6 | Her Name

72 9 4
                                    

Ada fakta menarik yang mungkin sudah banyak orang yang tahu. Aku adalah pria yang tidak terlalu tertarik dengan wanita. Sabar, aku akan menjelaskannnya. Aku seribu persen normal, jangan bilang atau menduga bahwa aku gay. Entah mengapa banyak yang bilang bahwa aku adalah pria yang terlalu acuh dengan wanita. Aku jarang bergaul dengan perempuan, jarang berurusan dengan lawan jenis, kecuali untuk urusan atau hal-hal penting seperti pekerjaan dan pendidikan. Jumlah teman perempuan sejak di bangku sekolah saat aku masih balita sampai lulus S2-pun bisa kuhitung dengan jari. Ada berapa teman perempuanku? Emm, sebenarnya cuman ada satu, Sarah aja sih yang teman, yang lain cuman kenalan yang aku abaikan.

Sebenarnya aku cukup populer, baik dulu di sekolah, kampus, bahkan di kantor sekarang ini. Akan kuceritakan pengalamanku di SMA. Setiap pagi, saat aku datang kesekolah dan memarkir sepedaku, banyak perempuan yang menyambutku di parkiran sekolah, begitu juga di depan pintu kelas. Saat aku mengecek laci mejaku untuk menaruh beberapa buku yang penting, aku selalu menemukan hal yang sama setiap harinya, laciku selalu penuh, penuh dengan barang-barang yang sebenarnya bukan milikku. Melainkan pemberian dari gadis-gadis yang ada di sekolah. Mereka memberiku makanan, bunga, kadang juga ada baju, jam tangan, yang paling mendominasi sih makanan. Kadang coklat, air mineral, tepak makan dengan notes "Dicobain ya, ini aku yang masak sendiri spesial buat kamu loh, Selamat Makan Alif." Jangan tanya nasib dari benda dan makanan-makanan itu. Aku selalu memberikannya ke sahabatku dan Sarah, jika masih sisa ya kutinggal saja dalam laci, pasti besok pagi isinya sudah berbeda, alias waktu aku pulang sekolah ada yang ngambil dan waktu aku belum datang ke sekolah ada yang ngisi lagi, terus seperti itu setiap hari.

Waktu kuliah juga sama, aku banyak menerima dm instagram setiap harinya. Mayoritas dari perempuan, aku sendiri jarang membaca isinya. Pernah sekali aku membaca pesan dari salah satu perempuan dari sekian perempuan yang mengirimiku pesan, isinya adalah "Do you have girlfriend?"

Di kantor? Jangan tanya, paling mentok ya lirik-lirik saat aku lewat, menyapa dan sok memberi perhatian. Mungkin mereka tidak berani bertindak lebih karena lingkupnya masih atasan dan kayawan.

Emtah sudah berapa banyak wanita yang mendekatiku dan kuabaikan. Sering aku mendapati perempuan asing yang tiba-tiba mengahampiriku dan meminta nomor ponselku secara terang-terangan namun tidak kuberi, padahal aku sama sekali tidak mengenalnya. Hanya tidak sengaja bertemu di tempat umum yang ramai. Jangankan memberi nomor ponselku, mereka tanya namakupun tidak kujawab.

Intinya, jika didekati aku selalu menghindar. Seperti kupu-kupu yang terbang menghindar saat didekati, tidak ingin diganggu dan hanya ingin sendiri. Bukan kupu-kupu yang hobinya nempel sana nempel sini.

Mataku kembali terfokus kepada seorang wanita bergamis putih yang berdiri dihadapanku. Setelah berhasil menyembunyikan ekspresi terkejutku dan mengubahnya menjadi ekspresi dingin, aku menaikkan kedua alisku sebagai kode apa yang ia inginkan dariku.

"Boleh saya duduk disini? Saya lagi nunggu temen saya,"

Namun, saat mataku bertemu pandang dengan matanya...

Aku merasakan sesuatu yang berbeda.

Aku mengangguk, dan sedikit menjauhkan kursiku dari meja, sebenarnya aku hanya ingin menjaga jarak dengan wanita itu. Tapi wanita itu malah menggeser kursinya mendekati meja, alias membuatnya lebih dekat denganku. Dia menyodorkan sejumlah uang kepadaku sambil menjelaskan maksudnya.

"Ini kembalian mas waktu tadi beli air minum, saya diminnta pegawai kasir buat ngasih ini ke masnya. Soalnya tadi mas langsung nyelonong keluar gitu aja, padahal uangnya kelebihan." Jelasnya, aku mengangguk patuh dan menerima uang yang ia letakkan di atas meja kemudian memasukannya kedalam saku.

ALASAN AKU MEMILIHMUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang