Setelah berbulan bulan lamanya akhirnya aku bisa tertidur dengan pulas, rasanya seperti aku dikembalikan ke waktu sebelum pernikahan itu terlaksana. Bangun tidur terasa segar bukan main, memang ini yang aku butuhkan sejak kemarin beristirahat sejenak dan ruang untuk diriku sendiri.
Saking senangnya, aku bersiap diri sambil bersenandung.Drrtt.. drt.. drt...
Getaran handphone membuat perhatianku teralihkan dari kaca. Nama yoongi terlihat tertera di sana, aku segera mengangkatnya."Haloo?"
"Selamat pagi cantik.." Sapanya halus, sepertinya mood Yoongi juga sedang baik.
"Ah kamu ini, pagi-pagi udah ngegombal." Balasku malu.
"Aku ga pernah ngegombal, kalo bilang gitu artinya sebuah fakta, ngegombal itu gimana caranya ?"
"Kalo deket udah aku timpuk loh." Ancam ku agar dia menghentikan perkataannya yang membuatku salah tingkah.
Yoongi tertawa keras di sebrang sana.
"Jadi kan hari ini pergi?""Jadi. Emangnya kamu nggak ada jadwal hari ini ?"
"Nggak ada. Tapi ada beberapa hal yang harus aku lakuin di rumah sakit."
"Kita pergi siangan aja Gi, setelah keperluan kamu selesai dari rumah sakit."
"Oke. Mau aku jemput dimana? Apartemen?"
"Di toko bunga. Ngomong-ngomong aku udah nggak di apartemen, sekarang pindah ke perumahan."
"Oh ya? Sejak kapan kamu pindah kesana?"
"Baru kemarin."
Yoongi terdiam untuk beberapa saat.
"Selama kita berteman aku juga belum pernah berkunjung ke tempatmu selain mengantarkan mu pulang."Aku mengulum bibirku, tidak bisa membayangkan bagaimana reaksi Namjoon bertemu secara langsung dengan Yoongi.
"Apa aku boleh kapan-kapan berkunjung?" Suaranya terdengar ragu."Hah? Untuk apa?" Refleks aku mengucapkan kata itu.
"Tidak boleh ya? Ya sudah tidak apa-apa." Apa aku tidak salah menangkap suaranya? Karena kali ini suaranya terdengar seperti kecewa.
"Rumahnya masih berantakan Gi, mungkin lain kali." Alibi ku.
Kami berbicara sebentar setelah itu sebelum akhirnya aku memutuskan panggilan. Aku menghela nafas sejenak, membuka laci meja dan mengeluarkan kotak berisikan cincin pernikahan yang selama ini aku simpan. Bukannya aku tidak ingin menggunakannya, melihat Namjoon tidak juga menggunakan cincin ini membuatku sungkan dan merasa malu jika hanya aku saja yang menggunakannya.
Aku menyusun menu sarapan pagi ini di atas meja, wangi masakan memenuhi meja makan.
"Jadi bagaimana neng?" Tanya Mbok Iyem."Iya bu nggak papa. Jadi baik Mbok, Amang sama Pak Sahiroh-supir disini- jam kerjanya seperti itu saja. Mulai jam 8 pagi dan pulang jam 4 dengan catatan weekend libur." Aku tersenyum ke arahnya.
"Alhamdulillah terimakasih loh nduk."
"Sama-sama Mbok, biar Mbok sama yang lainnya juga punya banyak waktu luang sama keluarga."
Mataku menangkap sosok Namjoon yang turun dari tangga.
"Namjoon kamu mau kemana?" Tanyaku ketika melihat salah satu tangannya memegang tas kantor."Kamu nggak akan sarapan dulu? Apa hari ini ada keperluan pagi sekali? Biar aku masukin ke kotak makanan ya." Aku bergegas membawa kotak makanan di dapur.
Tidak ada jawaban apapun darinya, aku seketika menghentikan kegiatanku dan melihat ke arahnya. Namjoon melihatku dengan tatapan dingin, kemudian tanpa berkata apapun dia berlalu begitu saja keluar dari rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Husband
Fanfiction"Saya ga peduli! Saya tau kamu gay kan? jadi saya ga akan peduliin apa yang kamu lakuin meskipun kita satu kamar." Ucapku acuh. Tanganku sibuk meloloskan gaun pernikahan dari tubuhku, memperlihatkan bahu dan punggung mulus di depannya yang baru saj...