#11 Surat [Y/n POV]

144 25 21
                                    

"Haaah..."helaku keras begitu mendarat dikasurku.

Hari ini terasa begitu panjang dan melelahkan. Aku benar-benar tidak enak dengan Wonwoo karena drama tangisku tadi. Namun aku benar-benar tidak bisa menahan berbagai perasaan yang tiba-tiba muncul ke permukaan.

Bodoh, Y/n-ah! Mana ada pengantin yang menangis di hari-hari menjelang pernikahannya? Aku harus bisa mengendalikan perasaanku. Aku tidak ingin tingkahku ini malah membuat Wonwoo salah paham.

Sejenak ku meregangkan tanganku agar lebih rileks– Srak! Eh? Aku sontak membuka mataku begitu mendengar bunyi kertas yang terjatuh itu. Oh! Amplop tadi!

Aku mengambilnya lalu memerhatikannya sejenak. Kenapa Wonwoo memberikan amplop ini? Apalagi tadi dia sempat bilang kalau seharusnya sudah memberikannya dari dua bulan lalu? Berarti sejak dari di Jeju? Lalu kenapa baru sekarang dia memberikannya padaku?

Hmm? Mataku memicing melihat tulisan di ujung amplop itu.

Untuk Y/n

Tulisannya... itu bukan tulisan Wonwoo. Bahkan ini sangat mirip dengan tulisan–ani. Mana mungkin ini dari Mingyu. Bisa saja style tulisan Wonwoo berubah seiring waktu.

Lebih baik aku segera membukanya dibanding terus menebak-nebak tidak jelas. Entah mengapa aku jadi berdebar sendiri begitu akan membukanya. Apa yang akan ku temukan ya?

Srek! Sepucuk surat.

Kenapa Wonwoo memberikanku surat– Untuk uri Y/n.

Deg! Tanpa sadar tanganku yang memegang surat itu bergetar. Kedua mataku sontak membulat melihatnya.

"Uri Y/n. Ah, hanya di sini aku bisa menyebutmu dengan sebutan itu."

Ani. Aku tidak salah. Ini memang bukan dari Wonwoo tapi dari... Mingyu.

"Untuk uri Y/n

Uri Y/n. Ah, hanya di sini aku bisa menyebutmu dengan sebutan itu.
Uri Y/n, akhirnya selesai tugasku untuk menjagamu.
Kenapa? Kaget ya? Haha, mian. Aku tidak akan mungkin tega untuk pergi begitu saja meninggalkanmu. Jadi lebih baik aku pergi sebelum kau tahu, bukan?

Y/n-ah. Ingat yang aku bilang waktu itu di mercusuar? Di hari kau bilang akan pindah ke Jeju. Waktu itu aku bilang aku akan melamarmu di saat waktunya tepat. Di saat kau memang sudah yakin tentang perasaanmu. Di saat kau kembali lagi padaku.
Kau tahu, aku sangat takut saat mengatakannya karena aku tahu kemungkinannya hanya 1 dibanding 1000. Hehe.. tapi ujung-ujungnya tetap saja aku mengatakannya. Ingin sekali-sekali terdengar sok keren padahal kenyataannya aku ingin kabur saja! Hahaha...
Mian. Ternyata aku memang tidak jadi melamarmu. Kau tahu kan alasannya kenapa? No! No! Kau tidak boleh mulai merasa bersalah lagi! Aku tidak apa-apa. Aku sudah tahu ini akan terjadi dan aku tidak punya penyesalan sedikitpun.
Yang penting, kau tahu kalau aku sangat menyayangimu.
Hmm..
Tapi benar kan kau tahu kalau aku sangat menyayangimu? :) (Aku benar-benar marah kalau kau jawab "tidak tahu" :() (tidak marah, tapi sedih!) jadi, kau tahu kan???

Ini terdengar basi, dan bisa saja kau sudah tahu, tapi aku menyukaimu dari kecil. Aku selalu paham kalau Y/n adalah orang yang sangat berarti untukku, dan Eomma yang mengajarkanku bahwa jika kita mengganggap sesuatu berarti berarti kita menyukai, menyayanginya. Geurae, dari SD aku sudah tahu kalau aku suka padamu. Hebat bukan Kim Mingyu? Hehe... Jadi Y/n-ah, selamat! Kau itu cinta pertamaku! (Ku mohon jangan marah saat membacanya hahaha..)

Saranghae, Jeongmal. [SEVENTEEN IMAGINE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang