Second's Step

229 35 9
                                    

"ini bener perumahannya?"

Bachtiar mengangguk. Ia kemudian mulai menjalankan mobilnya untuk menuju ke depan perumahan. Saat di depan gerbang mereka harus dihentikan oleh seorang satpam perumahan yang sedari tadi mengamati mobil mereka.

"Selama sore. Ada keperluan apa datang kesini?" tanya satpam itu sambil melihat ke arah Wendy dan Bachtiar setelah Bachtiar menurunkan kaca mobilnya.

"Saya ingin bertamu, Pak."

"Di kediaman siapa?"

"Eum.. dokter Sean.. Anderson?"

Dahi satpam itu mengerut, "ada keperluan apa yah?"

Wendy terdiam sejenak, "ah, kebetulan saya dulu pasien beliau. Jadi saya ingin bersilahturahmi."

"Baik. Bisa beritahu saya alamat kediaman Dokter Sean?"

Wendy sedikit terkejut. Dia tidak mengira bahwa keamanan perumahan itu seketat ini. Ia kemudian mengeluarkan lipatan kertas dari dalam tasnya kemudian ia berikan pada Satpam tersebut. Satpam itu menerima dan membaca, selang beberapa waktu Satpam itu tersenyum.

"Sudah lama saya tidak melihat nomor ini. Ternyata anda tidak berbohong jika anda adalah pasiennya. Sebentar saya bukakan gerbangnya." kata satpam tersebut yang kemudian mengembalikan kertasnya pada Wendy.

Satpam tersebut kemudian masuk ke dalam posnya dan memencet sebuah tombol untuk membuka gerbang otomatis.

Bachtiar tersenyum dan berterimakasih saat masuk kedalam. Ia melajukan mobilnya dengan kecepatan pelan, mereka masih mencari cari blok Jupiter.

"Bumi.. mars... Nah itu dia, Jupiter belok ke kanan." ucap Wendy mengarahkan pada Bachtiar. Bachtiar membelokkan setirnya ke arah kanan. Masih dengan tempo yang sama, Bachtiar dan Wendy melihat lihat nomor rumah.

Bachtiar mulai menambah kecepatan lajunya ketika berhasil menemukan rumah 05. Wendy sudah mulai melepas seat beltnya. Bachtiar tersenyum dan mulai memarkirkan di depan garasi rumah itu.

Mereka berdua keluar dari mobil dan mulai berjalan menuju pintu depan rumah itu. Wendy memencet bel beberapa kali namun belum kunjung mendapat jawaban.

Saat Wendy hendak kembali memencet bel yang ke 5 tiba tiba pintu rumah itu terbuka,

"Hai, sudah lama menunggu ya? Oh ya silahkan masuk dulu." ucap pemilik rumah itu sambil membukakan pintu rumahnya lebih lebar dan mempersilahkan Wendy dan Bachtiar masuk.

Wendy dan Bachtiar mengangguk kemudian masuk ke dalam. Mereka dipersilahkan duduk di ruang tamu.

"Nah sudah lama sekali yah kita tidak bertemu, Wendy?" sapa Sean setelah ia mendudukkan dirinya di sofa single. Sean tidak berubah sedikitpun. Masih sama tampannya dengan senyuman khasnya. Hanya saja ia sedikit terlihat lebih matang.

"Sudah cukup lama, dok. Sekitar
8 tahun."

"Itu lama sekali Wendy. Bagaimana kabarnya? Semua sehat?"

Wendy terdiam sejenak kemudian mengangguk pelan, "semua sehat, dok."

Melihat perubahan ekspresi Wendy, Sean langsung paham, "Jadi tujuan kalian ke rumah saya ada apa?"

"Saya ingin bertanya sesuatu."

"Akan saya jawab sesuai kemampuan saya."

Wendy menghirup napasnya perlahan untuk menghilangkan rasa gugupnya. Sungguh berbicara seperti ini itu tidaklah mudah.

"Apakah dokter juga menangani ibu saya?" tanya Wendy dengan nada pelan di akhir.

Sean tersenyum kemudian mengangguk, "benar. Saya juga yang menyatakan kematian ibu kamu. Ada apa?"

Possessive Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang