Silahkan diputar mulmednya, muhehe.
_______
"Tapi saya nggak liat, Kak." Gadis itu kembali bersuara.
"Kakak yakin? Ciri-cirinya tuh, tinggi, ganteeeng—"
"—manis."
"Nah bener, terus punya lesung pipit juga." Cewek itu tampak sedang mengingat-ingat. "Pokoknya ganteng, lah!"
Si penjual kopi dibuat terperangah. Ia berdecak merasa gemas sekaligus tidak habis pikir. "Maap-maap nih ya, Kak. Cowok ganteng mah di Landmark juga banyak." Ia menunjuk gedung yang ada di seberang jalan. Landmark Auto Plaza.
"Duh beda, Kak, yang ini mah namanya Aji!"
Mendengar itu membuatnya menghela napas lelah. Lah emang apa ngaruhnya?! serunya dalam hati.
Ia terlebih dahulu menarik napas sebelum bicara. "Gini ya, Kak, intinya di sini nggak ada Aji! Kalau aci sih, ada. Noh cireng." Ia menunjuk keranjang persegi yang bertengger di bagian belakang sepedaya—lebih tepatnya di gerobak yang terpasang diboncengan.
Keranjang hijau yang ditunjuknya berisi berbagai jenis gorengan. Salah satunya adalah, cireng.
Cewek itu mendengus. Ia berdecak sebal. "Beneran nggak liat, Kak?"
Pertanyaan itu hanya mendapat anggukkan setengah hati dari penjual kopi sebagai jawaban.
Mereka menghela napas kecewa. Kehilangan jejak idol sendiri sungguh menyedihkan, padahal kesempatan seperti tadi sangat langka. Semua ini karena dua mobil kontainer yang sempat menghambat laju mereka tadi, sehingga mereka harus kehilangan jejak Fajri.
"Yaudah lah, balik aja." Terdengar salah satu dari mereka memberi saran. Tiga temannya megangguk, kemudian keempatnya berteleportasi dari sana. Sedangkan tiga cewek lainnya yang ikut mengejar Fajri saling menatap.
Gadis penjual kopi hanya bisa menyimak pembicaraan singkat itu sambil sesekali bertanya-tanya.
Kenapa raut wajah mereka sekecewa itu? Apa cowok tadi sebegitu disukai sama mereka?
Dia menoleh ke arah parkiran sebentar, cowok itu masih berjongkok. Jujur ia sedikit merasa kasihan. Dengan posisi yang tidak nyaman begitu, ia dapat memastikan cowok asing itu pasti merasa keram.
"Kita balik aja, motor yang kalian pake juga ditinggal di tempat tadi kan." Kedua temannya mengangguk, membenarkan.
Lalu begitu saja mereka berlalu dari hadapannya, ia sempat dibuat menggeleng karena cewek-cewek tadi pergi tanpa mengucap terima kasih. Tidak, dia sama sekali tidak mengharapkan ucapan terima kasih ketika ada yang bertanya kepadanya, tetapi baiknya memang begitu, 'kan?
Tak lama dua motor yang berdampingan melewati jalan raya, tiga orang di antaranya ia kenali. Mereka termasuk dari cewek-cewek yang bertanya tadi. Karena laju kedua motor itu tidak terlalu cepat, si penjual kopi sempat melihat keempat cewek itu masih menatap kesana-kemari. Kemudian setelah melewati kolong JPO kedua motor tadi tidak lagi terlihat.
"Makasih banyak, Mbak." Suara Fajri membuatnya sedikit tersentak.
Fajri sudah berdiri di sampingnya. Entah sejak kapan cowok asing itu keluar dari persembunyiannya.
Ditatapnya Fajri sejenak, kemudian mengangguk. "Iya," katanya.
Fajri mengulurkan tangan. "Saya Fajri."
Bukannya balik menjabat gadis itu malah bergumam, "Udah tau."
Masih setia dengan posisi mengulurkan tangan. Fajri bertanya, "Hn ... boleh kenalan?" Bukan tanpa alasan Fajri mengajak gadis ini berkenalan, perempuan di hadapannya ini sudah membantunya. Jadi, apa salahnya mengajak kenalan? Siapa tahu aja perempuan itu mau membantunya, lagi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Dia Fajri | Un1ty
Fanfiction______ Terkadang cinta itu berawal dari sesuatu yang tidak terduga. Pertemuan yang tidak disengaja. Interaksi yang awalnya biasa saja pada suatu waktu tiba-tiba bisa berubah menjadi pemicu ketar di dada. "Ketika rasa bertepuk sebelah tangan, ada ba...