Bagian 22

1.4K 149 42
                                    

Kadang aku males lanjutin revisi cerita ini. Karena sepertinya peminatnya dikit bgt. Yg komen pun sama sekali gak ada 😢 aku sedih, kyk ga ada sesuatu yg bisa bikin aku semangat buat lanjutin cerita ini, jadi aku bener" minta maaf  karena update nya lama bgt 😢

Aku kadang mikir "apa aku hrs tetep lanjutin crita ini? Tpi untuk siapa?" Huhh,aku tau aku msih pemula dlm menulis, tulisanku emg msih bnyk kekurangan. Tapi meski begitu, aku juga berhak dapet apresiasi dri kalian kan? Seenggaknya tinggalin satu komentar aja sebagai bentuk apresiasi kalian terhadap cerita aku. Aku juga pengen karyaku yg msih banyak kekurangan ini dihargai oleh pembaca 👉👈

Maaf, aku ga bermaksud memaksa kok. Kalau kalian emg gak terbiasa buat ninggalin komen gitu ya oke lah, aku maklumi. Disini aku cuman mau menyampaikan apa yg aku pendam selama ini. Kuharap kalian ngerti.

Dan untuk kalian yg emg bener" suka sama cerita ini tapi gapernah ngasi komen. It's ok lah. Makasi banyak udh suka sm cerita ini meski dlm diam. Makasi juga udh mau stay sampai sekarang meski aku updatenya lama bgt💜

Well, happy reading♡

Well, happy reading♡

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


~ΦΦ~



Aku menarik nafas panjang-panjang, menghembuskannya perlahan sembari meneliti penampilanku didepan cermin.

Aku mengenakan dress berwarna baby pink, terdapat beberapa manik-manik yang menghiasi bagian depannya. Rambutku kubiarkan tergerai agar menutupi punggungku karena dress yang kukenakan memang agak sedikit terbuka dibagian punggung, tapi tenang, masih aman kok. 

Untuk riasan wajah, aku mengenakan make up tipis, sengaja kubuat agar tetap memberikan kesan natural. Sesungguhnya aku memang tidak terlalu pandai dalam urusan merias wajah. Biasanya aku meminta bantuan pada Hyura, tapi karena sekarang ia tidak ada disini kulakukan sebisaku saja. Kurasa hasilnya cukup bagus.

Aku mengambil tas kecil, memasukkan beberapa barang yang perlu kubawa seperti dompet dan ponsel.

Kulirik jam yang menggantung pada dinding. Menunjukkan pukul 08.50. Mungkin Jimin akan datang sebentar lagi.

Sementara kedua orang tuaku sudah berangkat sejak 1 jam yang lalu, katanya sih ingin membantu beberapa persiapan menjelang akad nikah pamanku.

Aku menunggu Jimin di ruang tengah.

Beberapa kali aku meremas tanganku. Aku merasa sedikit gugup, jantungku bahkan berdetak agak sedikit tidak normal, entah karena apa, padahal kan bukan aku yang menikah.

Tak lama kemudian bel rumahku berbunyi. Ah, itu pasti Jimin. 

Aku buru-buru berjalan menuju pintu dengan kegugupanku yang rasanya naik satu tingkat. Sial. Aku ini kenapa?

I Fell On Your Charm [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang