lantai dua puluh lima [end]

1.8K 107 15
                                    

Dua minggu lamanya Wonwoo dan Mingyu tinggal di rumah lama Wonwoo, dengan Wonwoo yang selalu berada di samping suaminya, membantu Mingyu melakukan segala hal. Selama dua minggu itu juga, keduanya bersembunyi dari Seungcheol dan yang lain. Wonwoo tidak tahu lagi bagaimana cara untuk bisa menyembunyikan keberadaannya dan Mingyu selain menggunakan kekuatannya untuk melindungi rumah itu. 

Wonwoo begitu takut, jika tiba-tiba Seungcheol datang dan membunuh Mingyu, apalagi dengan ia yang belum bisa memaksimal kekuatan yang ia miliki. Ia tidak ingin dipisahkan lagi dengan Mingyu, apapun yang terjadi, ia ingin bersamanya. Jadi sebisa mungkin, ia akan melindungi Mingyu, jika sampai Seungcheol datang untuk membunuh Mingyu, ia akan membunuhnya dengan tangannya sendiri.

Jam sudah menunjukkan pukul sebelas siang, dengan sisa uang yang Wonwoo dan Mingyu punya, yang keduanya bawa dari Elysium, Wonwoo membeli bahan masakan dengan uang tersebut. Memasak untuk Mingyu dan dirinya sendiri. Selama dua minggu ini, terjadi banyak hal yang tak pernah Wonwoo pikirkan, bagaimana mereka menjalani kehidupan sebagai sepasang suami meskipun di bawah rasa khawatir jika Seungcheol mengetahui keberadaan mereka.

Wonwoo berusaha sebisa mungkin untuk melakukan apa yang harus ia lakukan, terutama mencintai Mingyu tanpa harus melihat bagaimana keadaan dirinya yang sampai sekarang tidak bisa melihat. Pernah, Wonwoo mencoba untuk menukar bola matanya dengan Mingyu, seperti yang pernah ia lakukan dulu, tapi ia tidak tahu bagaimana, bahkan Mingyu pun melarangnya.

Pria yang duduk di sampingnya ini benar-benar membuatnya khawatir, Mingyu selalu bilang bahwa ia baik-baik saja, tapi Wonwoo yang malah khawatir. Mungkin karena ia sudah hidup di dunia ini terlalu lama, jadi ia tidak takut dengan apa yang akan datang pada dirinya, meskipun itu adalah kematian. "Mingyu.." Panggil Wonwoo. Mingyu menolehkan kepalanya ke arah suaminya. "Kau belum menyelesaikan novel kelima." Ucap Wonwoo.

Mingyu tersenyum simpul, mekipun matanya selalu tertutup, ia tetap begitu tampan, apalagi dengan senyuman itu. "Aku tidak akan menyelesaikannya." Jawabnya, dan Wonwoo terheran mendengarnya. "Karena kau ada di dalamnya sayang, kau tahu apa yang terjadi." Lanjutnya.

Ya, itu benar, Wonwoo adalah pemeran utama di novel yang Mingyu tulis. "Tapi paling tidak, aku ingin tahu bagaimana akhir cerita kita, bagaimana kau akan mengakhiri novel itu." Balasnya, karena itu adalah harapan Wonwoo, bahwa Mingyu, kelak akan menyelesaikan novelnya jika ia sudah kembali dapat melihat.

Terdengar Mingyu yang menghela napasnya. "Aku ingin kita hidup sebagaimana manusia pada umumnya, kau yang hamil anak kita." Balasnya dengan senyuman tipis di bibirnya.

"Sesederhana itu?" Tanya Wonwoo dan Mingyu mengangguk. Ia meraih tangan Mingyu, melihat telapak tangannya yang sudah tidak ada lagi tanda matahari di sana. "Jika aku bisa hamil, kau ingin anak laki-laki atau perempuan?" Tanya Wonwoo.

"Tidak penting laki-laki atau perempuan, yang terpenting adalah ia lahir karena kau dan aku." Balasnya.

Wonwoo terkekeh mendengarnya, Mingyu terdengar begitu yakin bahwa Wonwoo bisa hamil, padahal jelas sekali Wonwoo tidak bisa. Wonwoo menghela napasnya panjang, mendekat dan menyandarkan kepalanya di pundak Mingyu. "Kita akan hidup seperti manusia pada umumnya jika semuanya sudah selesai." Balasnya dan Mingyu mengangguk untuk menanggapi. Wonwoo sedikit menoleh ke arah wajah Mingyu yang masih menampilkan senyum manisnya. Bagaimana bisa semuanya selesai jika Wonwoo tidak menyelesaikannya?

•••

Wonwoo menatap Mingyu yang begitu terlelap dalam tidurnya, ia meraih wajahnya dan mengusapnya dengan lembut. "Maafkan saya daegum—nim." Lirihnya lalu ia bangkit berdiri, berjalan keluar dari kamar setelah mencium kening Mingyu dengan lembut. Ia keluar dari rumah tersebut, melindunginya dengan kekuatannya sebelum ia meninggalkannya. Memesan taksi untuk menuju ke Elysium.

Hëna e DiellitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang