"Sial, aku memikirkan wanita itu lagi."
-Razkan-
_______
Ada hal besar yang menggangguku dua hari ini. Semalampun aku tidak bisa tidur dengan nyenyak. Malamku selalu dihiasi dengan pikiran yang kacau tidak karuan. Sesuatu telah terjadi kepada diriku, membuat hidupku menjadi sedikit terganggu.
Sejak pembicaraanku dengan Bang Kevin di mobil malam itu, aku tidak pernah bisa tidur dengan nyenyak. Jangankan saat tidur, saat duduk bersantai dan tidak memikirkan apapun aku juga malah memikirkan topik itu.
Aku tidak terlalu fokus memikirkan apa yang Bang Kevin katakan tentang Sarah, dua hari tiga malam ini aku hanya terus memikirkan jawabanku terhadap pertanyaan Bang Kevin tentang apakah aku sedang jatuh cinta dengan seseorang atau tidak. Aku sendiri masih tidak percaya bahwa aku menjawab 'iya' malam itu. Aku tidak tahu mengapa aku mengenalkan diriku sebagai Alex di atas panggung, di acara pentingku sendiri. Aku juga tidak tahu mengapa nama Haneen terlintas di benakku, saat mendengar kata 'calon' dan pembicaraan tentang pernikahan di hari Jumat kemarin. Semuanya seakan bermuara kepada satu orang, wanita itu.
Aku pasti sudah gila sekarang.
Wanita itu seakan menggangguku bahkan sampai ke dunia mimpi. Sudah tiga malam, saat tidur aku selalu memimpikannya. Mimpinya hanya sebentar karena sudah keburu aku bangun duluan, dan setelah bangun aku pasti sudah tidak ingat aku mimpi apa. Ku perhatikan, setiap aku bangun karena mimpi itu dan langsung melihat jam, jam dindingku selalu menunjukkan pukul tiga pagi, waktu biasanya aku rutin melakukan qiyamul lail.
Sama seperti sekarang. Kini aku tengah berdiri di balkon kamar, menunggu adzan shubuh. Setelah sebelumnya melaksanakan sholat sunnah dan berkeluh kesah kepada sang pemilik alam.
***
Hari pertama berangkat ke kantor baru akhirnya di mulai. Aku melangkah masuk ke dalam lobi, setelah sebelumnya memarkirkan motor ki di parkiran. Aku sampai di kantor dengan selamat, satu jam sebelum jam kerja kantor di mulai. Sekarang pukul tujuh, dan kondisi kantor juga terpantau aman.
Aku memasuki pintu gedung yang kokoh ini dengan terburu-buru. Banyak karyawan-karyawanku yang menebar senyum manisnya padaku. Ck, manis menurut mereka tapi menurutku sih biasa saja. Ah ya, perlu kukatakan bahwa kebanyakan karyawan Hisyam Labels disini adalah karyawan Hisyam Group Property dari berbagai cabang yang dipindah tugaskan kesini. Jadi pastinya, most of them sudah tahu siapa aku dan sudah pernah bertemu denganku.
Sepanjang perjalanan menuju ke lift terdekat, banyak pegawai yang menyapaku. Aku hanya membalasnya dengan senyuman simpul, anggukan, atau bahkan aku mengabaikan mereka saat aku buru buru. Kebanyakan dari mereka sih perempuan. Bahkan ada yang sengaja berbisik-bisik membicarakan ku. Membicarakan betapa tampan dan cueknya putra Aldrian Al-Hisyam.
"Assalamu'alaikum Pak Razkan!" Sapa seorang karyawati yang berpapasan denganku di lift.
"Waalaikumsalam."
"Pagi Pak."
Aku mengangguk cepat dan langsung meninggalkan lift yang kebetulan sudah sampai di lantai tertinggi gedung ini. Tempat dimana ruangan eksklusifku berada.
Langkahku terhenti saat berada di depan pintu sebuah ruangan bertuliskan CEO Razkan Alif Al-Hisyam. Ya! Itu adalah namaku sendiri. Konyol memang, saat ada seseorang yang gemetar saat ingin memasuki ruangan miliknya sendiri.
"Pagi Pak," sapa Ardi saat aku sudah duduk di kursi kerja dan menyalakan computer.
"Pagi," jawabku sambil menerima secangkir kopi yang Ardi berikan kepadku.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALASAN AKU MEMILIHMU
RandomSetelah kepulanganku dari Amerika, banyak orang yang bilang bahwa aku berubah. Aku sejak dulu memang sudah pendiam, kini menjadi lebih pendiam dan dingin. Hingga aku bertemu seorang wanita yang berhasil membuat hidupku lebih berekspresi, dia yang me...