"Woo, kita pergi sekarang aja." Ajak Jaehyuk takut. Masalahnya dia bermimpi Busan akan di bomkan pada pagi hari. Dan mengingat mimpi tentang Asahi membuat Jaehyuk takut kalau mimpinya kenyataan.
Jeongwoo mendesah berat lalu mengangguk. "Ayo gua bantu berdiri."
Jaehyuk mengangguk. Dia menerima uluran tangan Jeongwoo yang membantunya berdiri. Mereka berdua keluar dari apotek dengan perlahan-lahan. Jeongwoo memapah Jaehyuk hati-hati, karna kaki Jaehyuk terkilir cukup parah.
Mereka berjalan tidak tau kemana. Jaehyuk takut dia akan berakhir disini. Jaehyuk tidak mau mati disini, Jaehyuk masih mau hidup. Jeongwoo pun sama, dia ingin hidup. Dia bisa berubah menjadi apapun asalkan hidup.
Jaehyuk memberhentikan langkah. Ia mengambil sesuatu di samping mobil. Sebuah kunci mobil juga ponsel. Jaehyuk tersenyum senang hampir ingin berteriak namun Jeongwoo bekep mulutnya.
"Mmm!" Oceh Jaehyuk sembari memperlihatkan kunci mobil. Jeongwoo mengangguk-angguk.
Tangan Jeongwoo lepas. Jaehyuk menarik nafas dalam lalu menekan tombol kunci membuat suara yang berada tak jauh darinya berbunyi keras. Jeongwoo menggendong Jaehyuk lalu dia ajak pergi ke sumber suara.
Setelah menemukan mobilnya, Jeongwoo memasukan Jaehyuk dengan segera. Lalu ia masuk ke ruang kemudi.
"Bentar, emang lo bisa.. Kemudiin?" Tanya Jaehyuk tidak yakin. Jeongwoo mengangan baru sadar dengan wajah cengo. Jaehyuk mendengus.
"Kaki gua masih sakit. Biar gua ajarin lo cara bawa mobil sampe bisa ya?"
Jeongwoo mengangguk. Meski dia tau, Jaehyuk pasti memberikan cara mengebut mobil. Tapi tidak apa, karna mereka harus segera pergi dari Busan sebelum pengeboman di lakukan.
***
"Ini.. Bis?" Tanya Yoshi melihat sebuah kendaraan besar. Hyunsuk menghampiri Yoshi lalu menganggukan kepala.
"Apa ada yang bisa mengendarai bis?"
Tidak ada yang menjawab. Hanya hening. Hyunsuk menghela nafas. "Kalau gitu cuma gua yang bisa.." Gumam Hyunsuk membuat yang lain cengo.
"Lo.. Bisa bawa bis Kak?" Tanya Junghwan tidak percaya. Hyunsuk mendengus lalu menganggukan kepala. Junghwan membuat ekpresi sangat kagum. "Multitalenta lu Kak. Hebat." Puji Junghwan membuat Hyunsuk menggaruk tengkuknya malu.
Mereka masuk ke dalam bis. Hyunsuk duduk di kemudi. Yang lain duduk di belakangnya, yedam ada di sebelah Hyunsuk.
"Siap ya?"
Yang lain mengangguk sambil berpegangan kuat. Jaga-jaga kalo Hyunsuk ngebut atau nabrak. Hyunsuk mengambil nafas dalam lalu mulai menyalakan mesin dan membawa bis berjalan.
Yoshi bertepuk tangan. "Beruntung ada Kak Hyunsuk disini."
Hyunsuk yang mendengarnya terkekeh. Dia membawa bis dengan santai meski stir agat berat. Dia menaikan kecepatan agar sampai di perbatasan dengan cepat.
Sementara itu, Haruto tengah tidur pulas. Wajahnya pucat habis sebab mual besar-besaran lalu tidak mengkonsumsi apapun membuat perutnya kosong. Junghwan sebenarnya bawa snack di tasnya, tapi Haruto tidak mau karna lelah.
Hyunsuk, Yoshi, Yedam, Junghwan dan Yoonbin merasa kasihan dengan pemuda Jepang itu. Sebagai pemimpin, Hyunsuk merasa gagal. Dia ketua di asrama bersama Jihoon, otomatis dia yang menjaga seluruh anggota asrama. Namun Hyunsuk sama sekali tidak berbuat apapun untuk Haruto.
Hyunsuk mencengkram kuat stirnya. "Bertahan. Gua pasti bawa kalian keluar dari sini." Gumam Hyunsuk. Dan Yedam tersenyum mendengarnya.
***
"Belum punya SIM tapi udah boleh bawa mobil, gak perlu ujian mengemudi kaya si spons itu lagi." Jeongwoo berseru senang. Dia membawa mobil dengan laju cepat. Jaehyuk di sebelahnya sudah siap-siap memegang pegangan di atas jendela.
Jaehyuk melihat handphone. Sebentar lagi pagi akan datang dan mereka berdua harus segera ke perbatasan.
Jaehyuk merunduk. "Asahi.. Ben.. Semoga kalian berdua udah sampe di perbatasan.."
Jeongwoo melirik Jaehyuk. Dia ikut sedih mendengarnya. Semoga saja, semua sahabatnya komplit saat ia sampai di perbatasan.
'Hyunsuk hyung, Jihoon hyung, Yoshi hyung, Yedam hyung, Haruto dan Junghwan.. Gua harap kita masih bisa bertemu..'
Jeongwoo menyeka air matanya. Dia tidak boleh sedih. Ia yakin, semua sahabatnya ada di sana menunggu kehadirannya. Dan.. Jeongwoo percaya, Haruto sahabat pertamanya pasti bisa bertahan. Jeongwoo tau Haruto sangat lemah, tapi.. Haruto tetap lelaki kuat bagi Jeongwoo.
Setelah cukup lama mereka terdiam, Jaehyuk merasa bosan. Hatinya sangat ketakutan tidak bisa keluar. Jeongwoo juga fokus menjalankan mobil dan tidak bisa di ganggu karna kelaparan. Akhirnya, Jaehyuk membuka ponsel itu dan mengecek apapun di dalamnya.
"Buka galeri orang, boleh gak sih?"
"Kaya gak pernah buka galeri orang sembarangan aja." Cibir Jeongwoo membuat Jaehyuk cengir.
Jaehyuk akhirnya nekat membuka galeri. Ia melihat isi foto. Dari awal membuka galeri, Jaehyuk di buat heran. Ia melihat sebuah foto poster dimana ada tulisan WANTED dengan foto seseorang bernama Kim Junkyu. Jaehyuk tidak tau siapa.
"Pembunuh Ibu Negara. Jika kalian bertemu dengannya, harap menelfon kami. Keuntungan yang kalian dapat adalah mendapat bantuan keluar dari Busan.."
Jeongwoo yang mendengar hal itu langsung tertarik. "Coba biar gua liat fotonya." Ujar Jeongwoo. Jaehyuk memberi lihat foto yang terpajang di ponsel itu. Jeongwoo mendesah. "Sial, gua gak pernah liat."
Jaehyuk cemberut. "Tapi gapapalah. Yang penting kita bisa berusaha keluar dari Busan. Gak perlu ikut yang kaya ginian." Kata Jaehyuk membuat Jeongwoo tersenyum.
Benar, mereka bisa berusaha sendiri keluar dari Busan. Tidak perlu bantuan siapapun, Jeongwoo akan membawa mobil ini ke perbatasan.
***
"DOYOUNG! GUA MAU TURUN!! TURUNIN GUA!!"
"Hyung.. Jangan seperti ini.."
"APA?! TIDAK SUKA?! TURUNIN GUA PARK JIHOON!!"
"Cukup.." Jihoon menangis membuat teriakan Junkyu berhenti. Asahi dan Mashiho sama-sama terdiam melihat Jihoon yang menangis. "Gua juga gak pengen ninggalin DOYOUNG! LO KIRA GUA GAK TERPAKSA?!"
Mereka bertiga tersentak. Jihoon tiba-tiba membentak. Terutama Junkyu yang masih shock dengan keadaan. Jihoon menghembuskan nafas kasar sambil mengacak rambutnya dengan satu tangan.
"Jangan takut dia mati. Dia cuma pergi ke perbatasan gak bareng kita bukan berarti dia mau mati. Kasih dia kepercayaan nyusul kita ke sana Kim Junkyu." Jihoon berdesis meski hatinya juga ikut ketakutan.
Junkyu hanya merunduk. Ia juga bingung dengan perasaannya. Sangat sakit meninggalkan Doyoung sendirian disana. Junkyu tidak mau perasannya akan membawa hal buruk untuk orang yang ia sayang..
"Turunin gua! Berhentiin mobil ini atau gua loncat Park Jihoon!!"
"Kim Junkyu!"
"GUA GAK GERTAK DOANG! KALO LO GAK BERHENTI, gua bakal bener-bener loncat Jihoon..."
Jihoon frustasi sekarang. Dia dengan mendadak memberhentikan mobil. "Sekarang suka-suka lo. Gua gak perduli lagi." Kata Jihoon berubah dingin.
Junkyu membuka pintu mobil lalu berlari kembali. Mashiho dan Asahi menatap Junkyu dari jauh karna Jihoon kembali membawa mobil melaju. Asahi dan Mashiho harap, Junkyu bisa sampai di perbatasan dengan adik kesayangannya itu..
***