WHAT'S THE TRUTH?

46 3 4
                                    

Aku sudah pernah berada di situasi yang lebih mengerikan dari kematian. Jadi, kapanpun kematian itu datang aku sudah siap.

~ Seventeen ~

Author's POV

Setelah berlari hampir lima belas menit Dirga akhirnya mendapat tumpangan dari truk melon hasil dari memohon dengan muka melasnya.

Demi Tuhan, ini adalah hal yang paling bego yang pernah Dirga lakukan.

Peduli setan. Yang penting sekarang Dirga sudah kembali berada didepan pintu mansion besar milik keluarga Wardhana. Tapi sedaritadi tangannya ragu-ragu untuk sekedar memencet bel.

Bagaimana jika nanti dia diusir satpam seperti film-film telenovela yang sering ditonton ibunya?

Wah. Jangan dong. Dirga kan cuma mau damai sama Septa, bukan ngincer warisan keluarganya.

Setelah menarik napas dalam, Dirga memegang kenop pintu membukanya. Disaat bersamaan, seorang laki-laki berumur awal 30-an berdiri didepannya.

"Eh? Dr.Raymond kan?"

Dr. Raymond tersenyum, "Dirgarong kan?"

Senyum Dirga sirna, "Dok, nama saya Dirga."

Dr. Raymond tertawa, "Kamu cari Septa?"

Dirga mengangguk.

Dr. Raymond melihat kebelakang, kiri dan kanan. Gayanya seperti maling. Untung saja dia memakai jas putih dan menenteng koper.

"Kita ngobrol disini sebentar yuk, ada yang mau saya bahas sama kamu."

Dirga mengerutkan alis, tapi kakinya tetap mengikuti Dr. Raymond untuk duduk di kursi teras yang besarnya seperti kursi ruang tamu.

Tenang, kursinya normal kok. Dirga aja yang lebay.

"Kamu ada masalah sama Septa?"

Dirga membuang pandangannya. Dr. Raymond kembali melanjutkan, "Sudah hampir 3 tahun lebih Septa berhenti meminta obat tidur. Tapi hari ini dia menghubungi saya lagi dan meminta obat itu lagi."

Dr. Raymond menatap Dirga intens, "Ada apa, Dirga?"

Dirga tersenyum kecil, "Ini urusan kami, Dok."

"Tapi Septa pasien saya," Ujar Dr. Raymond, "saya senang dapat uang karena obat itu mahal, tapi saya juga menyayangkan jika septa sampai ketergantungan obat itu."

Dr. Raymond mengecek jam tangannya kemudian bangkit dari kursi, "Maaf, saya masih ada janji. Pesan saya untuk kamu Dirga, bantu Septa. Mungkin di luar dia terlihat kasar, tapi sebenarnya dia sangat rapuh."

Dirga menghela nafas, "Itulah tujuan saya kesini, dok. Saya pasti bantu, asalkan saya ga diusir."

Dr. Raymond tertawa, "Ga ga, kamu tenang aja, saya pergi ya."

Dr. Raymond pergi dengan meninggalkan aroma musim gugur disekitar Dirga. Wanginya mirip pohon Pinus.

Sekali lagi, Dirga berhadapan dengan pintu besar dihadapannya. Tanpa ragu, ia memutar kenop pintu.

Ruang tamu, sepi. Hanya ada beberapa maid tampak berlaku lalang dan menundukkan kepalanya pada Dirga.

Anjay, batin Dirga, Gini ya rasanya jadi sultan.

Dirga menggelengkan kepalanya. Berusaha fokus.

"Hei, permisi."

Seorang maid muda berambut pirang menoleh, "Ya Tuan Dirga?"

Psychopath Angel Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang