Selama hamil ngidam Hasna tidak susah untuk dipenuhi, hanya saja keinginannya aneh-aneh. Mark dan orang lain di rumah suka heran dibuatnya.
"Mau elus-elus perutnya papa, kak. Cuma itu doang"
"...." Mark mematung dibutnya
"Kak! Cepetan! Anaknya ileran loh nanti" rengek Hasna
"Ya udah ayo keluar. Papa sama mama di ruang keluarga tuh"
Hasna tersenyum senang saat mertuanya duduk di sampingnya dengan bertelanjang dada.
"Perut papa bagus banget. Keras terus kotak-kotak" puji Hasna
"Iya dong... Papa kan olahraga terus tiap malam— di kasur sama mama"
"Jeff! Mulutnya kaya Jeremy!" Omel Tya
"Gue diam gue anteng masih dibawa"
Saat mengelus perut mertuanya, Hasna sadar ada yang aneh di perut mertuanya.
"Ini bekas operasi apa, pa?"
"Operasi apa? Papa gak pernah operasi" Tya kaget
"Ini loh, ini bekas operasi apa? Belum lama kayaknya" Tanya Hasna
Jeffryan hanya tersenyum.
"Ginjal papa tinggal satu" jawabnya
Semua yang ada disitu kaget bukan main. Mereka sama sekali tidak tahu.
"Kapan? Papa pernah kena ginjal kapan?" Jeremy yang biasanya chill mendadak panik
"Sebulan Dika meninggal,setahunan lah
papa ngerasain sakit banget terus akhirnya periksa. Eh gagal ginjal, empat bulan lalu pas papa ke Singapura sebenernya bukan ada masalah perusahaan. Tapi papa operasi di sana""Terus papa gak ngomong kita?" Mark ambil suara
"Papa udah gak apa-apa kok, udah sehat. Cuma tinggal minum obat aja sama kalau badan udah ngerasa gak enak tinggal ke rumah sakit buat cuci darah. Itu pun paling sebulan sekali"
Tya sudah menangis sesenggukan sambil menciumi punggung tangan suaminya.
"Tuh kan... Kalau papa ngomong pasti kalian sedih gini, udah cukup Dika yang bikin kalian sedih, papa udah sehat jadi kalian gak perlu sedih"
Hasna mengelus-elus bekas luka tadi dengan air mata yang mengalir. Nana pun ikut mendekat.
"Papa selama ini rekam semua moment papa sama keluarga supaya kalau ada kejadian buruk yang terjadi sama papa, papa bisa cerita ke kalian lewat secret account papa. Maaf ya papa udah gak jujur"
Mark menghela nafas menahan air matanya.
"Mulai sekarang papa harus cerita ke semuanya. Papa gak perlu ngerasa ngerepotin atau apa. Kita semua ada buat papa kapan pun"
Jeffryan mengangguk kemudian tertawa melihat ekspresi semuanya yang sendu.
"Udah ah... Jangan pada nangis. Jeremy sumpah kaya kuproy kalau lagi nangis gini. Malu anak ada tiga tuh!" Ledek sang papa
"Dih kaya papa ganteng aja" Jeremy menghapus air matanya
Kandungan Hasna sudah masuk empat bulan namun kadang ia masih muntah dan masih mengidam. Namun tidak separah dulu.
"Kak Mark keluar dulu, aku mau dikerikin Nana. Dadaku gak enak rasanya"
"Ngapain sih aku keluar? Orang tiap hari aku juga udah lihat. Tahi lalat kamu dimana aja aku hafal"
Nana tertawa mendengar ungkapan Mark.
"Posisi paling enak hafal juga kak?" Goda Nana
"Woman on top dong, bisa ngeliat wajah Hasna pas lagi horny terus fokus sama desahannya"
"KAK MARK!"
"Apa sih? Udah sana di kerokin Nana. Padahal aku juga bisa ngerokin tapi kenapa malah manggil Nana"
"Kalau sama kakak kerokan tapi ujung-ujungnya minta jatah"
Nana geleng-geleng kepala.
"Sama kaya Jeremy ternyata. Kalau aku gak KB anak udah lima pasti"
"Kamu gak usah KB ya? Aku mau punya banyak anak" pinta Mark
"Enak aja!"
Tya sedang merangkai bunga di ruang tamu, Hasna menghampiri berniat untuk membantu. Namun Tya menolak.
"Udah kamu istirahat sana, jangan naik turun tangga pakai lift aja"
"Ya ampun, ma. Gak apa-apa bosen di kamar aku"
"Ya udah kamu duduk aja jangan berdiri, capek nanti"
Sang ibu mertua memperhatikan kaki Hasna yang sudah bengkak.
"Kamu baru mau lima bulan kan, nak? Kok kaki kamu udah bengkak gitu? MARK! SINI KAMU!"
"Gak tahu, ma. Udah berat banget perutku, suka begah"
Tak lama Mark turun dan menghampiri mamanya.
"Itu kaki Hasna gak pernah kamu pijit? Kalian ke dokter buat USG sana"
"Ada yang salah ya ma sama kandungan Hasna?" Mark panik
"Cek ke dokter dulu aja. Mama takut pamali ah kalau ngomong yang belum kejadian"
Hasna mengelus-elus perutnya yang sudah bulat sambil menatap Mark. Ia teringat Dika lagi.
°
°
°Hasna berbaring di ranjang dan dokter langsung menaikkan kaosnya dan mengolesinya gel. Ia menempelkan alat ultrasonic ke perut Hasna.
"Ibunya gak ada keluhan kan?"
"Cuma kadang pusing dok, sama kadang gak nafsu makan"
"Gapapa, tapi terus diisi ya. Jangan sampai Pedut kosong, kasihan dedek-dedeknya"
Mark dan Hasna saling pandang. Mereka salah dengar sepertinya.
"Dedek-dedeknya?" Tanya Mark
"Iya, dengerin deh detak jantungnya ada dua. Itu juga di perut dedeknya kelihatan, ada dua—"
"Semuanya sehat, insyaallah sampai persalinan sehat semua"
Mark tak hentinya menatap foto hasil USG nya. Ia langsung memeluk Hasna saat masuk mobil.
"Lucu ya? Kamu bahagia gak?" Tanya Mark
"Aku sampai speechless, rasanya kakiku udah gak napak saking bahagianya"
"Kita kasih tahu orang rumah pas udah di rumah aja. Pas makan malam"
Hasna mengangguk dan mengelus rambut Mark yang mulai gondrong.
"Gen kamu kuat banget. Gak nyangka kembar"
"Iya dong, spermaku berkualitas!"
Mereka berdua tertawa sambil terus berpelukan. Mark melumat bibir Hasna dan membuka kancing baju atas milik istrinya.
"Jangan gila, kita di parkiran rumah sakit!"
" Kaca mobilku gelap, aku cuma pengen bonding skin to skin sama kamu" Mark melepas kaosnya dan memeluk hasna yang kancing bajunya sudah lepas semua
Hasna beruntung memiliki suami sebaik dan sesabar Mark.
Next?
Jeffryan....
KAMU SEDANG MEMBACA
TEARS IN HEAVEN (MARKHYUCK)
Fiksi PenggemarTentang suster Hasna yang berjuang semaksimal mungkin agar pasiennya, Mardika. Berupaya semaksimal mungkin agar Mardika bisa sembuh dari sakitnya.