Barangkali diberi pilihan untuk memilih atara berdiam diri dikantor dengan tumpukan dokumen atau menemani wanita setengah bocah berkeliaran di mall.
Tentu saja, Jimin akan memilih pilihan yang pertama untuk situasi seperti sekarang.
Rupanya pilihan Jimin untuk membawa Hyun Neim ke mall untuk membeli gantungan kunci sangat salah. Seharusnya ia ajak ke toko di pinggir jalan saja tadi dari pada ke mall. Ia sungguh me.nye.sal.
Bukan, ia bukannya menyesal karena menyuruh wanita itu untuk memilih beberapa model gantungan kunci lalu ia yang membayarkannya. Bukan disitu letak masalahnya.
Yang membuat Jimin dongkol adalah, ia terpaksa harus menunggu Hyun Neim yang sedang mengantri di salah satu outlet yang menjual berbagai jenis permen, dan yang Jimin lihat, Hyun Neim tengah berbaris untuk mendapatkan permen kapas. Wah, apa dia bocah berumur 8 tahun?
Jimin tidak akan masalah jika hanya sebentar. Tapi ini? Oh ayolah, ini sudah hampir 40 menit lamanya Jimin menunggu. Ia hampir mati kebosanan disini.
Matanya terus memincing kearah wanita bermarga Lee itu berada, hingga dirinya bisa bernafas sedikit lega ketika melihat Hyun Neim telah mendapat gilirannya. Ya sebenarnya wajar sih kalau menunggu lama lantaran permen kapas yang dibeli oleh wanita itu bukan permen jadi, harus menunggu mesin untuk membuatnya.
"Tidak lama kan?" Hyun Neim bertanya kala dirinya sudah tiba dihadapan Jimin, kedua tangannya memegang permen kapas dengan ukuran dan warna yang berbeda pula.
"Ya ya ya, kau begitu cepat. Aku nyaris karatan menunggumu disini." sindir Jimin.
Namun Hyun Neim tak merasa bersalah sama sekali, ia justru menyodorkan satu permen kapas untuk Jimin, "kau mau?" tawarnya.
Jimin menggeleng, "perutku sudah terlampau dewasa untuk mengkonsumsi makanan anak kecil."
"Apanya yang makanan anak kecil? Ini hanya permen, semua orang bisa memakannya tanpa melihat umur. Lagipula ini enak kok." Hyun Neim berujar sembari mulutnya mulai bergerak untuk memakan permen kapas tersebut.
"Apanya yang makanan anak kecil kau bilang?" Jimin memandang Hyun Neim tak percaya, "kau tidak sadar? Hanya kau satu-satunya orang dewasa yang mengantri untuk mendapatkan permen kapas itu, dan sisanya anak-anak semua, bahkan penjaga toko itu menatapmu heran." cibir Jimin, ia menggeleng samar.
Sementara Hyun Neim nampak acuh, memang apa perdulinya akan hal itu? "Mereka hanya orang-orang sewot, sudah untung permennya mau kubeli."
Jimin menyilang kedua tangannya didepan dada, ia lantas berdecak. "Umurmu berapa sih, Hyun?"
"28 tahun. Wae?"
"Kupikir masih dibawah 10 tahun."
"Apa wajahku terlihat semuda itu?" Hyun Neim nampak berbinar setelah mendengar pernyataan Jimin. Wah, ternyata masih ada juga yang mengira dirinya masih muda. Ini bukti kalau kulitnya wajahnya memang masih kencang dan semulus pantat bayi, terpujilah kau wahai skincare yang telah merawat wajahku. Ia membatin bahagia.
"Bukan wajahmu yang nampak muda." Jimin segera menyanggah.
"Lalu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
I Fell On Your Charm [REVISI]
RomanceLee Hyun Neim tidak mengerti bagaimana cara kerja hati dalam memilih seseorang untuk dijadikan sebagai objek yang dicintai. Hyun Neim tidak tahu, apakah pada akhirnya hati akan selalu benar meski otak merasa menjatuhkan pilihan pada objek yang salah...