Junkyu mengendarai mobilnya. Hari sudah malam, tapi dia belum berhenti menangis. Beberapa kali ia mengusap air matanya dengan lengannya. Beberapa kali juga dia berhenti di beberapa tempat sepi untuk menenangkan hatinya.
Junkyu memukul stir dan kembali berhenti di pinggir jalan. Mengusak rambutnya frustasi. Yang ia lakukan hanya menangis dan menangis saja. Hatinya tidak tenang barang sebentar saja. Junkyu terlalu takut kehilangan adiknya. Junkyu hanya punya Doyoung saat ini.
Jika Doyoung pergi, Junkyu akan sendirian.
Junkyu membuka pintu mobil. Dia butuh udara segar. Dimana dia harus menemukan udara segar lagi? Udara Busan sudah tidak bisa lagi di hirup. Terlalu menyakitkan mencium udara Busan.
"Kak, ayo bertemu di perbatasan."
Junkyu berjongkok di depan mobil. Menangis dalam diam sangat menyesakan. Dia menyeka air matanya dengan lengannya. Pandangannya buram. Mungkin karna menangis terlalu lama.
Tapi dia yakin ada seseorang di depan sana.
Junkyu tersenyum. Dia berdiri lalu mengucek matanya. Awalnya dia kira itu adalah Doyoung namun ternyata bukan. Ekspresi Junkyu berubah. Senyumnya memudar.
Sedangkan Asahi yang berlari ke arahnya itu hampir sampai di dekatnya.
***
Jihoon menghentikan mobilnya. Dia kelelahan. Tidak tidur dua hari membuat badannya remuk semua. Bensin mobil juga hampir habis. Tidak ada yang bisa Jihoon lakukan sekarang. Dia sudah kehilangan arah dan semangat.
Yedam menghela nafas. Haruto, Jeongwoo dan Junghwan tertidur. Mereka masih terlalu muda untuk menghadapi hal semacam ini. Jihoon merasa sangat payah karna tidak bisa berbuat apa-apa. Yoshi sedari tadi hanya melihat jendela. Berharap dia menemukan siluet Hyunsuk.
Jihoon membuang nafas berat lalu melepas seftbelt miliknya dan keluar dari mobil. Yedam dan Yoshi sama-sama termangu tidak paham.
"Gua akan cari Hyunsuk hyung jalan kaki. Siapa tau dia nyelip dimana kan?" Ujar Jihoon yakin. "Yos, lo bisa kan ngendarain mobil? Tolong bawa mereka ke tempat aman. Setidaknya, Haruto, Jeongwoo dan Junghwan aman. Mereka bertiga sekarang tanggung jawab kalian." Pesan Jihoon sebelum pergi berlari menjauh dari mobil.
Yedam dan Yoshi sama-sama terdiam. Setelah Hyunsuk pergi, sekarang Jihoon. Mereka tidak mau lagi kehilangan.
Yoshi pergi ke kursi kemudi. Sebelum menjalankan mobil, Yoshi melirik ketiga sahabatnya di belakang lewat kaca mobil. Maniknya terpaku pada Haruto yang menangis dalam tidur. Ntah apa yang pemuda itu mimpikan, Yoshi hanya bisa tebak, Haruto tengah bermimpi buruk.
Yedam juga melihatnya. Ia ingin membangunkan Haruto namun Yoshi mencegahnya. "Dia butuh istirahat. Setidaknya saat kita sampai tempat aman baru bangunin mereka." Ujar Yoshi berubah bijak. Yedam mengangguk kaku.
***
Jihoon sebenarnya takut-tidak takut. Bagaimana ya, susah mendeskripsikannya. Yang bisa Jihoon umpamakan adalah saat kita berada dalam kegelapan dan menemukan secerca cahaya. Tapi kita enggan mendekati. Sebab kita tidak tau, cahaya apa yang akan kita dekati.
Sama halnya dengan Jihoon. Di dalam kegelapan. Jihoon takut melangkah, namun dia tetap bertekad mencari Hyunsuk.
[Chapter kehapus!]
demi Alek, gak napa-napa(ᗒᗩᗕ)
KAMU SEDANG MEMBACA
[I] OUT✓
Fanfiction❝Ayo kita keluar dari Busan bersama-sama.❞ (Virus universe's)