O - 21

1.4K 387 48
                                    

Yedam senang ia di pertemukan lagi dengan Junghwan. Cara mereka di pertemukan adalah saat berlari di kejar zombie lalu saling bertemu dari arah berlawanan. Kemudian Yedam yang bijak, mengeluarkan ponsel miliknya lalu membuangnya sejauh mungkin saat alarm sudah berbunyi. Semua zombie itu langsung terkecoh, dan mereka berdua pergi dari sana sejauh mungkin.

Yedam menghela nafas berat. "Kalau jalan terus pasti tidak sempat sampai. Kita harus mencari kendaraan untuk pergi." Kata Yedam memberi pendapat. Junghwan mengangguk setuju.

Mereka saling memutar arah pandang. Tidak ada yang bagus di area sini. Hanya ada mobil rusak yang terlihat habis terbakar. Sangat susah mencari mobil saat ini.

Yedam menenangkan Junghwan yang ketakutan. Yedam yakin, mereka berdua bisa keluar dari Busan. Yedam akan menjaga Junghwan sampai kapanpun. Kali ini, Yedam tidak akan lagi meninggalkan Junghwan. Cukup kebodohannya saat itu, ia tak akan lagi melakukannya. Yedam percaya, jika bersama-sama pasti bisa keluar.

Junghwan menghentikan langkah. Yedam menatap Junghwan dengan alis naik satu.

"Ada apa?"

Junghwan menunjuk ke arah depan. "Bukankah itu Yoshi dan Hyunsuk hyung?"

Yedam membelakakan mata. "Haruto. Dia bertahan? Daebak." Yedam sangat terkejut melihat keberadaan Haruto di antara keempat orang di depan. Yedam segera menarik lengan Junghwan untuk berlari.

"Hyunsuk hyung." Panggil Junghwan pelan.

Hyunsuk menoleh ke belakang, begitupun dengan yang lain. Hyunsuk dan Yoshi menutup mulut. Sedangkan Haruto sibuk mengatur mualnya dan Yoonbin yang diam saja karna tidak mengenal.

Yedam memeluk Hyunsuk dan Yoshi memeluk Junghwan. Mereka menangis sambil menepuk bahu sahabatnya sesekali.

Dari pada diam, Yoonbin memilih membantu Haruto agar cepat berhenti mual. Masalahnya bisa gawat kalo Haruto terus-terusan muntah. Perutnya bisa kosong dan masuk angin.

"Bertahan, sebentar lagi sampai." Bisik Yoonbin. Dia sedikit simpati dengan yang termuda. Ya sejauh ini, yang Yoonbin tau, Haruto termuda. Umurnya masih 17 tahun lalu disuruh hal seperti ini, pasti sulit. "Apa perlu gua gendong?" Tawar Yoonbin tidak tau kondisinya.

Haruto menggeleng. "Badan gua lebih gede dari lo, kalo lo lupa." Sarkas Haruto seenaknya. Yoonbin mendengus.

"Kalo gitu biar cepat sampai, gua papah lagi aja." Yoonbin dengan tidak niat mengambil tangan Haruto dan dia papah pemuda Jepang itu. Haruto diam-diam tersenyum, dia tidak tau kalau ada yang lebih baik dari sahabatnya.

Yedam, Yoshi, Hyunsuk dan Junghwan mengikuti Yoonbin dan Haruto dari belakang. Yedam dan Junghwan meringis melihat kaki Yoonbin.

"Biar aku saja yang membantu Haruto hyung.'' Ujar Junghwan menawarkan diri. Yoonbin menggeleng merespon.

"Udah, kaki lo lagi sakit Bin." Hyunsuk setuju Junghwan yang memapah Haruto. "Kulit lo makin robek nanti."

Yoonbin mau tidak mau mengangguk. Junghwan mengambil alih Haruto. Tangannya mengelusi punggung Haruto dan membuat pemuda Jepang itu kembali muntah. Yoonbin menggerling malas melihatnya.

"Jangan di usap seperti itu. Dia tidak boleh muntah." Kata Yoonbin dingin. "Biar gua aja." Yoonbin kembali mengambil alih Haruto. Junghwan menggaruk tengkuknya kikuk.

"Jangan nunduk." Tegur Yoonbin pada Haruto yang siap muntah.

Haruto mendengus. "Berisik."

Yoonbin menggerling. "Seterah, lo pingsan gua tinggal." Ancam Yoonbin yang langsung membuat Haruto mengangkat kepalanya.

Hyunsuk terkekeh dalam hati. Dia senang beberapa sahabatnya sudah berkumpul. Kini hanya tinggal Jihoon, Mashiho dan Jeongwoo. Hyunsuk berdoa semoga ketiga sahabatnya yang lain selamat.

Jungwan berhenti berjalan. Dia berjongkok memungut sesuatu. Dia membuka lembaran kertas yang terdapat foto seseorang. Hal yang membuat Junghwan memungutnya adalah terdapat WANTED disana.

WANTED

KIM JUNKYU
Pembunuh Ibu Negara. Di harapkan jika bertemu dengannya silakan telfon kami. Keuntungan yang kalian dapatkan adalah bantuan untuk keluar dari Busan.

Kim Dojun, putra Ibu Negara.

"Kim Junkyu..? Siapa?" Tanya Hyunsuk yang ikut membaca. Junghwan menggeleng tidak tau. "Apa di antara kalian tau siapa Kim Junkyu?" Tanya Hyunsuk pada keempat orang di depannya. Mereka diam sebentar lalu menggeleng.

"Memang ada apa hyung?" Tanya Yedam.

Junghwan memberikan lembaran itu kepada Yedam. "Disana tertulis jika kita dapat Kim Junkyu, orang-orang berkuasa itu akan membantu kita keluar dari Busan." Jelas Junghwan.

Haruto melebarkan mata. "Benarkah? Kita bisa keluar dari sini?" Tanya Haruto senang.

Junghwan mengangguk. "Tapi, tidak ada satupun yang tau siapa Kim Junkyu." Junghwan mendesah berat.

Mereka semua ikut mendesah. Benar, siapa yang mengenal Kim Junkyu? Tidak ada yang bertemu dengan pemuda itu.

Diam-diam Hyunsuk tersenyum. Untung saja tidak ada yang mengenal adiknya, Kim Junkyu.

***

"Gua sayang Papa. Gua pengen disayang sama Papa. Gua cukup kehilangan Mama, dan sekarang, Papa bahkan gak pernah sayang sama gua." Cerita Junkyu sambil menangis. Jihoon mengelusi punggung pemuda itu.

"Emang, kenapa Papa lo gak sayang sama lo?" Tanya Jihoon.

Junkyu menghela nafas berat. "Nenek dan seluruh keluarga itu sayang sama gua. Seluruh harta warisan Nenek itu bakalan jadi milik gua semua. Papa gak suka hal itu, dan benci gua."

Jihoon, Mashiho dan Asahi mendengarkan. Kisah Junkyu terlalu menyedihkan. Jihoon tau rasanya tidak di sayang Papa karna Jihoon bahkan di buang oleh Papa dan keluarganya. Dia hanya dengan Mama, dan.. Sekarang Jihoon tidak memiliki siapa-siapa karna Mama Jihoon meninggal.

"Gua.. Pengen dapat perhatian Papa. Gak masalah Nenek benci gua kaya Nenek benci Doyoung. Setidaknya Papa lebih suka merhatiin Doyoung walaupun gak langsung.. Gua juga pengen.." Junkyu menangis sampai wajahnya memerah. Jihoon memeluknya berusaha menguatkan Junkyu.

"Kalo gua bisa, gua pasti bakal bantu lo biar Papa lo bisa sayang sama lo.." Bisik Jihoon tulus.



Krieeet.



"Ternyata benar, kamu disini Kim Junkyu." Pria itu tersenyum di samping pintu. Di sebelahnya Doyoung berdiri sambil mengepal tangan saat pelipisnya di tempelkan pistol.

Junkyu menelan ludah. Dia berdiri dengan tubuh lemas. "P-papa.. Doyoung.." Panggilnya dengan tangan menggapai keduanya.

Jihoon, Mashiho dan Asahi ikut bangun. Mereka berempat menatap kedua orang di pintu itu. Jihoon tersenyum miring. "Jadi anda Papa Junkyu? Orang yang sama sekali tidak memberi anaknya sendiri kasih sayang?" Lalu Jihoon terkekeh. "Bahkan anak sendiri di jadikan sandra."

Pria itu menatap Jihoon kesal. "Tidak usah ikut campur atau saya bunuh kamu disini."

"Sampai anda bunuh Jihoon hyung, saya bantai disini." Doyoung mengancam sambil berdesis. Sedangkan Jihoon dan Junkyu terdiam.

Darimana Doyoung tau nama Jihoon??

***

[I] OUT✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang