Hyun Neim sama sekali tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi pada Jimin. Pria itu tiba-tiba datang ke coffee shop dengan wajah yang tak bersemangat, terlihat begitu murung. Pun sedari tadi pria itu juga tak banyak bicara seperti biasanya. Setiap Hyun Neim mencoba untuk mengajak nya mengobrol, selalu saja jawaban singkat yang ia dapatkan.
Bahkan secangkir kopi dengan asap yang mulai menghilang tak kunjung diteguk hingga habis oleh Jimin. Seingat Hyun Neim pria itu baru menyesapnya dua kali.
Fyuhhh
Hyun Neim sengaja meniup telinga Jimin lantaran pria itu melamun terus sejak tadi. Membuat sang empu merasakan geli pada telinganya.
"Teruslah melamun sampai lumutan." sindir Hyun Neim, ia merasa kesal juga karna di abaikan.
"A-ah, aku melamun ya?" tanya Jimin tak sadar.
Hyun Neim berdecak pelan, "kau ada masalah?"
Hening.
Lagi-lagi Jimin tak menjawab, ia malah mengaduk-ngaduk kopinya yang sepertinya sudah dingin itu. Tatapannya kosong,
Jika begini Hyun Neim jadi sedikit khawatir, pun ia penasaran apa yang sebrnarnya sedang terjadi pada Jimin? Ditanya ini, jawabannya singkat, ditanya itu, malah tak menjawab.
"Aishh, kau kenapa sih? Jangan membuatku--ya! Ya! Ya! Apa yang kau lakukan? Ya! Kau mau membawaku kemana?" Hyun Neim tersentak kaget kala Jimin tiba-tiba menarik tangannya, membawa dirinya keluar dari coffee shop, bahkan ia belum sempat melepas apron yang menempel di tubuhnya.
Sejemang, Hyun Neim mengernyit tatkala Jimin membawa diri nya ke tampat dimana mobil pria itu diparkirkan.
Jimin nampak membuka pintu mobil penumpang, kemudian mengeluarkan sesuatu dari dalam sana, lantas ia berikan pada Hyun Neim.
"Ige mwoya?"
(apa ini?)Hyun Neim heran, pasalnya Jimin memberikannya begitu saja tanpa mengucapkan apapun. Pun ekspresi pria itu tak terbaca.
Perlahan, Hyun Neim melihat isi tas belanja yang lumayan besar itu. Matanya sontak melebar kala melihat sesuatu yang ada di dalamnya.
"Oh? Kenapa malah memberikan ini padaku?" tanyanya nampak kaget.
"Dia tak mau menerimanya. Daripada terbuang lebih baik kuberikan padamu." jawab Jimin.
"Tidak mau menerimana? Wae?"
"Dia bilang, seharusnya aku bisa membandingkan mana yang lebih pantas untuk anak belasan tahun dan mana yang cocok untuk wanita dewasa." seperti ada rasa sesak yang menjalar kala Jimin mengingat kembali makan malamnya dengan Yuria kemarin.
"Mianhae"
Jimin mengernyit, "kenapa malah minta maaf?" tanyanya bingung.
"Aku yang memberimu saran seperti itu. Seharusnya aku tidak menyarankanmu untuk membeli barang semacam ini." Hyun Neim menunduk, ia sungguh merasa bersalah. Rupanya gara-gara hadiah yang tak diterima Jimin jadi terlihat murung. Ah, pasti sakit sekali ketika memberi seseorang hadiah namun ditolak secara terang-terangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Fell On Your Charm [REVISI]
RomanceLee Hyun Neim tidak mengerti bagaimana cara kerja hati dalam memilih seseorang untuk dijadikan sebagai objek yang dicintai. Hyun Neim tidak tahu, apakah pada akhirnya hati akan selalu benar meski otak merasa menjatuhkan pilihan pada objek yang salah...