Bagian 19

1.4K 130 8
                                    

Hai...
Maaf yah aku updatenya lama" bgt wkwk. Emg sih ini cuman revisi tapi aku ngerasa kek bikin cerita baru soalnya perubahan di setiap bab tu 95% 😆 dari segi percakapannya itu jelas" beda bgt sama yg dulu 😆 untuk kalian para readers yg emg udh ngikutin cerita ini dari sebelum proses revisi pastinya tau dong seberapa jauh perbedaannya 😆😆 but i hope you enjoy guys ♡

(Cuma mau mengingatkan kalian sama visualnya Hyun Neim wkwk)


Happy reading 💜

~ΦΦ~





"Ayo 15 menit lagi. Kalau berhasil akan kutraktir makan."

Imbalan yang sangat menggiurkan dan sulit ditolak. Hyun Neim kalau sudah mendapat tawaran untuk ditraktir, senangnya bukan main.

Namun untuk situasi sekarang, ia lebih baik tidak mendapat traktiran daripada kakinya yang harus putus karena sudah kelewat lelah berlari.

"Suh--sudah, akuh ... Sudah--tidakhh-kuathh ... Lagihhh." ujarnya di sela-sela nafas yang tersengal.

Hyun Neim sebetulnya heran, kira-kira apa saja komposisi bahan-bahan pembuat kaki Jimin? Kenapa kaki itu seakan tak mengenal lelah? Apa dulunya Jimin merupakan atlet lari yang sudah pensiun? Ck. Kalau begini,  Jimin seharusnya tidak menjadi teman olahraganya, jadinya malah berujung sial.

"Jim, jangan membuat umurku berakhir disini gara-gara kau terus memaksaku untuk berlari. Kau pikir kekuatan kakimu dan kakiku itu sama?!" Dumal Hyun Neim ketika deru nafasnya mulai kembali mencapai titik normal. 

"Sebenarnya sama saja. Kau hanya kurang terbiasa, makanya harus dibiasakan mulai sekarang." Jimin berkacak pinggang. Kenapa perempuan berlebihan sekali sih? Oh ayolah, ini hanya olahraga yang bertujuan untuk mendapat kebugaran, tidak akan mendatangkan maut.

"Memulai untuk membiasakan diri sih boleh-boleh saja, tapi tidak begini juga caranya, harus dilakukan secara pelan-pelan dan bertahap, memaksakan diri juga bukan sesuatu yang baik. Ck, untunglah kau tidak jadi guru olahraga, kalau seandainya itu terjadi, aku yakin anak didikmu akan menangis darah karena kau paksa untuk berlari tanpa jeda istirahat." Cibir Hyun Neim panjang lebar. Manik matanya menikam galak kearah Jimin. Laki-laki itu mungkin sesekali harus merasakan bagaimana menjadi dirinya.

Jimin mendengus, kenapa jadi ia yang salah disini?

"Kau salah, Hyun. Kalau aku menjadi guru olahraga, murid-muridku bukannya memangis darah karena aku menyuruh mereka berlari, tapi mereka akan menangis darah karena tidak kuat melihat aura ketampananku. " tutur Jimin percaya diri. 

Mendengar itu Hyun Neim merotasikan bola matanya malas. Barangkali, ada yang membuat ajang pencarian bakat untuk orang-orang yang pandai menyombongkan dirnya sendiri dengan tingkat kepercayaan diri yang kelewat tinggi, mungkin Jimin akan sangat cocok menjadi salah satu pesertanya, bahkan sangat berpotensi untuk menjadi pemenang. 

I Fell On Your Charm [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang