5 | Accidental

82 9 7
                                    

Sudah setahun sejak aku bekerja sebagai manajer perencanaan di perusahaan Abi. Dalam waktu setahun itu, aku banyak belajar dari banyak orang. Aku belajar dari Abi, belajar dari Bang Kevin, dan banyak orang lainnya di kantor. Semua usaha yang aku lakukan dalam waktu satu tahun itu membuat Abi mempercayakan sesuatu kepadaku. Aku dan Abi merintis sebuah anak perusahaan Hisyam Group yang akan bergerak di bidang yang berbeda, tepatnya di bidang fashion. Anak perusahaan itu kami beri nama Hisyam Labels.

Hisyam Labels sendiri sebenarnya sudah aku rencanakan semenjak kuliah dulu, tapi baru terealisasikan sekarang karena aku sendiri juga masih harus banyak belajar tentang bisnis, apalagi saat ingin merintis usaha baru. Setelah banyak perencanaan dan diskusi panjang dengan Abi, akhirnya Hisyam Labels-pun lahir dengan aku sebagai CEO-nya.

Tepat pada hari ini, Hisyam Labels akan dibuka, dipublikasikan dan diresmikan. Acara dimulai pada pukul sembilan, yang artinya satu jam yang lalu. Mungkin, seharusnya aku sedang dalam keadaan berdiri di depan banyak orang dan memberikan pidato sekarang. Tapi semua itu tidak terjadi, aku tidak berada di acara peresmian Hisyam Labels sekarang. Sekarang, aku malah duduk di sebuah bangku panjang di depan UGD.

Hampir setiap hari, kita selalu dipertemukan dengan orang-orang baru. Setiap orang pasti memiliki sifat dan karakter yang berbeda. Masing-masing dari mereka memiliki hati yang berbeda. Cara dari hati mereka bekerja, itu berbeda. Sama seperti hari ini, ketika aku tidak sengaja bertemu dengan seseorang yang menurutku berbeda.

Sejak tadi, mataku fokus menatap objek yang lokasinya tak jauh dari tempatku duduk. Entah sejak kapan aku menatapnya, sampai tidak sadar sebuah senyum sudah terukir di wajahku. Hingga aku tersadar akan nasihat yang pernah Abi katakan kepadaku.

"Jaga mata, jaga hati. Mata kalau udah liat yang nggak-nggak itu bisa bahaya banget lho. Kemana-mana pasti terbayang-bayang. Makanya, sebisa mungkin kita harus berusaha menundukkan pandangan."

Rasulullah bersabda "Memandang wanita adalah panah beracun dari berbagai macam panah iblis. Barang siapa yang meninggalkannya karena takut kepada Allah, maka Allah akan memberi balasan iman kepadanya, yang terasa manis baginya." [HR. Al-Hakim dalam Al-Mustadrak no. 7875]

Mungkin... sepertinya...panah beracun yang iblis bidikkan itu mengenaiku tepat sasaran. Buru-buru aku mengucap istighfar dan kemudian memalingkan pandanganku dari apa yang kulihat sebelumnya.

Oke, mari kita kembali ke satu jam yang lalu.

"Bapak mau kemana?" Ardi bertanya panik saat melihatku yang berusaha melepas sabuk pengaman yang melingkar di tubuhku.

"Mau kesana sebentar, nanti kamu langsung balik aja ke kantor aja ya. Nggak usah nunggu saya." Jawabku sambil menunjuk sebuah kerumuman dengan menggunakan daguku.

Kini mataku terfokus menatap kerumunan yang berhasil membuat jalanan macet parah. Sebuah kecelakaan yang melibatkan pengendara motor di bawah umur yang terjadi tepat di tengah pertigaan itu benar-benar membuat jalanan melumpuh.

"Sudah hubungi ambulan?" tanyaku pada pria yang berada di dekat kerumunan.

"Sudah saya hubungi," jawabnya.

"Oke,"

Aku bergegas menggulung lengan kemejaku, jas hitamku sudah kutinggalkan di mobil. Kemudian aku bergerak mendekati korban. Ada dua siswa SMA yang tergeletak di tengah jalan, dengan perdarahan yang cukup parah. Untungnya mereka berdua memakai helm, sehingga dapat melindungi kepala mereka dari benturan keras yang bisa saja terjadi.

Menurut penglihatan dan ingatanku tadi, dua siswa yang berboncengan ini tertabrak sebuah mobil, kemudian terhempas sejauh tiga meter. Mereka yang hendak menyaberang saat lampu berwarna merah ini harus tertabrak oleh pengendara mobil yang tidak bertanggung jawab. Sekarang, entah sudah kabur kemana pengendara mobil itu.

ALASAN AKU MEMILIHMUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang