lantai dua puluh

883 94 1
                                    

"Aku mencintaimu, Mingyu. Saya mencintaimu, daegam-nim. Perasaan itu masih sama."

Aku mengatakan kalimat tersebut karena perasaan itu memang benar-benar ada. Sore tadi setelah ia meninggalkanku di kamarnya, aku langsung menemui dokter Yoon dan bertanya padanya tentang segala hal. Aku bahkan bertanya padanya apakah sebuah perasaan yang ia miliki di kehidupan masa lalunya kembali juga ke kehidupan masa kini, dan ia mengatakan iya.

Tidak hanya aku, tapi dokter Yoon juga mengalami hal yang sama denganku. Seluruh perasaan itu kembali seiring ingatan itu kembali juga. Sama denganku. Dan aku tak bisa mengelak bahwa aku benar-benar mencintai seseorang yang kini sedang memelukku.

Aku tak bisa untuk tidak mengakui perasaanku sendiri karena entah mengapa hal ini begitu besar dan tak bisa dilupakan begitu saja. Ia tetap menjadi orang yang sangat berharga bagi diriku meskipun di masa kini aku baru menemuinya. Aku bahkan menghilangkan pikiranku tentang bagaimana tubuhku yang sudah tersentuh orang lain, karena aku tidak mau berpisah dengannya untuk kedua kalinya. Aku tidak sanggup bila harus meninggalkannya lagi.

Yakin atau tidak, ia tidak mengetahui bahwa ingatan itu juga mengembalikan perasaan yang sama padaku. Mungkin ia tidak bisa tahu karena ia sendiri masih bertahan hidup sejak aku meninggalkannya hingga kini. Dan kini aku sudah terlahir kembali dan ingat semuanya tentang kehidupan sebelumku, juga aku harus menepati janji pada orang yang tidak pernah menua ini.

Pelukan kami melonggar seiring ia yang melepas pelukan tersebut, ia kemudian menangkup wajahku dan menatapku dalam menggunakan mata itu, mata yang sebenarnya adalah miliknya sendiri. Mata berwarna caramel yang dulu selalu aku perhatikan, karena terlalu indah.

"Kau yakin dengan perasaanmu?"

Tanyanya dan aku mengangguk untuk menanggapinya.

"Tinggallah di sini."

"Iya aku tahu."

Aku tahu mengenai gedung ini yang ia bangun untuk keinginanku di masa lalu, aku ingat saat-saat aku sering bercerita padanya mengenai kehidupan masa depan yang aku inginkan. Mengingat harapan-harapan dan juga doaku yang kini terkabul sehingga aku bisa bertemu dengannya lagi. Selain itu, semuanya menjadi lebih jelas ketika aku membaca karya yang benar-benar sama persis dengan apa yang aku lihat juga aku ingat. Aku merasa sangat bahagia ketika tahu apa saja yang ia lakukan selama enam ratus tahun menungguku melalui buku keempat.

Sejak hari itu, malam harinya aku membenahi semua barang-barangku dari kamar lantai sembilan belas dan berpindah ke lantai tiga puluh di mana ia tinggal. Ini benar-benar menakjubkan, ia membangun gedung seperti ini untuk mengabulkan keinginanku di kehidupan masa lalu. Kamarnya juga berbeda dengan kamar yang lain, ia mendesain dengan warna kesukaanku, biru yang dipadukan dengan warna putih. Berbeda dengan kamar lain yang pernah aku tempati dengan hanya memiliki warna putih. Berbeda juga dengan warna luar gedung ini yang hitam dan emas.

Mengingat dengan emas, kini aku berbaring di samping Mingyu di atas tempat tidur di kamarnya, aku kemudian bangkit dan mengeluarkan cincin yang sedari tadi aku sakukan di celana yang aku pakai. Aku menunjukkannya pada Mingyu dan ia tersenyum.

"Aku menemukan cincin itu di kamarmu dan menyimpannya."

Ucapnya, aku tahu tentang hal itu. Cincin ini adalah pemberian kedua orang tuaku di masa lalu ketika aku akan berpindah ke istana untuk menerima perintah kerajaan dan menikah dengannya. Aku kemudian memakai cincin tersebut di jari tengahku. Masih sama seperti dulu. Aku menunjukkannya pada Mingyu dan membuatnya terkekeh.

"Mingyu, mungkin kau akan menemukan sifat yang berbeda dariku dengan kehidupan masa laluku. Itu adalah sifat yang sudah aku bangun sejak lahir saat kembali ke dunia ini."

Hëna e DiellitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang