part 13

765 92 0
                                    


happy enjoy, yups! (≧▽≦)





"Kau keluarkan jam berapa anak itu dari gudang?”

“Pukul satu dini hari, tuan!”

Dantae menghela napas. Ditatapnya Sooryeon yang balik menatapnya dengan pandangan datar. Mereka berdua sedang berada diruang makan pagi ini, sembari menunggu anak-anaknya selesai bersiap untuk pergi kesekolah.

Tak lama kemudian, Jihyun turun. Pemuda itu terlihat sudah rapi dengan pakaian seragam dari sekolah barunya di Seoul. Sesampainya dihadapan Dantae dan Sooryeon, Jihyun membungkuk hormat sebelum duduk dikursinya, “Pagi appa, eomma!” yang dibalas keduanya hanya dengan anggukan sekilas.

Sudah pukul setengah delapan pagi, dan Jimin belum juga menampakkan batang hidungnya, “Kau sudah benar mengeluarkannya dari gudang?” tanya Soryeon pada asisten pribadinya yang berdiri tepat disampingnya.

“Sudah, nyonya!”

“Bibi, coba lihat anak itu dikam—“

“Ah, kenapa eomma selalu saja memerintahkan orang seenaknya? Kurasa kau masih cukup sehat untuk melihat anakmu sendiri, kan?” perintah Sooryeon tadi dipotong langsung oleh pemilik suara ini, “Apa kau tidak bisa melihat bibi sedang memasak dan menyiapkan makanan?” tanyanya lagi seraya berjalan pelan menghampiri meja makan dengan santai.

Sooryeon menatap Jimin tajam, “Kau tidak cukup jera setelah kuhukum semalaman? Kenapa kau menjadi tidak tau diri seperti ini?” yang ini adalah perkataan sarkas dari Dantae. Pria ini juga nampak sangat geram dengan perilaku Jimin.

Mereka bertiga saling menatap tajam, sedangkan Jihyun hanya terdiam bingung. Sudah mencoba berulang kali untuk menghentikan perilaku kakaknya, tapi dia diabaikan begitu saja oleh Jimin.

“Bukankah perilaku seorang anak tidak jauh berbeda dengan orangtuanya?” kekeh Jimin.

Dantae berdiri dari duduknya dan menghampiri Jimin dengan tergesa, “TUTUP MULUTMU! AKU TIDAK PERNAH MENGAJARIMU MENJADI TIDAK TAU DIRI! KELUARGA MANA YANG SEDANG KAU CERMINKAN INI?!”

Jimin menyeringai lebar, maju selangkah untuk mempersempit jaraknya dengan Dantae kemudian gadis itu mendongak, “Kau bukan hanya tidak mengajariku untuk menjadi anak yang tidak tau diri! Tapi, kau juga tidak mengajariku apapun! Dari semua perilakumu dan eomma terhadapku selama ini—“ Jimin berhenti berbicara hanya untuk menatap raut Sooryeon diseberang meja sana sebelum kembali menatap Dantae yang berdiri tepat dihadapannya.

“—aku masih belum bisa mengambil pelajaran apapun dari kalian, selain kepentingan diri sendiri!” lanjut Jimin sembari tersenyum manis. Gadis itu meneguk susu putihnya yang sudah disiapkan dan segera menaruh gelas kosongnya dimeja dengan bunyi yang lumayan nyaring, “Jadi, apa salahnya jika aku menginginkan sesuatu untuk diriku sendiri? Bersyukurlah, aku masih bisa mencontoh sikap kalian itu. Ya meskipun kalian menilainya sebagai— manusia tidak tau diri! Tapi, tidak apa-apa. Toh, aku sama seperti kalian! Tidak tau diri!”

“Jihyunie! Noona berangkat dulu, ya? Kau jadilah adik yang baik untukku! Jungkook pasti sudah menunggu didepan!” pamit Jimin pada Jihyun.

Jimin segera berlalu dari ruang makan, baru beberapa langkah, dia tersadar ada sesuatu yang ketinggalan, gadis itu berbalik menatap orang-orang yang masih berdiam diri diruang makan dengan wajah menahan amarah, terutama Dantae dan Sooryeon.

“Ah, aku lupa! Jungkook, kekasihku. Dia menjemputku sekarang! Appa dan Eomma tidak ingin bertemu?” Sedikit lama tak mendapati jawaban apapun, jimin menghendikkan bahunya acuh, “Ya sudah.”

Saat Jimin sudah benar-benar meninggalkan ruangan itu, barulah Dantae berteriak marah, “YAK! PARK JIMIN!”

^^^

ᴋᴏᴏᴋᴍɪɴ ɢꜱ (ᴇɴᴅ) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang