1 | Welcome Home

255 13 0
                                    

"Adalah Rasulullah SAW orang yang paling bagus akhlaknya: beliau tidak pernah kasar, berbuat keji, berteriak-teriak di pasar, dan membalas kejahatan dengan kejahatan. Malahan beliau pemaaf dan mendamaikan,"

(HR Ibnu Hibban).

____

Indonesia, pukul 14.00 WIB.

Razkan Alif Al Hisyam, 22 tahun.

Aku menggeret koper besarku dari koridor kedatangan menuju ke sebuah bangku panjang kosong yang disediakan oleh pihak bandara. Lelah, itu yang aku rasakan. Penerbangan panjang Amerika-Indonesia yang menghabiskan waktu belasan jam itu berhasil membuat seluruh tubuhku seperti ingin remuk. Ditambah lagi dengan beban dari tas ranselku yang beratnya hampir bisa membuat pundakku terasa seperti ingin merosot.

Kuhembuskan nafas lelah, kemudian menatap sekeliling bandara yang penuh dengan orang-orang yang sibuk membawa barang bawaan mereka. Aku merogoh saku celana panjangku, dan mengambil handphone untuk kugunakan sebagai alat untuk menghubungi orang rumah yang katanya akan menjemputku.

Dua puluh menit kemudian aku menunggu, seseorang menepuk pundakku dengan cukup keras. Muncullah pria tinggi memakai setelan kerja yang rapi.

Dia, Kevin. Ah, maksudku Bang Kevin. Kakak Iparku. Kami berdua terpaut tiga tahun. Dulu aku terbiasa memanggilnya dengan sebutan 'Kevin' tanpa ada embel-embel bang atau apapun yang menujukkan bahwa ia lebih tua. Namun kebiasaan itu berhenti saat aku duduk di bangku SMA.

"Assalamualaikum. Welcome back to Indonesia! How are you?" Kevin semangat.

"Waalaikumsalam. I'm fine. Dah lah, let's go home. I'm exausted," jawabku sambil meninggalkannya bersama dengan koperku, sebuah cara agar dia membawakan koperku yang berat.

Kevin berlari kecil menyusulku sambil membawa koperku yang berat.

"Are you Hungry? Mau mampir beli makan dulu nggak?" tanya Kevin.

"Mau makan di rumah aja." Jawabanku itu mendapat anggukan dari Bang Kevin.

"Mau jalan-jalan dulu nggak? Keliling Bandung. Kamu kan udah empat tahun nggak pulang ke sini," Bang Kevin kembali bertanya, berusaha mengajakku bicara.

"Nggak usah, pulang aja. Kelilingnya besok-besok aja." Aku memperlambat langkahku, membiarkan Bang Kevin untuk berjalan di depanku. Posisi kami sekarang ada di parkiran mobil, aku tidak tahu yang mana dan dimana mobil Bang Kevin diparkirkan, maka dari itu aku diam.

Bahagia, itulah yang aku rasakan ketika tubuh lelahku ini berhasil mendarat di kasur dengan sempurna. Bed berukuran medium dengan sprei dan bed cover abu-abu yang sudah kutinggalkan selama...mungkin dua tahun, kini kembali menjadi milikku. Terlalu asik bercengkrama dengan kasur empuk, kesadaranku mulai menurun dan akhirnya tertarik ke dunia mimpi.

Jam setengah empat sore, ba'da ashar, aku terbangun dari tidur siangku. Ketika seseorang mengetuk pintu dan memanggil namaku dari luar kamar. Aku berjalan menuju pintu dengan malas, kemudian segera membuka pintu untuk melihat siapa yang datang. Daun pintu terbuka, dan nampaklah wajah Umi tercinta.

Aku sama sekali belum bertemu Umi sejak pulang ke rumah tadi. Saat aku datang bersama Bang Kevin, rumah benar-benar sepi. Entah kemana Abi dan Umi pergi. Aku langsung mencium tangan Umi, dan Umi langsung memelukku erat dan juga mengelus pundak dan kepalaku dengan lembut. Senang dan haru semuanya bercampur menjadi satu akibat rindu yang sudah lama tak terobati kini berhasil mendapatkan solusi.

"Ayo turun, kamu belum makan siang kan?" ajak Umi dan langsung ku jawab dengan anggukan patuh.

Di meja makan sudah tersedia opor ayam dan sambal, keduanya terlihat sangat menggoda, membuat perutku seakan menjerit untuk segera memberinya makanan. Aku mendudukkan tubuhku di kursi kemudian menengok ke arah kanan dan kiri mencari sesuatu, keluarga. Aku pikir, dengan kedatanganku yang sudah empat tahun tidak merasakan kehangatan rumah ini, semuanya akan berkumpul, menyambutku. Ternyata tidak, aku terlalu berharap banyak. Ada yang menjemputku di bandara dan mengucapkan selamat datang juga menanyakan kabar, seharusnya aku bersyukur dengan itu, karena semua orang sangat sibuk.

ALASAN AKU MEMILIHMUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang