Bagian 25

557 60 13
                                    

Hyun Neim tidak tahu bagaimana menjelaskannya. Tapi satu hal yang pasti, ia berdebar dan sedikit gugup.

Aneh. Padahal ia hanya sedang duduk di dalam mobil Jimin, di sebelah pria itu.

Hyun Neim meremas tangannya beberapa kali. Tak ada perbincangan yang terjadi antaran dirinya dengan Jimin, pria itu fokus menyetir sementara Hyun Neim tidak tahu harus melakukan apa.

"You ok?"

Jimin tiba-tiba bersuara, membuat lamunan Hyun Neim seketika buyar.

"Kenapa bertanya begitu? Aku baik-baik saja." Bohongnya, Hyun Neim mencoba agar terlihat santai.

Jimin menoleh sekilas. "Kau seperti sedang memikirkan sesuatu?"

"Ah, itu... Aku hanya sedang memikirkan hadiah yang harus kubeli untuk temanku." Jawab Hyun Neim asal.

Bertepatan dengan lampu merah, mobil Jimin berhenti. Pria itu melepas genggaman tangannya dari stir mobil, beralih mengarahkan tangannya untuk bergerak melipat lengan kemejanya hingga sebatas siku. 

Hyun Neim melihat Jimin melakukan itu. Entah kenapa itu terlihat seksi di matanya, hingga tanpa sadar wanita itu menelan ludah.

"Ck. aishhh." Jimin berdecak sebal ketika lampu merah berganti menjadi hijau, cepat sekali rasanya, padahal ia belum selesai melipat lengan kemejanya pada tangan yang sebelah kanan.

Jimin melirik sekilas kearah Hyun Neim, "Hyun, bisakah kau membantuku?" Tanyanya sambil mengulurkan tangan kanannya dihadapan Hyun Neim.

Wanita itu agak kaget, namun ia masih diam, tidak paham akan bantuan apa yang Jimin maksud.

Menyadari Hyun Neim yang hanya diam, akhirnya Jimin berucap. "Bisakah kau mebantuku untuk melipat lengan kemejaku sampai sebatas siku? Aku tidak bisa melakukannya sendiri, kurasa lampu merah selanjutnya masih jauh."

Jimin tenang sekali ketika mengatakan itu, sangat berbeda  dengan reaksi Hyun Neim ketika mendengar Jimin mengatakan itu. Ia mengerjap dalam diam, perasaannya mendadak tidak karuan, rasa gugup itu kembali menyerangnya, mendadak ia seperti orang bodoh.

Otak Hyun Neim masih memproses jawaban, 'ya' atau 'tidak'. Tapi kalau menolak tidak mungkin juga rasanya, karena tidak ada alasan yang tepat untuk memberi penolakan terhadap permintaan Jimin.

"Hyun?" Suara berat Jimin memanggilnya kembali.

"A-ah, i-iya, aku akan membantumu." Oh sial, sekarang Hyun Neim khawatir, apakah Jimin menyadari kegugupannya? Huh, semoga saja tidak.

Perlahan, kedua tangan Hyun Neim mulai bergerak menyentuh ujung lengan kemeja Jimin. Padahal ini hal yang biasa saja sebenarnya, tapi entah kenapa Hyun Neim merasa seperti dipaksa untuk masuk ke kandang binatang buas, deg-degan bukan main. Hanya saja bedanya ini bukan semacam rasa deg-degan ketakutan. Tapi... Ah sudahlah, ini sulit dijelaskan, Hyun sendiri pun sebetulnya tidak mengerti dengan perasaannya saat ini. Aneh.

Belum, Hyun Neim belum selesai melipat lengan kemeja Jimin sampai siku, padahal tinggal sedikit lagi, namun ada sesuatu yang membuatnya tiba-tiba berhenti.

Vein-vein pada tangan Jimin terlihat  begitu jelas. Sialnya, itu terlihat sangat seksi di mata Hyun Neim, ludahnya tertelan keras tanpa sadar.

Jujur saja itu sedikit mengganggu kinerja otak Hyun Neim dalam memproduksi pikiran-pikiran positif. Hey, bukannya apa-apa, hanya saja, Hyun Neim itu wanita normal, pemikiran kotor juga bisa muncul dalam benaknya jika ada sesuatu yang memancing pikiran kotor itu untuk keluar.

Ketahuilah, kebanyakan wanita memang menyukai keseksian seorang pria yang ditunjukkan melalui urat-urat tangannya. Dan Hyun Neim adalah salah satu dari wanita tersebut. Sumpah, urat yang tercetak jelas pada tangan Jimin terlihat begitu seksi, jari-jarinya——oke. Stop!!

I Fell On Your Charm [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang