Bagian 7

629 54 6
                                    

Sesampainya di rumah sakit Yoongi langsung berbaur dengan yang lain. Dia terlihat terbiasa berada di tengah-tengah anak kecil, senyumnya terus mengembang dengan sorot mata yang sangat lembut, sesekali juga dia terlihat berbicara. Entah kenapa melihat itu membuat perasaanku menghangat, mungkin aku sudah gila membayangkan ini tapi akan seperti apa jika Yoongi menikah denganku dan menjadi seorang ayah?

"Tante.. boleh aku minta balonnya?" Ujung bajuku tertarik membuat perhatianku langsung teralihkan.

Aku lupa jika saat ini sedang memegang balon untuk dibagikan ke anak-anak.

"Tentu saja boleh." Aku mengambil posisi setengah duduk untuk menyamai tingginya kemudian memberi satu balon.

"Terima kasih Tante." Dia terlihat senang.

"Namanya siapa? Cantik sekali.." Dia tersipu malu begitu aku memujinya, tawaku lepas tanpa bisa ku tahan melihat reaksinya. Tanganku membenarkan letak Flower Crown yang berada di kepalanya.

"Diana, nama Tante siapa?" Diana menatapku, kedua mata itu terlihat jernih dan berbinar.

Bagaimana bisa anak sekecil ini sudah menderita karena penyakit mematikan? Bagaimana bisa dia masih tersenyum begitu lebarnya tanpa memikirkan berapa lama lagi dia bisa melihat dunia? Mereka sangat kuat, bahkan aku yang sudah sebesar ini belum tentu bisa sekuat mereka. Kedua mataku  berkaca-kaca, aku mengigit bibir bawah, menahan agar tidak menangis di depannya.

"Panggil Tante Yura."

"Apa Tante pacarnya dokter ugi?" Aku tertawa lepas seketika mendengar panggilannya untuk Yoongi.

"Bukan. Tante temannya, memangnya kenapa?"

Dia terlihat berpikir keras, kedua alisnya menyatu dan mengerut.
"Dokter ugi ngga pernah bawa siapapun kesini hehehe maap ya Tante, Diana kira pacarnya dokter ugi. Abis dari tadi dokter ugi liatin Tante." Jelasnya.

Yoongi menatapku? Aku refleks mencarinya, mata kami bertemu. Dia menatapku lembut seperti biasanya dengan senyum gummy smilenya yang terlihat, aku membalas senyumnya kecil.

Aku membagikan balon yang berada di tanganku ke anak yang lain, mengikuti acara dengan senang hati. Sesekali bibirku ikut menyanyikan lagu anak-anak dengan tangan yang bertepuk tangan. Pertunjukan sulap dan badut membuat acara kian ramai.

"Terima kasih Yura." Yoongi berdiri di sampingku, aku mengalihkan pandanganku ke arahnya.

"Untuk?"

"Bunga dan balonnya, acaranya meriah dan sukses berkat ide-idemu "

"Kamu terlalu memuji Yoongi. Sejak awal tema yang kamu pilih sudah tepat dan menarik." Yoongi tidak membalas ucapan ku lagi, dia hanya tersenyum sambil menatap anak-anak yang menikmati acara.

"Gimana menurut mu.. tentang mereka?" Tanyanya.

"Aku kagum sekaligus sedih liatnya. Di usiaku dulu aku sibuk bermain, tapi mereka sibuk memperjuangkan hidup mereka disini. Apa mereka bisa sembuh?"

Yoongi terdiam sesaat sebelum menjawab "Meskipun di tubuh mereka udah ga ada lagi kanker, bukan berarti udah sembuh total. Mereka berada di tahap remisi, dimana beberapa kali dalam satu bulan harus kontrol dan check up."

Aku terdiam mendengar penjelasannya. Artinya ada kemungkinan kanker itu bisa menyerang lagi apabila tidak melakukan control atau adanya pemicu lain yang menyebabkannya aktif kembali seperti gaya hidup yang tidak sehat.

"Diana!"

"Aaaa Ana!"

Suasana berubah dalam sekejap, anak-anak melihat ke arah Diana yang mendadak collapse, badannya terlihat mengejang. Yoongi yang melihat itu dengan sigap berlari ke arahnya. Anak-anak di tahan untuk mendekati tempat Diana, beberapa suster dan orang tua membawa anak-anak untuk kembali ke kamarnya masing-masing.

My Husband Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang