Ceklek
Doyoung masuk ke dalam kamar di apart- nya. Ini memang bukan penthouse, namun kamarnya cukup besar untuk seseorang yang tinggal sendiri. Setelah membuka sepatu, Doyoung menyalakan lampu. Ia menghela nafas berat saat tau malam ini dia sendirian lagi.
Ya, Doyoung selalu berharap, Junkyu menginap di apart- nya.
Dia pergi ke meja bar dan mengambil minum. Selesai meneguknya, Doyoung pergi ke kamar mandi. Selesai mandi, Doyoung memakai kaos hitam di balut dengan kemeja biru. Malam ini, Doyoung akan keluar saja dari pada di rumah sendirian.
Sebelum pergi, Doyoung akan makan dahulu. Sebab, pagi tadi, dia tidak sarapan. Atau memang tidak ada yang menyiapkan sarapan untuknya. Doyoung merasa hidupnya terlalu menyedihkan. Hidup sendiri, sangat menyusahkan dan kesepian.
Terkadang, Doyoung iri dengan kehidupan Kakaknya, Kim Junkyu. Beberapa kali Neneknya mengatakan kalau Junkyu adalah cucu satu-satunya, seolah Doyoung bukan siapa-siapa. Sakit rasanya tidak di anggap oleh orang yang menjadi Mama dari Papanya.
Tapi beruntung, Junkyu tidak tinggi hati dan tidak ikut membuang Doyoung. Dia tetap menjadi Kakak bagi Adiknya. Tetap menjadi seseorang yang selalu siap menjadi topahan adiknya. Meski jarang bertemu, mereka tidak lost contact. Setiap Doyoung merasa sendiri, Junkyu selalu bisa menceriahkan suasana hatinya.
Doyoung sangat menyayangi Junkyu. Begitupun sebaliknya.
Dia menghela nafas berat sambil menunduk. "Andai ada Kak Ajun, gua pasti bisa tidur tenang malam ini.. Dan gak akan kesepian lagi.."
"Kata siapa lo kesepian?"
Doyoung sontak langsung menoleh ke belakang. Dia membulatkan mata melihat Kakak yang dia dambakan akan datang ternyata benar-benar hadir di sisinya. Dengan senang, Doyoung berlari menghampiri Junkyu kemudian memeluknya erat.
Junkyu terhenyak merasakan tubuh Doyoung yang gemetar dan suara tangisan pelan. Dia perlahan melepas pelukannya dan membawa lengan Doyoung ke kasur. Setelah mendudukannya, Junkyu mengusap air mata adiknya lembut.
"Ada apa? Lo kepikiran keluarga lagi?" Junkyu terkekeh pelan melihat Doyoung tidak menjawab. "Berapa kali gua bilang, Nenek cuma butuh waktu. Suatu saat, gua yakin, Nenek pasti mau nerima lo sebagai cucunya."
Doyoung membuang nafas lalu menganggukan kepala pelan. "Kak Ajun kesini di bolehin Nenek?" Tanya Doyoung. Junkyu diam sebentar lalu menganggukan kepala.
Dia tidak akan bilang sebenarnya pada Doyoung.
Adiknya tersenyum. Junkyu tau, Doyoung pasti senang kalau dia kesini dengan atas izin sang Nenek. Karna bagi Doyoung, itu artinya, Neneknya tidak mengambil satu-satunya orang yang Doyoung punya. Apa itu artinya sang Nenek masih perhatian padanya? Doyoung akan menganggap seperti itu.
Meski, sejujurnya, bukan itu alasan sang Nenek.
BRAK!
BRAK!
BRAK!
Doyoung dan Junkyu terhenyak. Gedoran di pintu itu mengagetkan mereka. Doyoung bangkit dari duduknya dan menghampiri pintu. Sebelum dia buka, Doyoung melihat dulu siapa yang datang lewat kamera cctv luar kamarnya. Dan ia sangat terkejut mendapati makhluk aneh sedang berdiri di depan pintu.
Junkyu mengerutkan kening melihat Doyoung yang berlari ke arahnya. "Ada apa? Siapa di luar?" Tanya Junkyu ikut panik. Doyoung tidak menjawab dan langsung menarik lengan Junkyu ke arah tangga darurat.
KAMU SEDANG MEMBACA
[I] OUT✓
Fanfiction❝Ayo kita keluar dari Busan bersama-sama.❞ (Virus universe's)