lantai delapan belas

842 105 2
                                    

Setelah selesai dengan prosesnya yang berjalan hampir selama satu jam, kakek Mingyu memberi waktu pada mereka untuk saling berbicara. Ia kemudian meninggalkan Wonwoo dan Mingyu di pinggir sungai tersebut dan kembali ke Elysium.

Mingyu kini bersandar pada batu besar yang ada di pinggir sungai tersebut. Sedangkan Wonwoo mendekat ke arah sungai dan mengambil air dengan tangannya untuk membersihkan darah yang ada di wajah Mingyu.

Setelah berkali-kali mengambil air untuk membersihkan darah itu, Wonwoo juga menghapus air mata yang bersisa di wajahnya. Ia duduk di samping Mingyu yang masih mencoba untuk menstabilkan napasnya.

"Kau mengingatnya?"

Tanya Mingyu tanpa menoleh ke arah Wonwoo. Wonwoo kemudian menggeleng karena ia benar-benar tidak ingat dengan apa yang pria di sampingnya itu maksud. Ia hanya mengingat kejadian yang sama seperti yang terjadi di dalam buku yang ia baca.

"Aku tahu kau membaca Hëna e Diellit, kau menyimpan bukunya di rak buku yang ada di kamarmu."

Wonwoo menoleh.

"Siapa kau?"

"Buku itu berisi tentang kisah kita berdua di masa lalu. Aku yang menulisnya."

Wonwoo terkejut, ia tidak menyangka bahwa pria yang bersandar lemah di batu besar tersebut adalah seorang penulis yang begitu ia sukai. Mingyu perlahan bangkit dari bersandarnya, ia terduduk dan mengubah posisinya untuk berhadapan dengan Wonwoo.

"Kim Mingyu."

Ucapnya sembari menatap kedua mata Wonwoo. Wonwoo tersadar dengan nama itu, ia mendengarnya nama tersebut disebut oleh Seungcheol semalam. Selain itu KM, nama pena itu juga memiliki inisial nama yang mirip dengan pria yang kini menatapnya.

"Aku bisa mengembalikan ingatan masa lalumu, tapi jika kau ingin." Ucapnya dan Wonwoo menatapnya, berpikir sejenak lalu menangguk. "Kemarikan tangan kananmu."

Wonwoo menuruti perkataan Mingyu, ia menyodorkan tangan kanannya dan Mingyu meraihnya. Membuka telapak tangan tersebut dan di sejajarkan dengan miliknya. Wonwoo dapat melihat jelas tanda yang ada di telapak tangan Mingyu, berbentuk matahari, dan di telapak tangannya yang berbentuk bulan sabit.

Mingyu kemudian menempelkan kedua telapak tangan tersebut dan menyuruh Wonwoo untuk menutup kedua matanya. Mingyu membawa Wonwoo ke masa lalu, waktu di mana mereka bersama.

Dalam pikiran Wonwoo, ia melihat semuanya, ia melihat bagaimana hubungannya dengan Mingyu di masa lalu. Hal-hal yang terjadi dalam kehidupannya itu terjadi sama persis dengan apa yang ada di buku. Ia bahkan melihat tentang tabib Yoon, Seungcheol, juga kakek tadi.

Dan ketika sampai di mana Mingyu memperlihatkan tentang kematiannya, ia menarik tangannya dan membuka kedua matanya. Ia menangis, ia kemudian menatap Mingyu dan menghamburkan tubuhnya untuk memeluk Mingyu.

"Maafkan saya Daegam-nim. Maaf karena telah meninggalkan Anda."

Ia merasakan Mingyu yang mengelus punggungnya. Tangisannya semakin menjadi seiring dengan ingatan yang kembali ke kepalanya. Ia memeluk erat tubuh Mingyu.

"Tidak apa, buin.. Kini kau sudah kembali."

Mingyu merasa begitu bahagia, ia bisa memanggil Wonwoo dengan panggilan tersebut lagi. Pelukan tersebut kemudian terlepas, Mingyu menangkup wajah Wonwoo dan menghapus air matanya. Ia mengajak Wonwoo untuk kembali ke Elysium.

Di perjalanan ketika Wonwoo sedang membantu Mingyu berjalan, ia tiba-tiba terhenti karena ingat akan suatu hal yang sekarang sedang dipikirkannya. Ia bahkan menghiraukan panggilan Mingyu. Wonwoo tetiba juga melepas genggamannya pada lengan Mingyu dan sedikit membuat Mingyu hampir terjatuh karena tubuhnya yang masih lemas.

Hëna e DiellitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang