Setelah puas bermain dengan sahabat sahabatnya, kini Wendy terlihat takut takut membuka pintu rumah.
Padahal waktu ia bertemu Mang Asep sama Pak Joko di depan gerbang masih santai santai aja. Tapi kenapa hawa nya jadi beda waktu nyampe depan rumah.
Pelan pelan dia narik nafas lalu buang, narik nafas lagi lalu buang, gitu terus sampe lima kali. Wajar, gugup.
Bukan takut yang gimana gimana sih. Wendy jarang terlibat tindakan kekerasan. Jarang lho yah, bukan ga pernah. Dia pernah berantem sama orang tapi itu waktu dia mau di rampok. Dikira orang yang mau rampok, si Wendy anak kelas 5 SD. Padahal udah kelas 9.
Tapi motif nya kan rampok. Beda lagi sama ini. Wendy rasanya nyesel banget tadi Kebawa suasana. Dia bisa aja tadi lari. Males dia urusan sama kayak gituan. Tapi kalo lari juga gak akan nyelesein masalah. Aah pokoknya Wendy overthinking.
Pas lagi enak enaknya mikir, dia gak sadar kalo dari tadi ada yang merhatiin dia di sebelah pintu, nyender.
" Ekhem."
Wendy terkejut mendengar deheman dari seseorang yang tidak asing di telinganya.
" Hehehehe. Haii Bapak, apa kabarnya? "
" Baik."
Wendy tersenyum kikuk. Sungguh pikirannya sedang buffering sekarang, " aaah mau kemana pak siang siang? "
" Nunggu anak saya pulang."
" Anaknya cewek apa cowok pak? "
Satya menatap Wendy datar lalu memutar bola matanya, " persis Jessica banget. Udah masuk." Ucapnya sambil merangkul anaknya masuk.
Wendy menatap Satya dengan tatapan memelas. Kalo sudah seperti itu berarti Satya sedang seperempat serius. Soalnya masih bisa di ajak bercanda.
Mereka berjalan menuju ruang tengah. Dalam pikirannya, Wendy bekerja keras untuk menyusun kata kata agar tersampaikan dengan jelas dan benar.
Sampai di ruang tengah, mereka disambut tatapan Rama, Bachtiar dan Nathalie yang duduk di sofa. Kayaknya mereka juga udah nunggu kedatangan Wendy.
Nathalie tersenyum, " duduk dulu sayang. Ada yang mau kita obrolin."
Wendy mengangguk dan tersenyum. Ia lantas duduk bersama Satya di sofa yang bersebrangan dengan Rama dan Nathalie.
" Ada yang mau di jelasin sama Opa, Wen? "
Wendy menarik nafasnya dan membuang secara perlahan, " aku.... Habis berantem tadi."
Rama, Nathalie dan Bachtiar mendengar kan dengan seksama.
" Aku ngerti kok alasan dia kayak gitu. Mungkin dia emang bener bener suka sama Johnny. Yah, ada tipe yang seperti itu kan? Aku maklum."
Rama menaikan satu alisnya, " maklum, tapi leher kamu sampe merah? "
Wendy langsung meraba lehernya, " mungkin temennya reflek. Soalnya aku juga nampar cewek itu."
" Yang nampar duluan siapa? "
Wendy menghela nafas, " ya...cewek itu."
Satya tersenyum lalu mengusak rambut anak semata wayangnya itu, " Anak Bapak udah besar yah. Udah bisa lihat masalah dengan pikiran jernih."
" Makasih Bapak." Jawab Wendy sambil tersenyum.
" Dilihat dari kejadian aslinya, Opa gak terlalu khawatir karena kamu bisa ngatasin bareng Sasha. Tapi kalo lebih dari itu, Opa gabisa tolerir yah."
Wendy mengangguk sambil tersenyum cerah," iya Opa. Makasih."
KAMU SEDANG MEMBACA
Possessive
Fanfiction"John? Masa gaboleh si?" "Disana banyak Buaya Wen. Enggak lu dirumah aja, anteng disini sama gue" "Tapi gue gak enak John, ini yang ngundang Dosennnn" "Ssstt udah ah. Lu mau ngelawan perintah suami?" "Dih apaan. Mana coba cincinnya? Gue aja gak...