O - 10

1.7K 446 6
                                    

Yoonbin mengendarai mobil. Walaupun kaki kanannya terluka, dia tidak terlalu merasakan rasa sakitnya karna peluru itu sudah di keluarkan. Sekarang Yoonbin dalam fase penyembuhan. Jaehyuk di sebelahnya terus memantau kaki Yoonbin sesekali.

Haruto dan Jeongwoo duduk di belakang. Mereka berdua hanya memandang kosong ke depan. Tidak tau harus melakukan apa, dan memikirkan apapun. Yoshi, yedam, dan Junghwan, bagaimana kabar mereka? Lalu Hyunsuk dan Jihoon, semoga mereka berdua masih hidup.

Haruto hanya memiliki Jeongwoo, begitupun sebaliknya.

"Oh ya, kita belum berkenalan. Namaku Yoon Jaehyuk. Dia Ha Yoonbin. Kalian?"

"Saya Jeongwoo. Dia Haruto."

Jaehyuk mangut-mangut. "Apa kalian punya seseorang disini?" Tanya Jaehyuk penasaran. Jeongwoo mengangguk dengan wajah sendu.

"Kami kehilangan banyak sahabat disini. Semuanya terpisah." Jeongwoo mulai menangis. Haruto membuang nafas lalu merangkul Jeongwoo. "Kita harap, yang lain bisa menyusul ke perbatasan..."

"Tentu saja." Saut Haruto yakin.

Jaehyuk tersenyum. Dia kembali menatap depan. "Kami juga kehilangan sahabat. Tapi.. Sekarang, ayo berjuang bersama. Kita keluar dari Busan bersama-sama." Ajak Jaehyuk bersemangat. Hal itu membuat Yoonbin diam-diam tersenyum.

Benar kata Asahi, Jaehyuk adalah matahari.

***

Hyunsuk sekarang sudah lebih baik. Sudah bisa menghadapi zombie. Tidak takut lagi karna ada Jihoon dan Mashiho di kanan-kirinya. Hyunsuk merasa sangat beruntung sekali bertemu mereka. Seandainya tidak ada Mashiho, mungkin Hyunsuk sudah tiada. Jika tidak ada Jihoon, Hyunsuk tidak akan punya keberanian.

Mereka berdua sangat berharga untuk Hyunsuk.

Jihoon menggenggam tangan Hyunsuk erat. Dia membawa Hyunsuk dan Mashiho ke rumah yang sudah pasti kosong.

"Biar aku periksa dahulu." Kata Jihoon sebelum masuk ke dalam. Hyunsuk dan Mashiho sama-sama menjaga di luar.

Mashiho melirik Hyunsuk. Gelagat Hyunsuk tampak aneh. Dia seperti ketakutan. Mashiho menggenggam tangan Hyunsuk membuat pemuda itu menatapnya.

"Kenapa?"

Di dalam, Jihoon merasa takut. Di dalam gelap sekali. Tidak lucu kalau tiba-tiba zombie menyerangnya. Tapi Jihoon yakin, kalau tempat ini aman. Kalau begitu, malam ini, dia dan yang lain akan beristirahat dulu disini.

Jihoon mendengar suara erangan dari belakang. Dengan cepat, Jihoon berbalik badan dan membulatkan mata melihat zombie berlari ke arahnya. Pergerakannya tidak cukup cepat untuk berlari dan berakhir dengan dirinya yang harus menahan tubuh zombie agar tidak menggigit dirinya.

Jihoon menahan nafas. 'Dasar zombie! Bau sekali. Bahkan lebih bau dari pada kaus kaki Jeongwoo.' keki Jihoon dalam hati. Masih saja bisa julid kamu ya...

Satu tangan Jihoon merogoh saku untuk mengambil sebilah pisau yang di beri Mashiho. Dia langsung menggunakannya untuk menusuk otak zombie. Sebelum darah itu muncrat, Jihoon lebih dulu memalingkan wajah agar tidak terkena cipratannya.

Jihoon mendorong zombie itu hingga jatuh. Dia pergi dari rumah itu. Mashiho dan Hyunsuk menatapnya bingung. "Kenapa? Di dalam berbahaya?" Tanya Mashiho. Jihoon membuang nafas dulu karna terlalu kaget tadi.

Tapi, sepertinya, rasa paniknya benar-benar parah.

Hyunsuk menahan tubuh Jihoon yang oleng. Melihat Jihoon kesusahan bernafas membuat Hyunsuk ketakutan. "Jihoon kena panic attack. Kita harus cari tempat istirahat sekitar sini." Kata Hyunsuk mulai memimpin. Mashiho mengangguk dan ikut memapah Jihoon.

Mereka membawa Jihoon ke lapangan di perumahan ini. Mashiho menutup pagar yang mengitari lapangan. Setelahnya, dia menghampiri Hyunsuk yang sedang membantu Jihoon menetralkan nafasnya.

"A-air.."

Mashiho langsung mengeluarkan air botol dari tas. Dia membuka tutupnya dan memberikannya ke Hyunsuk. Hyunsuk membantu Jihoon meminum air-nya pelan-pelan. Setelah minum, Jihoon langsung pingsan begitu saja membuat Hyunsuk menutup mulutnya terkejut begitu juga Mashiho.

Hyunsuk terduduk lemas. Wajahnya di umpatkan ke dalam telapak tangan. Mashiho bisa mendengar kalau Hyunsuk sedang menangis. Mashiho berjongkok dan mengelusi punggung Hyunsuk yang bergetar.

Semuanya menghilang satu-persatu. Hyunsuk sadar kalau kehilangan bukanlah hal yang mudah di ikhlaskan. Ada saat dimana kehilangan membuat kita mengingat masa lalu. Membuat kita mengingat apa saja yang di lakukan bersamanya, sebelum akhirnya hilang.

Menyimpan kenangan adalah faktor utama mengapa manusia susah mengikhlasi sesuatu yang hilang.

Mashiho menghela nafas. "Jihoon hyung, hanya pingsan. Sebentar lagi dia akan bangun." Ucap Mashiho mencoba menenangkan Hyunsuk. Pemuda itu hanya diam tidak merespon Mashiho. Terlalu lelah hanya untuk berkata. Dan, Mashiho paham.

Hyunsuk menepuk bahu Mashiho pelan namun berat. "Tolong jaga Jihoon ya?"

***

Yoshi memapah Junghwan. Sepertinya pemuda itu sudah sangat lelah. Yedam masih memantau jalan. Sesekali dia akan melirik Junghwan untuk memastikan. Pasalnya, Junghwan sudah memucat sejak kepergian Jeongwoo dan Haruto.

Yoshi tidak pernah berfikif akan mengalami hal ini. Dia tidak pernah memikirkan kalau satu-persatu sahabatnya akan pergi. Bagi Yoshi, sahabat adalah keluarganya setelah Mama dan Papanya pergi. Yoshi sangat beruntung bertemu mereka, dan Yoshi saat ini benar-benar kehilangan.

Yedam tiba-tiba duduk di aspal membuat Junghwan dan Yoshi menatap Yedam bingung. Badan Yedam gemetar, Yoshi tau saat ini Yedam tidak bisa lagi menahan tangisnya.

Yoshi berjongkok di belakang Yedam. Menepuk bahu itu pelan. "Menangislah kalau itu bisa buat hati lo lepas dari sesak. Menangis gak bikin buat lo terlihat lemah dan cupu. Justru itu membuat kita tau lo juga manusia yang punya perasaan."

Nasihat Yoshi barusan membuat Yedam akhirnya menangis redam. Ingin rasanya ia berteriak, namun Yedam tau, itu tidak akan dia lakukan.

Junghwan memegang kepalanya. Dia sangat pusing karna bau busuk juga perutnya sangat mual. Dia jadi berfikir, apakah ini Haruto yang rasakan? Sekarang Junghwan tau rasanya. Dia merasa kasihan pada Haruto dan dirinya yang menyedihkan.

Jadi apakah, ini akhirnya?

BRUGH!

Yoshi dan Yedam langsung menoleh ke belakang dan melihat Junghwan sudah terkapar. Yedam dan Yoshi sama-sama berlari ke arah Junghwan untuk memapah pemuda itu agar cepat pergi karna segerombol zombie datang ke arah mereka.

***

Yoonbin menghentikan laju mobilnya. Kakinya sangat sakit. Jaehyuk khawatir, dia keluar dari mobil dan pergi ke kursi kemudi untuk mengeluarkan Yoonbin dari sana.

"Lo mau ngapain Jae? Masuk lagi sana." Suruh Yoonbin terkejut karna Jaehyuk sudah membuka pintu kemudinya. Jaehyuk tidak menjawab, dia membawa Yoonbin keluar dari kursinya pelan-pelan.

"Lo mau apa sih Jae?"

"Sst!" Suruh Jaehyuk ketus. Dia mendudukan Yoonbin di trotoar lalu memperhatikan kaki Yoonbin yang berdarah lagi. "Tuh liat, lo si, terlalu maksa."

"Lo yang suruh gua nyetir." Balas Yoonbin geram. Jaehyuk yang baru sadar itu hanya terkekeh membuat Yoonbin mendengus.

Jaehyuk dengan telaten mengganti perban Yoonbin. Keadaan disini sedang sepi. Jaehyuk tidak tau ini di distrik mana, tapi Jaehyuk yakin, Yoonbin pasti akan membawa mereka ke perbatasan.

"Jae."

"Hm?" Saut Jaehyuk tetap fokus pada perban.

Yoonbin tidak langsung megatakan. Pemuda itu memandang langit malam yang kehilangan bintang.

"Kalo misalkan kita kepisah lagi, jangan takut gua kenapa-napa. Kita pasti bakal ketemu di perbatasan nantinya."

***

[I] OUT✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang