TTM - 1

1K 86 6
                                    







Lelaki muda itu merenung di balkon rumahnya, ia masih memikirkan kejadian kemarin yg menimpa dirinya dimana dia bertemu dengan kekasihnya, tetapi ia merasa sangat sakit ketika gadis nya menolaknya dan beranggapan bahwa ia tak mengenalnya.

Sakit namun merindu

Itulah yang mampu ia rasakan saat ini, senja menuju ke arah barat untuk dijamaah dengan sisi langit. Tetesan air bening jatuh tepat pada pipinya. Sangat tak bisa dipungkiri jika ia sangat terpukul atas kejadian 3 tahun yang lalu dimana ia ditinggalkan dengan kekasihnya.
Tenggelam dalam siksaan rindu, secercah kenangan kini memutar diotaknya hingga membuat nya semakin meringis

Saat ini dia hanya memikirkan benarkah seseorang yg telah meninggal bisa hidup kembali, tapi itu mustahil dan lalu kenapa ada orang yang begitu mirip dengan mendiang kekasihnya itu tak ada celah nya sedikitpun.

Sibuk dengan pemikiran nya sampai ia tak menyadari jika sedang diperhatikan oleh seorang wanita paruh baya

"kamu merindukan nya?". Ucap mama nya dengan nada lembut

Billar langsung menghapus tetesan air bening yg membasahi pipinya dengan cepat

"tak apa kalau anak mama mau nangis, gak usah ditahan". Katanya sembari duduk di dekat anaknya lalu menepuk pundaknya dengan lembut

"t-tapi..

"tak apa, lelaki juga bisa menangis. Jangan pura-pura kuat di depan mama. Mama ngerti perasaan kamu, umurmu tak bisa menghalangi, kamu tetap anak kecil mama". Lanjutnya lagi

Billar bersandar di bahu mamanya, ya benar selama ini billar terbilang cukup kuat dan hebat menyembunyikan kesakitan nya, tapi itu tak luput dari perhatian mama nya

"lihatlah nak, senja itu". Tunjuk mama yang sedang menatap senja yg akan tenggelam

Billar menatap senja itu dengan piluh "dulu salsa bilang, dia ingin jadi senja yg di sukai banyak orang"

"lalu??". Tanya mama

Billar kini duduk dengan tegap menatap ufuk senja "aku bilang keinginan yg sangat  tepat".

Mama menatap bilar disampingnya dan bertanya lagi "kamu ngerti maksudnya?".

Menarik nafasnya cukup dalam lalu memegang tangan mamanya cukup kuat, pertanda bahwa dia sedang merasakan sesak didadanya

"kalau billar gak sanggup cerita gak papa".

"ma?". Panggil billar meneteskan air mata nya

"iya sayang".

"awalnya aku gak ngerti, aku kira dia akan selalu jadi senja yg indah tanpa beban d-dan selalu hadir dengan sisi istimewanya. Setelah dia bilang gitu, salsa ngasih aku teka teki kenapa salsa ingin jadi senja. Salsa mau aku menjawabnya dan ngasih aku waktu t-tapi bodohnya aku, aku gak ngerti dan aku ngebiarin itu semua karena mikir itu hanya pertanyaan konyolnya". Kata billar agak terbata-bata karena sesak didadanya

"hingga waktu berlalu aku di ajak salsa kedasar pantai dan kami berdua duduk diatas batu besar menikmati ombak dan senja di sore hari itu. Lalu dia nagih jawaban atas pertanyaan itu, tapi aku lagi-lagi gak peduli karena kupikir itu hanya permainan nya. Salsa bersandar dibahuku terus dia berkata 'tidak usah dijawab, hari ini aku akan menjawab nya' pas aku ingin natap dia, salsa bilang 'senja lebih indah dari pada aku, mending liat senjanya dan nikmati'  aku menurutinya dan aku tetap bilang kalau dia lebih indah dari senja".

"saat itu senja semakin tak terlihat dan salsa bilang 'aku ingin jadi senja karena indah disetiap detik-detik terakhirnya' aku tatap dia dan saat itu dia sudah dalam keadaan nangis dan wajahnya pucat pekat, aku nanya salsa kenapa tapi dia hanya menjawab 'maafkan aku kalau kamu harus liat senja mu untuk terakhir kalinya' lalu di menciumku dan memeluk ku hingga beberapa menit dia tak melepaskan pelukan itu d-dan bodohnya aku, kupikir salsa tidur".

Tasbihmu Tak MerestuiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang