lantai dua puluh satu

1K 93 2
                                    

Aku baru saja selesai mandi, dan ketika keluar, aku mendapati Mingyu yang sedang duduk di sisi ranjang sembari membaca sebuah buku. Kaki kanannya bersilang di atas kaki kirinya, entah kenapa pose tersebut membuat karisma Mingyu terlihat semakin menawan. Aku berdahem dan berjalan ke arah lemari untuk mengganti baju. Saat aku sedang membuka lemari, tiba-tiba Mingyu memelukku dari belakang, ia mencium pundakku dan aku merinding dibuatnya. "M-Mingyu.." Lirihku ketika ia tak behenti mengecupi pundakku. Aku menelan ludahku kasar ketika tangannya meraba-raba kulit perutku dan semakin naik hingga di dadaku. "Daegam-nim.." Lirihku lagi tapi ia tak menghiraukannya.

Ciuman Mingyu beralih naik ke leher kiriku. "Menurutlah, aku tidak ingin menggunakan kekuatanku." Bisiknya dan kembali mencium leherku dan menggunakan lidahnya. Tubuhku meremang dan aku merasakan desir darahku yang naik ke permukaan kulitku dan membuatnya memerah, aku juga bisa merasakan wajah dan telingaku yang panas akibat sentuhan itu. Tangan Mingyu meraba sensual dadaku dan sedikit menekankan telapak tangannnya. Kakiku serasa melemas ketika ia menekankan jempolnya di puting kananku.

Ia memutar tubuhku dan aku menatap matanya yang gelap, ia mendekat dan mencium bibirnya. Melumatnya dengan lembut dan mendorong tubuhku hingga aku menabrak lemari di belakangku, menghimpitku dengan tubuhnya. "Buka mulutmu Wonwoo." Lirihnya setelah melepas lumatannya. Aku menelan ludah dan perlahan membuka mulutku, ia menjulurkan lidahnya dan masuk ke dalam mulutku, aku mengerjap, lidahnya yang entah kenapa begitu lembut dan manis membuatku merasa ingin lebih, aku membalas ciumannya dengan menjilat lidahnya di dalam rongga mulutku dan ia maju lebih dekat, tubuh kami bersentuhan.

Tangannya bergerak sensual di seluruh bagian tubuhku dan perlahan turun, menarik handuk yang melingkar di pinggulku dan membuatnya jatuh. Aku telanjang bulat astaga! Ia meraba pahaku dan masuk di selangkanganku, tapi entah kenapa aku menyukai sentuhannya. Tangannya terkesan lembut dan ciuman lidah kami terus berlanjut hingga aku merasa napasku yang akan habis. Aku memukul dadanya pelan dan ia melepas ciuman kami. Aku menghirup oksigen dan bernapas terengah, meremas lengan baju yang ia pakai ketika merasakan sentuhan tangannya di kajantananku. Ia mulai mengurutnya dan aku meleguh lirih.

Mingyu mendekat lagi dan menciumi wajahku dan turun ke leherku, menyesapnya yang membuatku merasa pusing. "M-Mingyuh.. Ahh." aku menutup kedua mataku menikmati sesapannya di leherku, dan tangannya yang terus mengurut kejantananku yang perlahan menegang. Aku semakin meremas lengan bajunya ketika sesapannya turun ke dadaku dan memainkan lidahnya di kedua putingku bergantian. Tubuhku melemas dan bergetar ketika mendapat sensasi bagaimana nikmatnya sentuhan Mingyu.

Mungkin Mingyu tahu tubuhku bergetar, ia berhenti dan langsung mengangkat tubuhku dan menidurkannya pelan di tempat tidur, aku menelan ludahku ketika melihat Mingyu melepas baju yang ia gunakan, kulit tan-nya, dadanya yang berotot, perutnya yang memiki abs, bahunya yang lebar, aku terhipnotis dengan bagaimana seksinya Mingyu saat ini, apalagi dengan tatapan seduktifnya yang membuatku serasa ingin langsung disentuhnya. Ia melepas gespernya dan membuka pengait celananya, aku menelan ludahku lagi ketika ia menurunkan celananya dan menampilkan kejantananya. Aku menoleh menghindari itu, mengerjapkan kedua mataku, wajah dan telingaku serasa memanas, ini bukan pertama kali aku melihat milik pria lain dan bukan pertama kali aku melakukannya dengan pria, hanya saja, Mingyu berbeda. Sangat berbeda, ia begitu menawan dan menggairahkan.

Aku merasakan Mingyu yang mendekat, aku memejamkan kedua mataku erat ketika merasakan ia menyentuh wajahku. "Kenapa Wonwoo? Kau malu hm?" Lirihnya dan sialnya aku mengangguk pelan. "Aku suamimu di masa lalu dan kekasihmu di masa kini, tidak perlu malu sayang." Tambahnya lagi. Ia menarik daguku agar aku menghadapnya. "Bukalah matamu." Aku perlahan membuka kedua mataku dan melihat ia yang tersenyum lembut di atasku.

Ia menurunkan tubuhnya dan membuat kulit tubuh kami bersentuhan. Ia mengeluskan tangannya di wajahku dan aku berhasil masuk ke dalam kedua mata gelapnya, aku menikmati sentuhan itu, ia meraba tubuhku seduktif, turun ke leher, dada, perut dan selangkanganku. Aku menatap wajah tampannya dari posisiku dan entah kenapa kedua lenganku naik dan melingkar di tengkuknya. Ia tersenyum lalu mencium bibirku dan aku membuka mulutku, menikmati lidahnya yang masuk dan mengeksplor rongga mulutku, aku menutup kedua mataku menikmati setiap sentuhannya. Ia mulai mengurut kejantananku lagi dan perlahan turun meremas salah satu bola kembar milikku. Aku meleguh di sela-sela ciuman kami dan kini jarinya mencari pintu lubang analku. Aku memperlebar kedua kakiku dan merasakan jarinya yang menyentuh pintu lubangku.

Hëna e DiellitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang