"kalo kamu gak bisa yaudahlah, aku bisa sama Bapak nanti."
Johnny melirik arlojinya kemudian menghela nafas pendek,"tapi aku usahain kok."
"Iya tapi jangan dipaksa. Ini udah jam 9 lebih, belom mulai emang meeting nya?"
"Aku udah di ruang meeting, kliennya belom Dateng."
"Aah gitu. Yaudah aku tutup dulu ya? Ini dosennya mau masuk."
Johnny tersenyum,"okay. I love you."
"Kkk love you too."
Setelah menelpon Wendy, Perasaan Johnny jauh lebih baik. Memang yah jika sedang di mabuk cinta, semuanya nampak sempurna.
Lalu keadaan kembali seperti semula, ia sangat sangat bosan. Jika saja ini Klien biasa, maka Johnny tak segan segan untuk membatalkan kontraknya. Masalahnya, Klien ini sudah diincar oleh Kakeknya semasa ia masih memimpin perusahaan yang saat ini Johnny pegang.
Sebenarnya Johnny merasa heran, Yah meskipun Klien yang satu ini cukup dingin dan tidak mengeluarkan ekspresi tapi Ia tak sesulit itu diajak kerja sama seperti yang Kakeknya Katakan.
Ceklek,
"Lu kemana aja???"
Baru saja masuk, namun sekretaris Johnny harus terkena semprotan oleh atasannya. Tenang, sudah terlatih.
Laki laki dengan tubuh tegap dan berbadan tinggi berjalan ke arah Johnny, menarik kursi di sebelah Johnny dan meletakan File file yang sedari tadi ia peluk,"Ngumpulin berkas."
Kening Johnny nampak mengerut,"berkas buat apaan lagi? Bukannya mau mulai bahas pembangunan?"
"Haah dia minta check ulang."
Belum sempat Johnny mencerna perkataan Sekretaris nya, ia harus dikejutkan oleh Klien yang datang tiba tiba dengan raut datar dan Sekretaris nya yang menampilkan wajah tak enak.
"Maaf sekali membuat Kalian menunggu. Tadi ada sedikit trouble di jalan dan kita telat beberapa menit. Kami mohon pengertiannya." Ucap Sekretaris itu.
Johnny mengangguk,"silahkan duduk."
"Jadi? Apa yang ingin anda katakan?"
Sudah sepuluh menit pas setelah klien Johnny meminta berbicara pribadi, sepuluh menit pas juga mereka hanya berdiam diri.
Wanita itu perlahan menghela nafas,"s-saya.."
"Saya..?"
"Saya ingin kamu untuk hati hati dan jangan lengah. Proyek ini bukan hal sepele."
"A-aah iya terima kasih Bu." angguk Johnny meski ia sedikit tak paham,"saya akan selalu mengingat nya."
Wanita itu mengangguk,"saya permisi."
Johnny ikut bangun ketika wanita itu beranjak dari tempat duduknya,"hati hati di jalan, Bu."
Johnny kembali terdiam setelah ia merebahkan dirinya di kursi ruang meetingnya. Kata kata yang kliennya tadi sampaikan bukan hal yang asing di telinga Johnny, hanya saja Johnny merasa jika maknanya ganda.
"Wendy kan?"
Wendy yang tadinya sedang asik dengan dunianya seketika langsung terbuyar,"iyaa?"
Laki laki itu tersenyum cerah,"Akhirnya gue ketemu sama elu."
"Siapa..?"
"Aah," laki laki itu memberikan tangannya,"Loey Adisana. Anak bisnis."
Mau tak mau Wendy menerima jabatan tangan dari orang yang baru saja mengajaknya mengobrol,"Wendyanné. Anak FK."
"I knew it. Oh ya? Mau pulang?"
"Iyaa."
"Sama gue aja gimana? Daripada nungguin jemputan lama. Lagian udah panas."
Wendy menggeleng sopan,"gak, makasih. Lagian jemputan gue udah jalan juga."
Loey mengangguk paham,"kalo gitu gue temenin ya? Anak cewek ga boleh sendirian siang siang."
Wendy hanya bisa mengangguk. Sebenarnya ia tak butuh ditemani. Hanya saja, ia bingung bagaimana menolaknya.
"Ternyata Anak FK enggak semuanya sama yah."
"Hm?"
Loey menoleh ke arah Wendy sambil tersenyum simpul,"Elu asik asik aja tuh diajak ngobrol."
"Emang yang lainnya gimana?"
"Yaa pada diem, mana dingin lagi."
Wendy tersenyum tipis,"tergantung sifat sih."
"Berarti sifat lu baik dong."
Wendy hanya mengangkat bahu,"no comment. Penilaian setiap orang beda beda."
Loey tertawa kecil dan tangannya reflek bergerak ingin mendarat di pucuk kepala Wendy,
"Ekheem."
Baik Wendy maupun Loey langsung terkejut ketika mendengar deheman kerasa dari seseorang yang berjalan ke arah mereka.
"Udah selesai kan?"
Wendy mengangguk,"udah kok. Kamu gak ganti baju dulu, John?"
Johnny menggeleng sambil tersenyum,"nanti kamu nunggunya kelamaan."
"Ya enggak lah. Timbang ganti baju doang."
"Ya mending gak usah. Timbang ganti baju doang."
"Kamu yah, kalo dibilangin pasti jawab mulu."
"Kalo gak jawab aku gemes soalnya."
"Iih--"
"Ekheem."
Kini giliran Wendy dan Johnny kompak menoleh ke arah Loey yang sedari tadi menonton interaksi mereka berdua.
Loey menyilangkan kedua tangannya, menatap tajam Johnny kemudian melirik ke arah Wendy sembari menyunggingkan senyum,"gue pulang dulu yah?"
Wendy mengangguk kecil,"iya makasih udah nemenin."
Tangan Loey bergerak ingin mengusak rambut Wendy, namun tertahankan oleh sesuatu,"Gak usah."
Loey menatap balik Johnny yang sedang memandangi nya dengan tatapan membunuh. Ia balas dengan tersenyum menantang.
"Gue balik dulu yah. Annè."
Johnny sedikit membulatkan matanya kemudian mendengus ketika deru motor besar Loey kian kencang sembari bergerak membelah kota.
Johnny berbalik badan dan langsung memeluk pinggang Wendy possessive. Mereka berdua berjalan menuju ke arah mobil Johnny terparkir.
"Hey? Kok mukanya gitu?"
Baru saja mereka duduk di jok mobil, raut muka Johnny masih sama seperti yang tadi. Suram, dingin, menyeramkan.
"Kalian berapa lama ngobrol nya?" Tanya Johnny tanpa melirik ke arah Wendy.
Wendy tersenyum,"cuman 5 menit sebelum kamu dateng. Kita aja baru kenalan."
Johnny menatap ke arah Wendy tak percaya,"baru kenal tapi udah manggil kamu dengan nama lain? Wah nantangin itu anak."
"Dia cuman jail aja John. Tenang ya? Jangan terpancing."
Johnny menghembuskan nafasnya kasar,"kamu jangan deket deket dia ya? Aku gak suka liat mukanya."
"Iyaa," Wendy tersenyum kecil,"lagian bukan aku yang deketin duluan."
"Ya jelas. Dia pasti udah ngincar kamu. Tinggal nunggu moment nya yang pas aja buat ngajak kamu ngobrol habis itu ngajak kamu jalan habis itu nembak kamu."
Wendy tertawa renyah mendengar perkataan Johnny yang terdengar terburu-buru,"Ya enggak lah. Mana ada, jangan ngaco kamu."
Johnny melirik Wendy,"kamu nya aja yang gak tau apa yang dia pikirin. Keliatan banget dari mukanya tau."
"Kalopun beneran dia bakal kayak gitu. Gak bakal aku terima."
"Gak hanya kamu tolak," ucap Johnny sambil melirik ke arah spion luar,"Gak akan aku biarin dia bisa sedeket itu lagi sama kamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Possessive
Fanfiction"John? Masa gaboleh si?" "Disana banyak Buaya Wen. Enggak lu dirumah aja, anteng disini sama gue" "Tapi gue gak enak John, ini yang ngundang Dosennnn" "Ssstt udah ah. Lu mau ngelawan perintah suami?" "Dih apaan. Mana coba cincinnya? Gue aja gak...