Bagian 1

10.2K 418 114
                                    

Aku menggeliat ketika suara dering alarm sampai di indera pendengaranku. Aku bersumpah itu merupakan alunan nada yang paling menyebalkan di pagi hari. Aku membencinya, namun di satu sisi aku akui dia juga berjasa, selalu menyelamatkanku dari keterlambatan.

Dengan mata yang masih terpejam, aku berusaha untuk meraba jam weker yang terletak di atas nakas sebelah tempat tidurku, kemudian segera mematikannya.

Terasa sulit untuk membuka mata, aku masih kelewat mengantuk, masih ingin menikmati ranjangku yang empuk, dengan selimut tebal yang melilit tubuhku.

Oh. Tidak, tidak. Sebenarnya aku bukan pemalas. Hanya saja, kadang-kadang aku mendadak tidak bergairah untuk melakukan apapun. Bahasa gaulnya, tidak mood. Jadi hanya ingin bermesraan dengan bantal, ranjang dan selimut. Itu hal yang wajar, kan? Semua orang pasti pernah mengalaminya.

Well, pada akhirnya aku memutuskan untuk bangkit dari tempat tidur. Aku teringat ibuku, kalau aku tidur lagi, dia pasti akan menggedor pintu kamarku sambil berteriak memanggil namaku, dia memang selalu marah-marah jika aku bangun siang meskipun ini adalah hari liburku.

Aku berjalan menuju ke arah jendela untuk membukanya agar ada udara segar yang masuk ke kamarku. Aku mencoba untuk meregangkan otot-ototku, kemudian aku mendekat ke arah cermin, aku melihat pantulan diriku, mendapati rambutku sangat acak-acakan, aku segera meraih benda kecil panjang yang bisa aku gunakan untuk menyisir rambutku, setelah itu aku mengikat rambutku ke atas.

Aku teringat akan jadwal olahraga yang sudah aku rencanakan sebelumnya. Namun selama satu bulan terakhir ini tidak pernah aku laksanakan. 

Hahaha memang, begitulah aku. Sering kali membuat jadwal teratur untuk berolahraga, namun pada akhirnya itu hanya berakhir menjadi wacana semata karena aku tidak benar-benar melakukannya.

Tapi khusus untuk hari ini, aku sepertinya akan olahraga.



~ΦΦ~


Tak memerlukan waktu yang lama untuk sampai di salah satu taman yang menjadi sasaranku untuk ber'olahraga kali ini. Saat aku mengedarkan pandangan, aku lihat tempat ini sudah ramai orang yang ber'olahraga juga.

Aku mulai melangkahkan kakiku sedikit demi sedikit, mulai dari jalan kaki biasa hingga aku mempercepat langkahku, sedikit berlari, pelan dan santai, dengan earphone yang terpasang ditelingaku, aku suka berolahraga sambil mendengarkan lagu, itu membuatku lebih semangat.

Oh ya, jika kalian berpikir bahwa taman ini hanyalah sekedar taman yang membosankan yang digunakan untuk berolahraga, pemikiran kalian salah besar. Taman ini cukup menarik, dihiasi dengan berbagai jenis bunga-bunga cantik, pun pepohonan yang tumbuh di taman ini juga sangat subur, tak lupa dengan beberapa tiang lampu yang menambah kesan cantik pada taman ini, akan lebih bagus jika dilihat dimalam hari ketika lampu itu mengeluarkan cahaya. Maka tak heran juga kalau tempat ini dijadikan sebagai tempat untuk berpacaran.

Hingga 45 menit berlalu, kurasa keringatku sudah bercucuran banyak, kakiku juga sudah mulai melemas. Aku perlu air––tunggu-tunggu, bukankah seharusnya tanganku menggenggam sebotol air?

Ck, sial. Aku lupa membawanya, seingatku tadi aku meletakkannya di atas nakas saat hendak memakai sepatu. Dan lebih sialnya lagi, aku tak membawa uang untuk membeli air. Selamat Lee Hyun Neim, kau akan pulang dengan keadaan dehidrasi.

Akhirnya kuputuskan untuk menuju salah satu kursi panjang yang terdapat di taman ini, aku masih terengah, maka aku harus menetralkan nafasku dulu sebelum pulang. Yaa walaupun harus menahan haus.

Saat aku telah berhasil mendaratkan bokongku pada kursi, aku membawa punggungku untuk menempel pada sandaran kursi. Bukannya merasa lebih segar aku justru merasa otot-ototku sangat lemas setelah berolahraga, mungkin ini efek karena aku tumben berolahraga mungkin ya?

Mungkin aku akan berhasil untuk menahan rasa hausku jika saja aku tak mendengar suara seseorang yang tengah meneguk air disampingku. Aku menoleh secara otomatis, mendapati seorang pria yang sedang meneguk sebotol air yang entah kenapa mendadak terlihat sangat menggiurkan dimataku, adahal itu hanyalah air putih biasa, sepertinya ini karena aku memang sudah terlampau haus, tenggorokanku meminta untuk dibashi sekarang juga. Bahkan aku masih menatap pria itu sampai ia selesai minum, hingga tanpa kusadari dia menoleh kearahku, menangkap basah diriku yang memperhatikannya.

"Ada yang bisa kubantu?"

Aku langsung mengerjap kala pria itu mengudarakan suaranya, dia menatapku bingung. Aish, aku malu, aku malu, aku malu!

"A-ah, a-ani. Joesonghamnida" ucapku seraya membungkuk sedikit. Aku tersenyum kikuk. Bisa-bisanya aku terlihat memalukan seperti ini dihadapan orang lain. Dan lebih sialannya kenapa mataku tak bisa berhenti untuk melirik botol air yang ada di tangan pria itu? Wah, botol itu seperti beirisi magnet yang mampu menarik mataku untu melirik.

"Kau mau air?"

Lagi, pria itu bersuara sambil menyodorkan air di genggamannya padaku, sepertinya gelagatku terlalu kentara.

Haruskah aku menerima air itu kemudian berkata, 'terimakasih, aku benar-benar haus'. Aku menggeleng, itu sungguh memalukan jika aku langsung menerimanya, apalagi aku sudah ketahuan karena terus melirik kearahnya, aish mau taruh dimana harga diriku nanti?

Dia masih memandangku, kemudian mengisyaratkanku untuk mengambil air yang ia sodorkan.

Aish, aku semakin bingung harus bagaimana. Kenapa aku jadi begini hanya karena sebotol air?

Oke oke, ini jadi semakin menjengkelkan karena dia tiba-tiba tersenyum padaku. Bukan––itu bukan hanya sekedar senyuman, tapi lebih seperti menertawakanku. Wah, apa aku se memalukan itu?

Detik selanjutnya, tanpa diduga pria itu justru meraih tanganku lalu meletakkan botol air itu di genggaman tanganku.

"Tidak baik menahan haus terlalu lama. Kau terlihat lucu ketika sedang memikirkan apakah harus menerima air ini atau tidak. Minumlah, kau pasti sangat haus sampai menatap botol airku seperti itu."

Sialan, apa dia bisa membaca pikiranku?

Dan juga, kenapa senyumnya begitu manis?

Aku terlalu larut dalam pikiranku sampai aku tak menyadari pria itu ternyata sudah pergi dari hadapanku.

"Ka-kamsahamnida." aku berteriak agar dia yang sudah melangkah lumayan jauh dapat mendengarku, setelahnya dapat kulihat dia mengancungkan jempol tanpa berbalik.

Tak perlu pikir panjang, tanganku langsung tergesa untuk membuka tutup botol air mineral yang ada ditanganku dan langsung meneguknya hingga tandas. Ah, lega sekali. Hampir saja aku mati kehausan di taman ini––oke itu berlebihan.

Saat aku hendak membuang botol yang sudah kosong itu ke tempat sampah yang ada di sebelah kanan kursi yang kududuki ini, mataku tak sengaja menangkap sesuatu berwarna coklat yang tergeletak di tempat dimana pria yang memberiku air tadi duduk. Aku segera meraihnya, itu sebuah dompet yang kuyakini milik pria tadi.

Bisa-bisanya pria itu meninggalkan benda penting begini. Beruntung aku yang menemukannya. Tungguh dulu! Kalian jangan berfikiran buru padaku, aku tidak berniat mengambil isinya. Aku jelas akan mengembalikannya.

Besok aku akan datang kesini lagi, mungkin aku akan bertemu dengannya lagi disini.

Semoga saja ya.

Next »»»





Terimakasih sudah membaca♡

I Fell On Your Charm [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang