"Jika aku memperlakukanmu seperti kamu memperlakukanku, kamu akan membenciku. Pasti." - Han Yura.
"Kamu mendambakan seseorang, tapi jika kamu begitu menderita itu bukan cinta, melainkan obsesi." Min Yoongi.
***
Waktu sangat cepat berlalu, tidak terasa hari ini tepat 1 minggu kepergian mama. Seluruh keluarga baik dari mama atau papa sudah pulang ke tempatnya masing-masing menyisakan suasana sepi di rumah.
Taehyung dan Jimin setiap hari datang, tidak jarang mereka menginap menemani Jungkook agar tidak terlalu sedih dan selama itupun aku tidak pernah berjumpa atau bertukar kabar dengan Namjoon, kami menjalani kehidupan masing-masing seperti bukan suami istri.
"Makanannya enggak enak ya?" Tanyaku kepada Jungkook saat mendapatinya hanya menatap makanan tanpa berniat memakannya.
Jungkook menggeleng dia tersenyum sekilas ke arahku.
"Bukan itu nun, enak kok."Hari ini aku sengaja memasak makanan kesukaannya, sepertinya itu membuatnya teringat akan mendiang Mama. Aku masih sering mendapati Jungkook dan Papa menangis atau menatap kosong ke arah depan ketika sendirian, aku tidak bisa melakukan apapun untuk menghibur keduanya selain berusaha untuk tidak menangis. Setidaknya di antara kami ada salah satu yang tetap kuat.
"Papa hari ini ke kantor? Apa nggak bisa nanti aja Pa? Istirahat di rumah."
"Papa nggak mungkin biarin kantor terbengkalai Ra, meskipun kantor Papa tidak sebesar perusahaan Namjoon tapi ada beberapa nyawa yang bergantung disana."
"Omongan papa udah kaya Namjoon aja."
"Yaa mau bagaimana lagi, setiap pemimpin pasti memikirkan ke depannya." Papa mengelap sekitar mulutnya dengan tisu, aku menuangkan air putih ke dalam gelasnya.
"Lagian papa tidak ingin lama-lama di rumah Ra. Papa ingin menyibukkan diri, terlalu sering di rumah malah jadi inget mama."
"Yura masih sering merasa kalo mama ada disini."
"Mama nggak ninggalin kita, dia pasti lihat dan jaga kalian di atas sana."
Aku tersenyum mendengar ucapan papa, seketika teringat dengan cerita Jungkook yang akhir-akhir ini kerap kali di datangi mama dalam mimpi. Jungkook bilang mama selalu datang tapi tidak mengucapkan apapun selain memeluk dan tersenyum, raut wajahnya terlihat bahagia seperti dalam mimpiku seminggu yang lalu.
"Kamu hari ini mau kemana Kuki?" Tatapanku beralih ke arah Jungkook yang menyodorkan piring, makanannya tidak habis, dia terlihat tidak berselera makan untuk kesekian kalinya.
"Tae dan Jimin mengajakku ke warnet cafe."
"Main game? Di rumah juga ada PlayStation. Kenapa harus kesana?"
"Bosen nun permainannya itu aja."
"Baiklah. Nikmati waktumu, jangan pulang terlalu larut."
Aku berdiri dan mulai membereskan meja makan.
"Yura, bibi sudah datang untuk mengurus rumah dan papa. Apa tidak sebaiknya kamu cepat pulang?" Perkataan papa membuat aktivitasku terhenti, ini akan menjadi perbincangan yang panjang. Aku memilih untuk kembali duduk dan menatap ke arah Papa.
"Bukannya papa mengusir mu, tapi kewajiban mu yang paling utama adalah mengurus suamimu. Kamu sudah berkeluarga Ra, beda jika kamu belum menikah."
Aku mengigit bibir bawahku, mungkin ini waktu yang tepat untukku berbicara dengan papa perihal perceraian.
"Pa, sebenarnya.."Aku meremas kedua tangan dengan gelisah. Papa dan Jungkook menatapku, menunggu perkataan selanjutnya.
"Aku dan Namjoon berniat untuk bercerai."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Husband
Fiksi Penggemar"Saya ga peduli! Saya tau kamu gay kan? jadi saya ga akan peduliin apa yang kamu lakuin meskipun kita satu kamar." Ucapku acuh. Tanganku sibuk meloloskan gaun pernikahan dari tubuhku, memperlihatkan bahu dan punggung mulus di depannya yang baru saj...