lebih erat ke arah Mark.

"Mau bobok sama mama juga" pinta Jibril sambil menangis

Hasna terdiam, Mark juga diam.

"Turutin aja, Has. Kasihan nangis gitu loh anaknya" ujar Tya

"Gapapa, Has. Naik aja" sahut Jeffryan

Hasna ikut naik ke ranjang dan tidur bersama Mark dan Jibril. Ia dan Mark menghadap ke arah Jibril, pandangan mereka bertemu dan mereka salah tingkah.

"Selamat si—ASTAGFIRLAH! GUE KETINGGALAN BERITA APA?" Jeremy heboh melihat posisi Hasna dan Mark

"Mama cubit bibir kamu lama-lama, Jer" omel Tya

"Anjir! Ini gak ada yang mau spill ke aku? Mama papa gak mau cerita? Gila sih bang Mark gercep banget woy!"

"Jer!" Omel Jeffryan, ia hanya takut Jeremy diomeli suster karena berisik

Jeremy menoel-noel pipi Hasna yang memerah seperti udang rebus.

"Fix nih, MNKH! ALIAS MENIKAH!"

"Lo kenapa sih, Jer? Aneh banget heran" Hasna mulai lelah

"Gas terus bang. Gue bantuin tenang aja, rahasia Hasna ada di gue semua"

Mark hanya tertawa mendengar ucapan adiknya. Hatinya berdegup kencang saat matanya dan milik Hasna bertemu.

Tya dan Jeffryan memaksa Hasna untuk mengisi perutnya di kantin rumah sakit. Wanita itu seharian belum makan.

"Has, kalau Mark beneran serius sama kamu gimana?" Tanya Tya to the point

"Gak tahu, ma. Aku ngerasa kurang pantas aja buat kak Mark. Aku janda loh, ma. Anak satu, dan cuma perawat" jawab Hasna

"Dulu waktu kamu sama Dika, kamu selalu ngeyakinin Dika kalau cinta gak memandang sehat atau sakit, bahkan kamu menerima Dika dengan segala kekurangannya. Terus kenapa sama Mark kamu merasa gak pantas?" Tanya Jeffryan

Hasna hanya terdiam dan menunduk. Tya mengelus bahunya lembut.

"Keluarga kita selalu menerima kamu, Hasna. Kita malah bahagia kalau Mark sama kamu, nak"

"Mama sama papa gak kebayang kalau kamu menikah sama orang lain dan pergi dari rumah kita. Mama gak mau kehilangan anak mama lagi" ucap Tya lembut

"Mark tulus sama kamu, Hasna. Seperti kamu ke Dika dulu. Cinta tanpa peduli apapun, kaya yang kamu bilang ke Dika dulu" sambung Jeffryan

Hasna hanya menangis pelan.

Ia merasa aman dan nyaman berada di dekat lelaki itu. Haruskah ia mulai membuka hatinya untuk Mark?

Next?

Siap kondangan lagi gak kalian? Mau dedek bayi?

TEARS IN HEAVEN (MARKHYUCK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang