Nathalie resah.
Sudah seminggu semenjak kejadian dimana Wendy mengetahui sebuah fakta bahwa Satya telah tiada, Wendy seakan tidak memiliki tujuan hidup.
Ia mengurung dirinya di kamar. Terduduk termenung sambil menatap luar jendela kamarnya tanpa ekspresi. Wendy kehilangan nafsu makannya drastis, untung saja ia masih mau memakan beberapa potong buah pear. Itu saja Rama susah payah membujuknya.
Sudah seminggu ini juga Adel, Sasha, Sean dan Aksa datang ke rumah Wendy. Dengan harap, Wendy akan keluar dari kamarnya dan mau berbicara kepada mereka.
Namun nihil, Wendy masih enggan membuka dirinya.
Di sisi lain. Seakan berbanding terbalik 180°, hari ini jelas hari bahagia bagi Dewa.
Lusa, Johnny sudah akan menikah dengan Irene.
Bagaikan robot yang dapat dikendalikan remot otomatis, Johnny bergerak sesuai perintah Dewa. Johnny bahkan seperti tidak memiliki hidupnya sendiri lagi.
Mengetahui Wendy yang sedang berduka dan mengurung diri itu juga menyakiti perasaan Johnny. Ia kembali menyalahkan dirinya karena tak dapat menemani Wendy dikala masa masa sulit seperti ini.
"Tuhan, tolong jangan buat Wendy menderita lagi."
************
Irene terdiam sambil menatap gaun pernikahan yang akan ia kenakan nanti.
Gaun dengan desain simple namun memancarkan aura elegan dan mewah dalam waktu yang bersamaan. Sangat cantik dengan warna putih susu yang cocok dengan kulit pucatnya.
"Kak?"
Irene terperanjat dan berbalik badan, ia menemukan Yesha yang sedang tersenyum sambil menatapnya. Dengan cepat ia langsung memeluk tubuh kecil Yesha. Menghirup aroma tubuh Yesha yang selalu membuat Irene merasa nyaman.
Yesha adalah rumahnya.
"Kakakku sebentar lagi udah mau dimilikin oleh orang," ucap Yesha sambil perlahan melepaskan pelukannya, "udah mau ninggalin rumah juga."
Walaupun Yesha mengatakan dengan ekspresi yang masih tersenyum, Irene jelas mengerti maksud ucapan adikknya itu.
"Kamu ikut sama Kakak aja pokoknya. Tinggal sama kakak sama Johnny. Ya?"
"Memangnya kak John gak papa?"
Irene menggenggam tangan Yesha dengan penuh yakin, "Aku yakin dia gak keberatan. Aku gak bisa ninggalin kamu sendirian."
Yesha mengangguk. Jujur dia memang tak ingin berpisah dari Irene. Hanya Irene satu satunya orang yang dapat membuatnya aman dan nyaman.
Selama ini Yesha selalu bergantung pada Irene. Apa apa sama Irene, kemana mana sama Irene, semuanya sama Irene.
"Oh ya, kamu udah lakuin apa yang Kakak minta?"
Yesha mengangguk, "Udah kak. Aman."
Irene tersenyum bangga. Ini saatnya Irene menjalankan misi hidupnya.
****************
"Wendy? Sayangnya ibu?"
Wendy yang sedang termenung kemudian mematung ketika mendengar suara yang sudah lama tidak Wendy dengar. Dengan cepat ia mengalihkan pandangannya dan menemukan seseorang yang telah memanggilnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Possessive
Fanfiction"John? Masa gaboleh si?" "Disana banyak Buaya Wen. Enggak lu dirumah aja, anteng disini sama gue" "Tapi gue gak enak John, ini yang ngundang Dosennnn" "Ssstt udah ah. Lu mau ngelawan perintah suami?" "Dih apaan. Mana coba cincinnya? Gue aja gak...