3 | Meet She Again

145 9 0
                                    

"Alhamdulillah, terimakasih Ya Allah."

Entah sudah berapa kali Bang Kevin mengucapkan Hamdalah sejak siang tadi sampai malam ini. Akupun turut senang dengan kabar baik yang menghampiri keluarga kami. Kabar baik yang datang dari Kak Hanum dan Bang Kevin. I think...you know what is that. Yes, Kevin's gonna be a dad, and I'm gonna be an uncle. We're going to have a new family member, a baby.

"Razkan, I'm gonna be a dad. I want to cry," ucap Bang Kevin kepadaku, masih dengan nada bahagianya. Sejak tadi ia terus bicara kepadaku, mencurahkan rasa senang yang tengah memenuhi dadanya. Walaupun dia banyak mengulang kalimat-kalimat yang sama. Tangannya bergerak mencuci piring yang menumpuk di dapur, sedangkan matanya berkedip-kedip menahan tangis.

Ba'da Isya, aku, Abi dan Umi berkumpul di rumah pasangan yang tengah bahagia ini. Kami mengadakan acara makan malam bersama, sekaligus merayakan berita bahagia yang datang dari Kak Hanum dan Bang Kevin. Walaupun para pria sedang sibuk, kami tetap berusaha meluangkan waktu untuk berkumpul dan makan malam bersama. Bahkan, aku, dan Bang Kevin masih memakai setelan kerja sampai sekarang karena belum sempat berganti pakaian.

Umi pergi menemani Kak Hanum di kamar, sedangkan Abi sudah pulang karena ada urusan. Bang Kevin menyuruh Kak Hanum untuk segera istirahat, mengingat beberapa hari yang lalu ia sempat sakit dan masuk rumah sakit. Ia juga meminta Umi untuk menemani Kak Hanum. Menurutku apa yang Bang Kevin lakukan cukup wajar, mengingat ini adalah kehamilan pertama bagi Kak Hanum. Ujungnya adalah, Bang Kevin dan akulah yang harus mengerjakan pekerjaan rumah dan membersihkan jejak makan malam tadi. Berbeda dengan Bang Kevin yang sedang mencuci piring, tanganku sedang bergerak mengelap meja makan. Sesekali aku membenarkan lengan kemeja putihku yang mulai turun, kemudian kembali kugulung lagi sampai siku.

"Nama yang bagus apa ya?" tanyanya, kini ia menarik sebuah kursi meja makan yang sudah kurapikan tadi sebagai tempatnya duduk, dan mengambil segelas air putih untuk diminum.

"Udah mikirin nama?" Aku mendudukkan tubuhku di kursi, kemudian menuangkan air ke dalam gelas ku. Sama seperti Bang Kevin, aku juga lelah dan haus.

"Udahlah! Udah sejak aku masih SMP malah kayanya." Ia terkekeh saat menyinggung masa lalunya.

"Hah? Masih SMP udah mikirin nama anak?" Sebenarnya bukan Bang Kevin saja yang pernah memikirkan hal itu.

To be honest, aku juga pernah beberapa kali memikirkan hal itu. Nama yang bagus untuk anakku nanti apa? Kira-kira jodohku siapa? Sedang apa dia? Bagaimana jika salah satu anak perempuan di kelaskulah yang akan menikah denganku di masa depan?Walaupun masih usia anak remaja, pikiran-pikiran random seperti itu pasti pernah muncul setidaknya satu kali dipikiran setiap remaja. Apakah kalian tidak pernah penasaran akan hal itu?

"Aku itu tipe orang yang sangat memikirkan masa depan, memikirkan kehidupan. Beda sama kamu yang belajar mulu." Nggak gitu juga, kami sama-sama berpikir dan penasaran tentang masa depan. Tapi bedanya, Bang Kevin adalah orang yang terbuka dan blak-blakan untuk mengatakan apa yang dia pikirkan. Berbeda denganku yang lebih cenderung diam memendam, tidak akan kuungkapkan jika memang tidak terlalu penting dan mendesak.

"Kamu nggak ada rekomendasi nama gitu? American name mungkin?" dia bertanya lagi. Sejenak aku berpikir, mencari jawaban .

"Biar apa? Biar keren gitu?" tanyaku.

"Bukan cuman keren doang yang dicari, artinya juga harus bagus. Terus, yang unik juga jangan yang terlalu pasaran biar nanti waktu sekolah cuman anak Abang aja yang punya nama itu. Jadi nggak gampang ketuker." tawa Bang Kevin meledak diakhir kalimat.

"Cari juga yang pengucapannya gampang, jangan terlalu asing bagi lidah lokal kaya kita. Jangan yang terlalu aneh. Contohnya Abang, 'Kevin' itukan gampang banget diucapinnya. Tapi masih ada aja yang manggil Abang 'Kepin',"

ALASAN AKU MEMILIHMUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang